JADI SUGAR BABY GUE YA?

379 2 0
                                    

Pagi ini rame di ruang makan, karena ada mereka bertiga yang duduk juga secara berjejer dan berderetan dari paling tua ke paling muda dari sayap kanan. Gita sebagai pemimpin dua lainnya sudah mempersiapkan semuanya. Adik-adiknya itu sudah disediakan makanan berupa masakannya sendiri, dan Jevi tentunya bubur ayam langganan yang biasanya dibeli di mamang-mamang keliling pagi-pagi.

Baru saja Jevi duduk di bangkunya, mereka bertiga langsung memberikan ucapan selamat pagi dan selamat makan. Sungguh kompak, seperti pasukan upacara infanteri.

"Selamat pagi dan selamat makan Om Jevi!" sapa dari mereka semua.

"Iya selamat makan juga buat kalian, ayo dimakan makanannya!"

Mereka diam, tak bergerak sama sekali. Lalu memberitahukan jika Jevilah yang seharusnya makan duluan.

"Om, makan duluan, baru kami Om Jev!" ucap Amri dengan teramat ramah.

"Oh gitu ya? Ya udah aku makan nih!"

Jevi sampai kebingungan dengan norma kesopanan yang mereka perlihatkan. Memang sih selama ini Gita juga seperti itu, tapi Jevi tidak menyangka saja ternyata yang lainnya juga ikut-ikutan.

Mereka pun mulai menyendok makanan mereka masing-masing, yakni berupa seonggok nasi goreng yang tak menarik sama sekali.

"Git, lu nggak beliin ini juga buat adek-adek lu, emang lu yakin nasi goreng lu itu enak Git?"

Jevi merasa kasihan dengan mereka bertiga karena makan makanan yang berbeda dari apa yang dimakannya pagi ini. Apalagi Jevi tau, kemampuan Gita dalam memasak di bawah rata-rata, dan semoga saja setelah ini sekeluarga tersebut tak keracunan dibuatnya.

"Enak kok Om, alhamdulillah, kami malah di rumah nggak pakai apa-apa nasi gorengnya Om, tak ada kecap, saus maupun terasi. Yang ada cuman bawang sama garam aja yang digodokkan pakai nasi lalu digoreng di atas kuali," kata Amri membela kakaknya.

Cika juga mengangguk-ngangguk setuju, Gita langsung memasang tampang bangga atas kemampuannya itu.

Dan tentunya hanya Jevi yang miris dengan satu keluarga ini. Hidup mereka benar-benar tragis, pantesan waktu dibelikan makanan yang enak mereka selalu makan dengan air mata berlinang. Ntah karena berterima kasih atau memang rasa makanan itu terlalu memukau di lidah.

"Git, ini gue kasih lu duit. Lu beli makanan yang enak deh buat adik-adik lu, jangan biarin mereka makan makanan lu lagi sebelum lu les masak!"

Jevi mengeluarkan uang dari dompetnya. Beberapa lembar uang seratus ribuan. Jevi memang begini orangnya selalu memberikan uang yang berlebih-lebih jumlahnya.

"Om nggak usah, enak kok ini!" ucap Amri menolak. Laki-laki itu sepertinya adalah fans militan kakaknya, sehingga apapun yang kakaknya bikin pasti dia akan membelanya, lalu bilang semuanya enak di lidahnya.

"Emang enak Cik?" Jevi mengarahkan pandangannya ke arah Cika yang mengunyah nasi goreng tersebut dengan lahap.

"Keasinan dikit aja kok Om, semuanya enak kok ini. Apalagi telur orak ariknya," ujarnya polos sekali.

"Kan apa Gita bilang, makanan Gita nggak buruk-buruk amat. Om aja yang nggak suka."

Jevi menelan buburnya dan meneguk air di gelasnya. Lalu bangkit dari kursi dan ke tempat Gita duduk untuk menyambar nasi goreng yang ada di hadapan gadis tersebut.

"Gila ini asin banget namanya Git, rasanya juga kacau amat!"

Jevi menyipitkan matanya. Ingin memuntahkan tapi tak tega sama mereka yang ada disini yang menikmatinya dengan lahap sekali. Semoga saja dia tak muntaber saat makanan itu masuk ke perutnya.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang