SEBUAH TEKAT KUAT UNTUK MENIKUNG

117 1 0
                                    

Jadwal Jevi memang berantakan semua semenjak Gita dirawat di rumah sakit mitra saudara. Tapi tak mengapa, asal bisa berlama-lama dengan orang yang dicintainya itu, dia akan merelakan waktu pentingnya untuk dapat memastikan Gita baik-baik saja. Tapi jangankan yang dijenguknya itu bisa beristirahat, dari tadi mereka berdua hanya bercanda dan berdebat. Bagi Jevi kini, Gita terlihat lebih tak mengkuatirkan ketika mulutnya itu aktif komat kamit, karena itu pertanda jika gadis itu sebentar lagi akan bebas dari rasa sakit.

Ah, Gita. Jevi benar-benar jatuh hati. Benar kata Tama tadi malam jika wanita ini punya daya tarik yang kuat dan susah sekali dielakkan.

"Om, kesiniin tas Gita. Jangan baca-baca isi buku yang di dalamnya."

Jevi kalau dilarang sudah pasti makin menjadi-jadi. Dia bolak-balik buku tersebut sambil menjauhi Gita yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit ini.

"Apaan nih, surat cinta?"

Jevi membuka satu kertas berwarna yang menyelip di antara buku. Ah ini rupanya, surat dari Azhar yang menjadi alasan kenapa Gita tidak mengizinkan Jevi membuka buku tersebut.

"Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatuh, Gita. Semoga kamu dalam keadaan baik-baik saja saat membaca surat ini. Mohon maaf ya, bukannya aku sombong ke kamu. Tapi aku deg-degan dekat kamu. Maaf juga ya aku sering salah tingkah kayak menjatuhkan barang tanpa sebab, garuk-garuk kepala, ataupun lama banget jawab pertanyaan kamu. Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh! Huahahaha, masih ada ya cowok kayak gini di dunia. Kaku amat, gimana bikin cewek jatuh cinta kalau gini!"

Jevi membacakan surat itu dengan volume yang tinggi. Gita menjadi malu dibuatnya. Muka gadis itu sekarang sudah seperti udang disiram minyak panas.

"Gita suka kok sama Azhar walaupun dia kaku gitu. Oh iya Om, jangan seenaknya baca privasi orang, punya sopan santun nggak sih?"

Kata "Gita suka kok sama Azhar" itu jujur saja merobek hati Jevi sampai ke lapisan terdalam.

"Yeee, kayak lu punya sopan santun aja, HP gue dulu lu baca semua isinya, sampai tau lu semua rahasia gue sama banyak cewek ke akar-akarnya. Sekarang sok-sok an pula lu seolah suci tanpa dosa ke gue!"

Gita tertawa cengengesan, lalu pintu diketuk oleh seseorang yang amat Jevi kenali.

"Hai Bro, gimana Gita?"

Husein rupanya, membawa satu keluarga kecilnya menjenguk Gita yang sekarang berada di rumah sakit ini. Pria itu datang tanpa pemberitahuan dulu ke Jevi. Sepertinya, selesai dia mengabdikan diri jadi pegawai negeri hari ini, dia segera buru-buru ke sini dengan mengajak semua anggota keluarganya, dan tentunya membawakan buah tangan berupa sekeranjang buah beraneka rupa.

"Baik bro, lu tau dari mana Gita di sini?" tanya Jevi penasaran sekaligus terganggu karena waktunya bersama Gita harus disita oleh keluarga itu.

"Udah rame Bro beritanya, bego amat ada yang ngerekam videonya buat sok-sok kuat di instagram. Jadi viral sekarang Bro! Tapi Gita beneran tak apa-apa kan Bro? Gue aja yang ngeliat videonya takut, apalagi Gita yang menjalani."

Jevi belum mengecek lagi perkembangan kasus ini, tapi sepertinya masalah besar benar-benar akan terjadi untuk mereka semua yang menyiksa gadis itu.

"Oh iya, tenang, gue penjarain dah tuh mereka satu-satu, untung masih cidera ringan Bro. Belum berat. Emang kurang asin tuh anak-anak menfitnah dengan bilangin Gita Sugar baby, lu tau sendiri lah, pantang buat gue buat main-main sama yang lebih muda, kalau tua masih oke lah kayak Mbak Sumi!"

Jevi separuh berdusta, diikuti oleh Husein yang mengangguk-ngangguk percaya.

"Git, kenalin dulu ini Ibu Salimar yang akan jadi ibu mertua kamu di masa depan dan ini Abu yang akan jadi kakak ipar kamu di masa depan. Semoga nggak masa yang jauh di depan banget lah ya, lebih cepat lebih baik!" ucap Husein dan diiringi anggukan Gita antusias lalu menyalami dua orang yang dikenalnya tersebut.

Di sisi lain muka Jevi berubah pias, tatapannya kini benar-benar nanar. Dia tak sanggup melepaskan Gita secepat ini.

"Lebih cantik dibanding di foto Gitanya ya Nak, pantas kamu suka kepikiran terus!"

Azhar menunduk malu-malu. Mukanya yang putih pucat itu sekarang bersemu. Kakak laki-lakinya segera meninju pelan lengan adiknya itu.

"Makanya jangan dilama-lamain taarufnya. Cepetin aja. Ntar Gita akan resmi jadi milik kamu!"

Gita menanggapi perkataan itu juga ikut-ikutan bersemu, sedangkan Jevi cemburu.

"Iya pasti kok Kak, secepatnya!"

Keluarga ini merupakan keluarga yang tulus menerima masuknya orang baru di kehidupan mereka. Bagi mereka yang membedakan satu orang sama orang lain adalah akhlaknya dan bukan materi yang dimilikinya. Makanya Gita gampang sekali mendapat tempat di hati Azhar, padahal mereka baru 3 bulan dari saat pertama kali berkenalan.

"Ih jadi besanan kita nih Bro! Dulu waktu SMA kita senasib karena sering dibully, kini kita ditakdirkan punya hubungan kekerabatan yang dekat sekali. Nggak sabar gue nunggu saat itu tiba."

Semuanya tampak bahagia mendengarkan hal tersebut, apalagi Azhar dan Gita yang merasa sekarang hati mereka sedang disiram kelopak bunga. Hanya Jevi seorang saja yang merasa mendengarkannya seperti menerima berita duka.

"Iya Bro!" jawab Jevi singkat, lagian kalau mengatakan tidak laki-laki itu juga tidak tau alasannya. Keluarga ini bertanggung jawab, hidup Gita akan terjamin, bahkan gadis itu juga tak dibatasi hak-haknya dan tentunya masih diizinin untuk kuliah. Kurang sempurna apalagi masa depannya tersebut. Gita setelah lepas dari jeratan Fares yang suka mempermainkan hatinya, sekarang benar-benar mendapatkan sosok yang hampir sempurna di hadapannya.

"Mana Nak yang pegal, sini Ibu bantu pijitin, tadi di video itu kamu jatuh juga ya? Ibu sampai nggak tega calon menantu Ibu diperlakukan seperti itu."

Gita awalnya sungkan diperlakukan demikian. Tapi Salimar benar-benar seperti sosok seorang Ibu yang mengingatkannya pada Ibunya sendiri saat masih sehat dulu. Ibu yang dia rindu sering memberikannya perhatian lebih ketika dia sakit atau kurang sehat. Sehingga lama kelamaan Gita jadi nyaman disentuh calon mertuanya itu.

"Gimana Nak, mulai ngerasa enakan?"

Gita mengangguk, rasanya dia bahagia sekali diperlakukan begitu. Sangat mudah bagi keluarga ini mengakrabkan diri begitupun sebaliknya. Azhar yang melihat Gita diperlakukan sedekat itu dengan ibunya merasa paling bahagia, karena dengan begitu artinya restu dan kesediaan orang tuanya sudah terbuka lebar untuk membawa Gita pada hubungan yang selanjutnya.

"Makasih Ibu, Gita merasa lebih baik, tapi Gita nggak suka kalau Ibu direpotkan karena Gita."

"Nak, anggap kami nanti adalah Ibu, Ayah, dan kakakmu sendiri. Jangan bikin jarak antara keluarga calon suamimu ini ya Nak, kami senang nambah anggota keluarga lagi, rasanya hidup kami akan bertambah seru setelah ini!"

Gita mengangguk terharu, rasanya sempurna sekali calon mertuanya itu. Tapi di sisi lain, Jevi segera menyimpulkan, jika Azhar adalah saingan abadinya untuk membuat Gita menjadi miliknya. Jadi selama janur kuning belum melengkung, dia bertekat akan menikung. Dengan cara apapun yang penting Gita pada nantinya akan berubah pikiran dan keputusannya.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now