GITA SEBAGAI ORANG KETIGA

120 1 0
                                    

3 minggu kemudian

Hasil ujian mid semester Basagita Dewani hancur lebur, benar-benar membuat mood baik Jevi di sabtu pagi ini kabur, sedangkan pikiran Gita sampai sekarang juga penuh dengan baur. Jevi hempaskan selembar laporan hasil tes itu ke atas meja, lalu menatap tajam pada Gita yang di mukanya seperti tak ada ketakutan yang tersirat.

"Goblok lu Git, masa bahasa Indonesia lu dapat C, skornya cuman 60 loh ini. Ngapain aja sih lu!" umpat Jevi dengan nada yang tinggi.

"Patah hati kan Om, jadinya Gita nggak bisa mikir waktu ujian. Ya Gita kan patah hati gara-gara Om juga. Jadi bukan salah Gita aja."

Pintar juga anak remaja ini menjawab pertanyaan Jevi tersebut dengan lugas dan membuat majikannya itu tersudutkan.

"Lu itu patah hati juga mikir-mikir dong. Si Azhar nilainya bagus-bagus aja dan nggak ada yang hancur kayak lu."

"Kok Om tau?" tanya Gita penasaran.

"Ya taulah, si Husein datang ke kantor gue kemaren. Kalau si Husein nggak nanya gimana nilai ujian tengah semester lu, gue kayaknya nggak bakal tau nilai lu berapa. Sialan ya lu Git, nggak ngelaporin nilai lu ke wali sendiri. Kalau nggak gue minta, kayaknya lu nggak bakal pernah kasih tau nilai lu itu sampai sekarang!"

Jevi memang seperti Bapak-bapak kalau menyangkut soal kemajuan perkuliahan anak walinya tersebut. Dari dulu, Jevi memang selalu perfeksionis di apapun jenjang pendidikan akademis yang dia ambil, hal itu juga dia terapkan pada Gita agar anak walinya ini minimal sadar sedikit dengan pentingnya pencapaian akademik untuk masuk dunia kerja nanti. Kalau tak bisa menjadi yang terbaik, minimal IP nya harus di atas 3 agar bisa dipertimbangkan di perusahaan. Lah ini boro-boro, 2.5 aja tidak sampai. Dan malah ada nilai D untuk mata kuliah bahasa inggris dan dasar manajemen. Melihat nilai Gita, Jevi benar-benar dibuat sakit kepala.

"Om Husein ngomong apa sama Om? Ada nanyain Gita nggak?"

"Eh Goblok, harusnya lu bertanya ke diri lu itu sendiri bukan nanyain orang lain. Kenapa lu doang yang jatuhnya sampai kelewat batas, sedangkan mantan tunangan lu itu malah selalu di atas seakan tak terpengaruh apa-apa. Lu kalau kayak gini terus, lu jadi pengecut Git. Nggak ada satupun di diri lu yang selamat setelah kejadian itu. Lu liat tuh muka lu jadi tumbuh jerawat, kuliah sering telat, les masak juga sering terlewat, bahkan badan lu jadi tak terawat. Gue nyari uang tujuan salah satunya juga buat lu loh Git. Jangan bikin gue pusing deh, adik-adik lu bahkan lebih bisa menghargai usaha gue untuk membiayai mereka dengan juara kelas di rapor mid, bahkan Amri aja bisa menang MTQ, lu yang paling tua dari mereka malah paling kekanak-kanakan dan masih saja terpengaruh dengan kehidupan percintaan lu yang tak ada manfaatnya itu. Memalukan lu Git kalau gini terus!"

Gita menekur mendengar ceramahan Jevi. Memang hampir sebulan ini dia belum bisa move on dengan yang namanya Azhar sedikitpun. Apapun yang dilakukannya masih dibayang-bayangi sosok kehilangan akan laki-laki tersebut.

"Apalagi sekarang? Lu mau bikin gue rugi apalagi? Git udah ya. Mulai sekarang saatnya lu ikhlaskan Azhar. Soalnya dia udah dikenalin lagi sama cewek lain lulusan pesantren, dan gue juga nggak tau sih kelanjutannya gimana. Tapi udah lah ya, lu lupain dan move on! Dan gue hanya mau nilai lu lebih baik di ujian semester yang tinggal sebulan lagi, please lu hargai semua usaha gue nyari uang buat lu dengan nilai itu," ingat Jevi.

"Gara-gara Om juga yang bikin Gita kayak gini. Om yang hancurin hidup Gita!"

Gita ngotot untuk selalu menyalahkan Jevi.

"Duduk lu sini, jangan melawan juga kenapa sih?"

Gita menuruti perintah Jevi, sekarang dia duduk berdampingan dengan orang tua walinya tersebut. Dia tantang tatapan mata Jevi yang sudah murka. Tak ada takut-takutnya, karena kecemburuan pada wanita yang sedang dekat dengan Azhar berbaur dengan rasa yang menyalahkannya yang tinggi pada Jevi.

"Gita, lu kalau mau membalas kelakuan gue yang membuat hubungan lu dengan Azhar berantakan, maka lu balas dengan cara yang sama ya. Jangan lu balaskan dengan cara berantakin hidup lu sendiri. Udah ya!"

"Gita nggak mau kehilangan Azhar, nggak mau posisi Gita digantikan sama cewek itu!" ucap Gita sekali lagi.

"Ya udah gue tau, bentar lagi ada calon istri gue datang ke rumah ini. Silahkan lu hancurin gue dengan cara demikian. Terserah lu gimanapun, deal ya? Gue rela kehilangan dia agar bisa damai dengan lu. Lu musti bangkit Gita, kalau lu gini terus bisa merasa berdosa gue sama almarhumah Mbak Sumi. Emang lu nggak kasihan sama gue?"

Gita menerima tantangan Jevi, sekarang dia akan berusaha membuat hubungan majikannya ini dan calon istrinya babak belur. Lihat saja nanti!

***

Gita akhirnya mandi. Sudah tiga hari ini dia melupakan rutinitas tersebut. Sengaja dia bersihkan dirinya untuk pembalasan dengan majikannya yang blangsatan itu. Semuanya harus dilakukan dengan maksimal, dari atas sampai bawah, dari ujung kaki sampai ujung kepala, tak akan Gita biarkan semuanya terlewat untuk dirawat.

Gita semprotkan tubuhnya dengan parfum yang beraroma manis, dia bubuhi baby cushion berwarna ivory ke wajahnya, alisnya di tebalkan dengan pensil alis, garis bibirnya sengaja ditebalkan dengan lipliner dan diisi dengan warna merah mentereng di dalamnya, dan tak ketinggalan blush on pink muda, dan tentunya eyeliner cat eyes di atas kelopaknya. Gita sudah bertekat menjadi wanita penggoda majikannya tersebut demi membalaskan dendamnya itu.

Gita bongkar pakaian di lemarinya. Baju yang memalukan itu sekarang akan menunjukkan eksistensinya ke depan dua orang yang berencana membina rumah tangga dalam waktu dekat ini. Gita rela membangun imagenya sebagai wanita murahan agar Jevi tak jadi menikah dengan calonnya. Agar mereka berdua itu impas atas semua kesialan yang telah terjadi.

Tak ada takut dan malu Gita melangkahkan kaki keluar kamarnya dengan percaya diri setelah memakai sepatu hak tinggi di kakinya yang jenjang. Dia tak akan setengah-setengah menjalani apapun agar tujuannya itu tercapai.

Mereka sudah ada di sana, keduanya duduk di sofa ruang tamu. Jevi berpakaian rapi dengan kemeja pendek biru dongker body fit dan celana hitam panjang, dan seseorang yang pernah Gita kenali memakai gaun merah yang melekat di tubuhnya yang seksi. Ah, Gita baru ingat, itu Kak Dahlia yang pernah bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu. Oh ini toh, wanita yang membuat hancur perencanaan pernikahan Jevi dan Nabila. Sekarang giliran Gita yang bertindak sebagai orang ketiga.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now