LU AJA SEBENARNYA YANG OTAK MESUM!

118 1 0
                                    

Gita untunglah sudah diperbolehkan untuk pulang di hari kedua dia dirawat di rumah sakit itu. Meskipun waktu baru bangun tidur tadi dia sempat pusing tujuh keliling sampai Jevipun panik dibuatnya, tetapi dokter dapat memastikan jika itu adalah beberapa reaksi obat yang diminumnya sehari sebelumnya. Setelah semuanya tenang, pusing Gita berkurang banyak, siangnya mereka pulang setelah Jevi melakukan pembayaran biaya rumah sakit tersebut.

"Om, utang Gita nambah nggak, kan laptop dan HP rusak Om, terus biaya rumah sakit juga!" ucap Gita sesaat setelah mobil Jevi keluar parkiran rumah sakit dimana tempat dia kemaren di rawat.

"Menurut lu?" tanya Jevi sambil mengeluarkan lolipop yang sebelumnya dikulumnya di mulut.

"Ya nggak tau, kan keputusan ada di tangan Om, ini hutang Gita udah jadi 185 juta kalau ditambah harga laptop sama biaya rumah sakit," ucap Gita sambil menjumlahkan hitungannya di buku kecilnya.

"Ya udah itu artinya elu musti kerja sepuluh tahun lagi di tempat gue. Ya jangan nikah dulu artinya," jawab Jevi santai.

"Kan waktu itu Gita udah bilang ke Om, Gita mau nikah semester ini dan ntar kerja di tempat Uminya Azhar!"

Jevi kembali mengingat kejadian sore itu sebelum dia memutuskan untuk pergi ke bar bersama Tama. Iya sih, Gita sudah laporan tapi belum tentu disetujui oleh majikannya ini.

"Git, sepenting itu ya menikah muda buat lu?"

Jevi melirik anak walinya itu sebentar lalu kembali fokus pada jalanan yang cukup ramai siang ini.

"Iya Om, Gita sadar kelemahan Gita yakni Gita terlalu bernafsu sama laki-laki kalau udah disentuh. Gita nggak mau Om, kejadian itu terjadi berulang-ulang tanpa adanya ikatan pernikahan."

Jevi memijit pelipisnya karena jawaban dari pembantunya tersebut. Mungkin wanita ini tak tau jika pernikahan bukan saja mengenai tidur berdua, tapi ada tanggung jawab yang harus diemban ke depannya.

"Oh ya udah, gue nggak bakal nyentuh lu lagi kalau kayak gitu, asalkan lu jangan nikah muda. Gue mohon!"

Jevi mengucapkan itu dengan ragu, karena dia tak yakin tahan untuk tidak menyentuh gadis ini dalam waktu yang lama.

"Tapi Gita kepengen disentuh Azhar. Dia kan pendiam dan pasif tuh Om, jadi Gita penasaran sama dia!" ucap Gita sambil mesem-mesem tak tau malu.

"Lu aja sebenarnya yang mesum, ngerti nggak sih lu? Otak lu doang yang korslet kalau kayak gitu!"

Gita terdiam, ekspresinya berubah dari yang tadi ceria jadi muram karena diskakmat Jevi. Kadang majikannya ini blak-blakannya terlalu berlebihan. Tapi benar juga sih kalau dipikir-pikir.

"Gita ingin nikah biar hidup Gita jelas juga ke depannya Om!"

"Oi, Hayati, sekarang kurang jelas apalagi untuk hidup lu ke depan. Apapun materi gue kasih, bahkan hati gue aja gue kasih buat lu!"

Gita mengernyitkan keningnya, seperti ada yang aneh di ekor kalimat Jevi tersebut.

"Maksudnya hati Om?"

Muka Jevi menghangat, dia buang lolipop yang ada di tangannya ke tong sampah kecil yang terdapat di bawah kakinya. Ah, apakah kali ini dia baru menyatakan cinta dengan Gita?

"Ya ha.. hati gue!" ucap Jevi tergagap-gagap, nasib percintaannya sudah di level siaga.

"Oh, hati Om, bilang dong dari tadi. Ya, Gita paham, Om merawat kami sepenuh hati. Makasih ya Om, jasamu akan selalu kami kenang selamanya!" kata Gita yakin.

Jevi menghela napasnya kasar, rasanya sekarang lebih tak karu-karuan. Ada yang dia takutkan untuk keluar dari mulutnya masih tertahankan di rongga dada. Rasanya sesak sekali.

"Git, kalau gue seumuran lu nih ya? Lu mau nggak sama gue?"

"Om ngapain nanya gitu, umur Om juga nggak bakal balik lagi!"

Jevi rasanya pengen menoyor kepala Gita saat ini juga. Susah amat berbicara dengan anak seumurannya, selalu saja kalimat pengandaian yang dia jadikan contoh realita.

"Kan gue bilang misal Git!"

"Nggak ah, Om pemarah, suka main cewek, terus bukan tipe Gita juga. Gita kan suka cowok yang kulitnya putih Om terus mukanya mulus dan tak berbulu kayak muka Om!"

Berani jujur itu memang teramat menyakitkan. Jevi baru satu kali ini mendengarkan orang yang tak mengakui ketampanannya sebagai seorang pria, dan sialnya pendapat Gita tersebut, Jevi masukkan ke perasaannya tanpa berpikir panjang.

"Ya udah, gue ilangin deh brewokan gue kalau kayak gitu, gue juga putihin nih kulit gue. Emang kalau kayak gitu, lu mau sama gue Git?"

"Om ngapain berubah dah, kan Om udah tua, bukan seusia Gita. Ya, Om mending jadi aja diri Om sendiri tanpa harus berubah. Lagian kan Om juga mau menikah sama kak Nabila. Ah, Gita lupa Kak Nabila waktu itu ngehubungin Gita terus ngasih foto kalau dia lagi Medinah sama dua satu anaknya si Rara! Enak ya Om, jadi orang kaya bisa umroh kapan saja."

Tua? Tua? itu adalah hal yang sangat sulit diubah Jevi selama hidup di dunia. Umur yang tak bisa kembali dan sepertinya Gita juga tak tertarik dengan laki-laki matang.

"Ya enak lah jadi kaya, kan gue selalu ngeusahain lu jadi orang berada. Kalau gue kayak Lee dong wook lu mau nggak sama gue. Gue cari di google, umur artis korea itu lebih tua dibanding gue."

Gita mencari apa saja yang aneh dari majikannya ini. Dia bertanya-tanya apa yang membuat Jevi sengotot ini bertanya hal yang sama.

"Om kenapa sih? Jatuh cinta? Sampai pertanyaan Om menunjukkan Om nggak sepede itu. Pede aja kali, Om kan pujaan banyak kaum hawa. Tumben Om nggak yakin dengan cewek yang mau Om tembak. Aneh amat! Tapi Kak Nabila kan orangnya? Om, kata kak Nabila itu jangan bales chat singkat-singkat kenapa sih? Dia jadi bingung mau bales apa lagi. Atau Om sengaja kayak gitu biar nggak salah ngomong karena Om suka ke dia? Cieee, akhirnya Om ditaklukan juga," oceh Gita panjang lebar.

Udah salah total, sok tau lagi. Tapi itulah Gita yang selalu membuat jantung Jevi deg-degan.

"Sotoy lu! Lagian nih ya, serah gue dong mau nanya apa aja ke elu, selama lu jawab ya gue senang dan berterima kasih ke elu. Jadi kalau gue kayak Lee dong wook lu mau?"

Gita menatap Jevi sebentar lalu kembali memikirkan keputusannya.

"Mau Om!"

"Nah gitu dong, bilang aja lu liat semuanya dari fisik bukan dari umur. Susah amat dah lu kalau ditanyain. Muter-muter dulu sebelum mencapai intinya. Huft!"

Gita merasa ada yang salah dari pria ini. Kenapa ngotot sekali untuk mengetahui tipe pria yang disukainya seperti apa. Tapi mending lupakan saja, karena masih banyak hal yang lebih penting di depan dan pekerjaan yang menunggunya untuk dikerjakan di rumah.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now