ORANG GILA KEHABISAN OBAT

118 1 0
                                    

Setengah tujuh lewat dua menit, Gita baru sampai di rumah calon majikannya yang baru. Dia telat bangun karena begadang untuk meladeni panggilan maupun pesan singkat Jevi sampai tengah malam. Pembicaraan kemaren termasuk sangat seru, mood tuan muda itu lagi di posisi terbaiknya, laki-laki itu menjadi sangat romantis dan juga hangat, tak jarang Gita dirayu dan digoda, tentunya diselingi dengan pembicaraan erotis yang membuat wanita itu tak tahan dengan fantasinya sendiri. Sebenarnya cukup menyiksa karena tak bisa melampiaskan secara langsung, tapi tetap membuat ketagihan karena kemampuan Jevi mengarahkan agar Gita terpancing birahi memang tak perlu diragukan lagi. Jam terbang pria itu memang sudah terlalu tinggi.

Dan hari ini, Gita terlambat , meski hanya telat dua menit, tapi tetap saja tuan rumah itu murka dan menyambutnya dengan muka seperti malaikat penjaga neraka. Bapak-bapak itu berkacak pinggang, kembali menelanjangi penampilan Gita dari atas sampai bawah, belum apa-apa alisnya menukik bagai alis drakula, lalu berbicara dengan intonasi penuh penekanan, Gita yang ketakutan dan ingin mundur tapi sudah percuma.

"Ganti bajumu, minta sama Bi Minah segera, gajimu saya kurangi 1 persen bulan ini karena kamu terlambat hari ini. Bangunkan Alvaro dan pastikan dia rapi sebelum masuk sekolah!"

Apa maksudnya? Gita sampai tak tau apakah dia harus senang atau berduka. Sepertinya dia diterima menjadi penjaga anak balita, tapi sayangnya majikannya itu tak terlalu ramah untuk diajak bekerja sama. Dan setiap menghadapinya, Gita menjadi tertekan kejiwaannya.

"Baik Pak, akan saya ganti baju dan saya bangunkan Alvaro segera!"

Laki-laki jangkung itu pergi begitu saja, balik badan dan tak tau kemana. Gita kebingungan di dalam rumah besar berlantai dua ini, dia celingak-celinguk melihat sekeliling yang masih bisa dijangkau pandangannya. Di otaknya bertanya-tanya, Seperti apa wujud Bi Minah yang dimaksud dari tuan rumah ini, kemana akan dia cari sosok wanita tersebut, ah, kebingungan serta merta segera mendera.

Sebuah suara pekikan tiba-tiba terdengar dari salah satu kamar. Apakah itu adalah suara dari tuan cilik yang dinamai Alvaro? Sepertinya iya, karena terdengar seperti suara anak kecil yang berumur 4 tahunan. Gita sebagai penjaga baru anak tersebut, tentu saja ini adalah tugas perdananya.

Gita berlari, mencari sumber suara itu. Dia buka lebar-lebar kupingnya, mencari asal pekikan yang semakin keras di telinga. Eureka, kamar ketiga dari ruang tamu, dan benar anak kecil itu ada di sana. Sendirian dan terlihat sangat mengkuatirkan dengan air mata yang tumpah di wajahnya yang blasteran.

"Alvaro, ada apa?"

Gita menghampiri anak laki-laki itu dengan segera, merangkuh tubuh mungilnya dan membawa ke pelukan hangatnya dan berharap anak itu segera tenang. Tapi tak semudah itu menaklukkan anak ini rupanya, rambut Gita ditarik dengan buas, kepala Gita dipukuli sejadi-jadinya, anak itu lalu tantrum dan tak tau kemauannya apa.

Menyeramkan, satu kata yang dapat menjelaskan semuanya. Dalam waktu singkat, rambut Gita sudah berantakkan karena diacak-acak anak laki-laki yang agresif itu, muka Gita ditampar-tampar, tubuh Gita ditendang-tendang. Untung saja tak terlalu lama, karena seorang wanita yang sudah berumur datang dari arah pintu untuk menyelamatkan Gita yang kalang kabut menghindari serangan tersebut.

Sebenarnya tenaga tuan cilik ini tak lah seberapa, tapi kecepatannya lumayan juga. Ya sudahlah, ikhlaskan! Anggap saja anak itu masih bermimpi menjadi power rangers yang melawan monster jahat, dan belum sadar jika dia sudah terbangun dari mimpi panjangnya tersebut.

"Gita ya?"

Wanita tua itu bersungut-sungut melepaskan tangan Alvaro dari rambut Gita. Sekarang Bi minah menjauhkan pekerja baru dari kamar tersebut. Anak itu kembali berteriak-teriak setelah pintu kamar dikunci dari luar. Sekarang terdengar beberapa pecahan yang menghantam dinding di ruangan sehingga menimbulkan kegaduhan tambahan. Semakin gawat saja sepertinya.

"Tuan muda hanya rindu Ibunya yang sudah tak ada lagi di dunia, kamu pahami ya, Gita! Berusahalah menjadi sosok seorang Ibu untuknya. Ajak dia berbicara—"

Tak lama petuah itu disampaikan, pintu kamar itu sudah dihantam-hantamkan oleh kaki mungil Alvaro. Meskipun tak keras, tapi terlihat sekali bagaimana barbarnya bocah laki-laki itu.

"Lakukan, bekerja keraslah untuk melembutkan hatinya, buka pintunya, mandikan dia, ajak dia makan, lalu antar dia ke sekolah. Semangat!"

Gita mengangguk saat menerima kunci tersebut dari tangan Bi Minah. Anak sekecil ini mana bisa mempunyai emosi semeledak-ledak itu. Gita putar anak kunci lalu yang terjadi adalah bocah sok jagoan itu kembali menyerangnya dengan cara yang sama. Tapi dia bulatkan tekatnya, untuk memandikan bocah laki-laki itu meskipun Alvaro memekik-mekik karena tak sudi untuk ditangani olehnya.

***

Gita babak belur, anak ini lebih susah diatur dibandingkan dengan Rara dan Lala yang dulu sempat akan menjadi calon anak tiri tunangannya itu. Muka Gita dicakari, baju seragam wanita itu ada yang tanggal di beberapa bagian, dan di sekolah Alvaro sudah menunjukkan bakatnya sebagai tukang onar. Bayangkan saja anak yang berumur 4 tahunan tapi tingkahnya sudah bikin guru sekolahnya kelabakan. Saat disuruh menggambar di buku gambar, anak itu malah mengganggu teman-temannya dengan mematah-matahkan dan menyembunyikan krayon, saat disuruh berdoa, anak itu bertingkah seperti setan yang yang terbakar dengan berjingkrak-jingkrak di atas meja tanpa tau meracaukan apa, dan paling parah lagi, dia tak hanya mengerjai temannya juga gurunya sendiri, kadang beberapa alat peraga dibuang ke tong sampah, spidol sengaja dilemparkan, dan di berlari-lari ketika guru mengejarkan untuk diamankan. Dia lompati meja-meja pendek tersebut dengan cekatan, lalu berlari keluar sampai Guru mencari tempat persembunyiannya. Nakalnya sudah ampun-ampunan dan tingkahnya bagai orang gila kehabisan obat.

Anak jin macam apa ini Tuhan, kenapa kelakuannya benar-benar tak menunjukkan status sosial yang dia punya? Sungguh tak masuk diakal!

Hari Gita buruk, dia ingin sekali kembali bekerja dengan berbalut busa-busa. Minimal di sana hanya fisiknya yang tersiksa, bukan mentalnya. Lah di sini, bukan hanya fisik yang menderita, tapi juga mentalnya terasa sangat tertekan luar biasa. Sudahlah, dia menyerah saja. Saatnya resign di hari pertama kerja. Tak digaji juga tak apa!

"Alvaro itu hanya kehilangan perhatian, sejak Ibunya sakit-sakitan sejak setahun yang lalu dan akhirnya meninggal satu bulan yang lalu, dia seperti kehilangan semuanya. Apalagi sekarang, Ayahnya bukannya merangkulnya untuk memulai hidup yang baru tapi malah ikut serta untuk susah move on dan berdamai dengan kehilangan. Tuan muda sejak kematian nyonya hanya di rumah beberapa kali seminggu. Sebelumnya saya yang mengurus Alvaro, tapi tak cukup kuat karena saya sudah menua, dan tak bisa di sini 24 jam karena suami saya juga sedang sakit di rumah!"

Gita menghela napasnya. Baiklah, sebagai anak yang yatim juga piatu, dia akan berusaha satu kali lagi menaklukkan bocah kurang kasih sayang tersebut. Iya, sekali lagi saja.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now