BABU DI ATAS TUAN MUDA

5.9K 14 0
                                    

Hai, hai, I am back. Aku hadir lagi nih dengan "Pesona pembantu seksi". Seperti biasa, novel ini memiliki alur lambat namun tiap bab nya singkat. Jumlah bab pada buku ini adalah 171 bab. Tingkat kerumitan pada konflik bisa dikatakan ringan, hampir tak ada bab-bab yang jadi beban. Meskipun tokoh wanita  utama di novel ini di usia belasan, dimohon kebijaksanaannya dalam memilih bahan bacaan. Tulisan ini ditujukan untuk yang berusia 21 ke atas karena banyak mengandung aktivitas yang tidak pantas dan kata-kata umpatan. Jangan lupa di-vote dan selamat membaca!

************

"Gita ... Gita ... Gita...."

Suara majikan gadis 18 tahun yang masih mengorok di dalam selimut itu bergema di seantero ruang-ruang yang terdapat di rumah. Tak lama kemudian, sebuah gedoran pintu datang bertubi-tubi karena sang pemilik suara tak bisa menjamin jika gadis kebo itu akan terjaga.

"Git, Git, woi kebakaran, woi!" teriak Jevi dari luar kamar pembantunya tersebut.

Gita menggerakan sedikit badannya, sedikit sadar dengan apa yang didengarnya. Tapi karena dia baru tertidur dua jam dan kantuk masih kuat mendera, dia kembali terlelap di atas ranjangnya. Dan sekarang malah tidurnya lebih nikmat dari sebelumnya.

"Git, laptop gue kemaren mana, mau gue bawa sekarang ke kantor! Buruan woy, telat nih."

Gedoran pintu semakin memekakkan telinga, tapi tetap tak bisa membangunkan gadis remaja yang masih tidur di dalam sana. Andai tak ada pintu jati yang menghalangi Jevi dengan orang yang dia cari, sudah pasti telah ditariknya gadis itu sampai terjungkal ke lantai.

Sialan, tinggal 30 menit lagi presentasi dimulai. Sekarang ada perasaan menyesal buat pria bertuxedo biru pekat itu karena menyogok Gita tadi malam dengan laptop kepunyaannya untuk nonton drama korea.

Tak ada cara lain, karena di dalam rumah sebesar ini hanya ada mereka berdua. Jevi yang sudah berpenampilan rapi, sekarang terpaksa harus merangkap menjadi maling di rumahnya sendiri. Dia keluarkan linggis, kunci inggris, dan tang dari gudang. Lalu dia congkel pintu itu dengan sekuat tenaga. Untung dulu Jevi pernah belajar membobol pintu saat menyelamatkan pacarnya yang terkunci di gudang sewaktu SMA.

"Maling, Maling, Maling, tolong!!!" Teriak Gita saat pintu itu masih belum terbuka karena Jevi masih berusaha membukanya dari luar.

"Woi Git, Ini gue, buka pintunya sekarang!" Gedor Jevi lagi yang sekarang terlihat lega karena ratu kebo tersebut sudah membuka mata.

Gita melompat dari tempat tidurnya. Lalu memutar anak kunci dengan tergesa-gesa.

"Om Jev, pintunya nggak bisa di buka! Gimana nih."

Gita memukul-mukul pintu jati itu dengan panik, lalu kembali berusaha memutar anak kunci yang sepertinya sudah los akibat kelakuan Jevi tadi yang sok tau dengan dunia pertukangan.

"Git, bentar-bentar, sabar-sabar!"

Jevi kembali menggunakan linggisnya untuk kembali mencongkel, setelah merasa memungkinkan pintu itu dapat terbuka dalam satu kali dobrakan, Jevi menyuruh Gita agar segera jauh-jauh dari pintu. Laki-laki itu sudah siap dengan kekuatan pria yang dia punya agar pintu itu dapat terbuka.

"Git, minggir lu, Pintunya mau gue buka."

"A..pa.. Om?" Suara gita terdengar sayup-sayup dari dalam.

"Minggir git?" teriak Jevi.

"Iya Om, siap!"

Bug gedebug bug bug. Kekuatan kaki Jevi yang bertemu pintu dapat membuat benda itu menganga ditambah hantaman menyakitkan pada tubuh Gita yang berisi. Gadis itu terpental, mengikuti arah gerak dari pintu. Menyakitkan tentu saja, Jevi yang tak tau Gita sedang sekarat di belakang pintu malah bangga dengan kekuatan yang baru dia keluarkan.

"Git, mana lu? Balikin laptop gue sekarang! Gue mau presentasi pagi ini soalnya."

"Aduh Om, sakit ini!" keluh Gita sambil meringgis di belakang pintu.

"Ngapain lu di belakang sana? Gue lagi nggak tertarik main petak umpet loh ya Git! Kalau lu mau main itu mending ngajakin anak tetangga!"

Jevi menarik knop pintu lalu menemukan Gita di baliknya. Hidung tinggi gadis itu berdarah-darah dan jidatnya yang rada jenong itu memerah, Jevi jadi prihatin dengan kondisi asisten rumah tangganya tersebut.

"Lu sih disuruh awas tapi nggak minggir-minggir, ya udah ntar lu beli obat ya di apotik, ini uangnya!"

Jevi memberikan selembar uang seratus ribu ke hadapan pembantunya itu. Lalu tak lama dia ambil laptopnya yang masih menyala di atas meja.

"Ini kenapa wallpaper gue di laptop ini lu ganti Git. Aduh, ntar gue dikira klien pencinta oppa-oppa Korea lagi! Bisa turun harga jual gue sebagai bujangan mapan, tampan, dan menawan!"

"Soalnya Om brewok kurang ganteng dibanding Lee dong wook. Sakit amat deh ini jidat sama hidung Gita!"

Sialan, tapi iya juga sih!

"Sana-sana lu bersihin tuh darah, ingat jangan bikin ulah di rumah. Gue pulang ntar sore jam lima, lu pastiin semua di rumah rapi ya. Gue nggak mau kepeleset lagi, kesentrum, maupun barang-barang gue rusak lagi, lu inget tuh!"

Gita mengangguk-angguk mengiyakan. Jevi lalu pergi ke kantor dan Gita sekarang ke kamar mandi untuk membersihkan hidungnya yang berdarah.
---
Sudah malam, Jevi tak jadi pulang jam lima. Gita sedang menunggunya di rumah dengan menonton DVD drama korea di televisi ruang keluarga.

Kalau ditanya mengenai pekerjaan bermanfaat apa saja yang dilakukannya selama di rumah, maka jawabannya tidak ada. Gadis berdaster merah muda yang bermotif hello kitty itu sedang mengalami demam korean wave yang maha dahsyat, sampai kalau satu drama belum selesai, gadis itu tak akan minggat pada tempat duduknya.

Jevi membuka pintu gerbang, membuka pintu rumah, lalu deg degan dengan apa yang berubah. Untunglah kali ini tidak ada air yang tumpah, tidak ada kabel listrik yang berlalu lalang, dan tidak ada juga serakan alat makan di lantai keramik. Yang ada hanya penampakan rumah yang berantakan, dengan letak kursi centang perenang, meja yang berdebu dengan ember di atasnya, dan tentu saja kumpulan sempak dan BH yang digantung dekat jendela.

Bersyukurlah Jev, minimal ini aman, tak udah menghubungi dokter ortopedi atau ahli syaraf untuk mengurus penyakit pinggang, luka kena beling, dan kesentrum listrik daya rendah.

Sekarang tinggal marah-marah lagi aja satu babak, sambil berdoa semoga si babu payah itu bisa berubah.

"Git, rumah nggak lu beresin? Ini kenapa masih kayak kemaren sih kacaunya? Aduh berantakan amat!"

Gita yang sedang nonton drama korea sambil nyemilin kuaci langsung tersentak kaget. Namun bukannya takut, gadis itu lalu menempelkan satu telunjuknya ke tengah bibirnya yang keriting.

"Om diam, mau aku kasih tau Mbak Aluna kalau Om selingkuh sama Mbak Sintia? Kalau nggak, mending Om diam!"

Bisa-bisanya nih babu jidat benjol ngancem-ngancem tuan muda. Dia kira dia siapa?

"Gue nggak takut!"

"Lah, beneran? Ya udah Gita kasih tau kalau gitu!"

Gita segera mengambil telepon selular yang terdapat di atas meja. Jevi langsung kelabakan dibuatnya.

"Ampun, ampun, jangan kasih tau Aluna ya Gita sayang, ya udah sekarang Gita boleh lanjutin nonton dramanya!"

Gita lalu menghempaskan dirinya kembali di sofa empuk. Jevi yang barusan takut akibat kerja sama bisnis antara dia dengan ayah pacarnya dibatalkan, sekarang bisa bernapas lega. Baru kali ini, di sepanjang sejarah perbabuan dunia, seorang pembantu lebih berkuasa dibandingkan tuan muda.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now