Under My Sky

By mayasaripratiwi

5K 1K 437

Kelakuan Sora yang kadang di luar nalar bikin Kylo, adiknya, pusing. Mana tahun ini mereka sekelas pula! Sora... More

Cast
Bab 1 - Tahun Ajaran Baru
Bab 2 - Rapat
Bab 3 - Potong Rambut
Bab 4 - Sibling War
Bab 5 - Anak Pindahan
Bab 6 - Open Fire
Bab 7 - Perkara Booth
Bab 8 - Sleep Call
Bab 9 - Ekskulvaganza
Bab 10 - Glamping
Bab 11 - Jaket Siapa?
Bab 12 - Rafting
Bab 13 - Movie Night
Bab 14 - Podcast Sora
Bab 15 - Kembali ke Jakarta
Bab 16 - Pilih Mana?
Bab 17 - Mantan Sora
Bab 18 - Tragedi Dodgeball
Bab 19 - Dari Masa Lalu
Bab 20 - Timothy Lim
Bab 21 - Berburu Tester
Bab 22 - Pemilihan
Bab 23 - Wino
Bab 24 - Wejangan
Bab 25 - To Love and to Date Someone
Bab 26 - Fatherless
Bab 27 - Debat Kandidat
Bab 28 - Bertemu Kembali
Bab 29 - Pelantikan
Bab 30 - Huru-Hara Kantin Navia (Part 1)
Bab 31 - Huru-hara Kantin Navia (Part 2)
Bab 32 - Huru-hara di Kantin Navia (Part 3)
Bab 33 - Huru-hara di Kantin Navia (Part 4)
Bab 34 - Sepenggal Cerita di bulan Juli (Part 1)
Bab 35 - Sepenggal Cerita di Bulan Juli (Part 2)
Bab 36 - Sepenggal Cerita di Bulan Juli (Part 3)
Bab 37 - Sepenggal Cerita di Bulan Juli (Part 4)
Bab 38 - Sepenggal Cerita di Bulan Juli (Part 5)
Bab 39 - Masih di Bulan Juli: Pasca Insiden
Bab 40 - Masih di Bulan Juli: Cassandra
Bab 41 - Masih di Bulan Juli: The Captain
Bab 42 - Masih di Bulan Juli: di Balik Topeng
Bab 43: Masih di Bulan Juli: Elle's Dinner
Bab 44 - Menarik Garis (flashback)
Bab 45 - Menarik Garis Part 2 (flashback)
Bab 46 - Queen Card (flashback)
Bab 47 - The Epic Return (flashback)
Bab 48 - Holding Room
Bab 49 - Berbagi Aib (Part 1)
Bab 50 - Berbagi Aib (Part 2)
Bab 51 - Sebuah Kata Putus
Bab 52 - Zoomov
Bab 53 - Cerita dari Liburan Lalu
Bab 54 - Cerita dari Liburan Lalu part 2
Bab 55 - Tato
Bab 56 - Myra's Sweet 17
Bab 57 - Let's Talk
Bab 58 - My Sweetest Love Story (flashback)
Bab 59 - Zenith dan Trauma di Jogja (flashback)
Bab 60 - Bertahan Seorang Diri (flashback)
Bab 61 - Kehilangan Segalanya (flashback)
Bab 62 - Sesak (flashback)
Bab 63 - Sepi (flashback)
Bab 64 - Don't Give up (flashback)
Bab 65 - Melindungi yang Paling Berharga (flashback)
Bab 66 - Pindah Sekolah (flashback)
Bab 67 - Navia (flashback)
Bab 68 - The First Game (flashback)
Bab 69 - Gosip (flashback)
Bab 70 - Egy (flashback)
Bab 71 - Kucing-kucingan Part 1 (flashback)
Bab 72 - Kucing-kucingan Part 2 (flashback)
Bab 73 - Pertemuan yang Tidak Disadari Part 1 (flashback)
Bab 74 - Pertemuan yang Tidak Disadari Part 2 (flashback)
Bab 75 - Hari Itu Akhirnya Tiba Juga (flashback)
Bab 76 - Withdrawing (flashback)
Bab 77 - It Comes with A Price
Bab 78 - Departure Lounge (flashback)
Bab 79 - Pembalasan yang Gemilang (flashback)
Bab 80 - H-18 Jam (flashback)
Bab 81 - H-6 Jam (flashback)
Bab 82 - H-2 Jam (flashback)
Bab 84 - The Phoenix Part 2 (flashback)
Bab 85 - Oleh-oleh (flashback)
Bab 86 - She's Home
Bab 87 - The Morning He Wishes to Have
Bab 88 - Seminar

Bab 83 - The Phoenix Part 1 (flashback)

35 8 1
By mayasaripratiwi

Begitu pintu menuju lapangan dibuka, ada yang meledak di telinga Sora.

Apa ini?

Sora mematung disuguhkan keriuhan paling spektakuler selama karir anggarnya. Tribun-tribun yang terisi penuh, atribut merah-putih mewarnai, dan namanya—terselip di antara teriakan para suporter.

Suporter...

Dia punya suporter...

Sebanyak ini?

Selama ini Sora pikir cabang anggar tidak populer.

Selama ini Sora pikir, setelah apa yang menimpanya, orang-orang akan antipati terhadapnya.

Aliran adrenalin dengan cepat memenuhi Sora. Derasnya tak terkendali, hingga nyaris menggetarkan jemari. Kala itu Sora sadar kalau ia sudah diambang bahaya. Tidak boleh lebih deras dari ini atau permainannya akan kacau balau.

"How do you manage to stay calm?"

Sora teringat dua hari yang lalu, dia meluangkan waktu untuk menelepon Galen demi sebuah wejangan.

Galen terkenal dengan ketenangannya. Bahkan dengan jumlah penonton dua kali lipat dari ini atau di tengah huru-hara sekalipun, ia tak goyah. Langkah, ekspresi, dan bahasa tubuhnya benar-benar terkontrol. Dan Sora perlu belajar dari anak itu.

"Sebenarnya gue nggak pernah benar-benar tenang. Tapi itu cuma bisa lo lihat kalau lo belajar micro expression."

"Hah? Maksud lo?"

"Cetakan muka gue emang gini. Lempeng."

Benar-benar petuah tidak berguna.

Justru Sora mendapat saran yang lebih baik dari Fael. "Adrenalin lo, salurkan dan ubah jadi kekuatan."

Salurkan...

Ubah jadi kekuatan...

Entah ia melakukannya dengan benar atau tidak, Sora minimal bisa merasakan ujung-ujung jarinya menghangat dan kakinya berpijak lagi. Lututnya juga memadat, tak lagi terasa seperti agar-agar. Selubung tak kasatmata yang melindunginya dari kegilaan situasi di sekeliling.

Ketika ia menoleh, hatinya melompat senang bukan main mendapati Galen, Izy, dan Reo menepati janji mereka untuk menonton langsung pertandingan finalnya. Ternyata tadi Galen menelepon Izy dari area ini. Rasanya Sora tak sabar untuk melepas stres bersama mereka bertiga seusai pertandingan.

Tanpa menyadari keberadaan Dendra di sayap tribun yang sama, kepanikan melanda ketika ia mendapati kursi di samping Pram kosong melompong.

Regy di mana? Apa dia bohong?

"Sora!"

Kedua pelatih memanggil bersamaan, heran kenapa Sora berhenti di tengah-tengah langkah.

Setelah berburuk sangka sejenak, paru-paru Sora bisa mengembang kembali saat Regy muncul dari balik punggung seorang panitia. Laki-laki itu menuruni tangga dan segera mengisi kursi kosong di samping Pram. Sadar Sora sedang menatap ke arahnya, Regy membalas dengan lambaian kecil.

Ketenangan Sora buyar tatkala layar besar di hadapannya menampilkan pemandangan yang mencengangkan dari kotak VVIP. Menpora dan—IBUNYA?!

Sejak kapan emak gue bestie sama Pak Menteri?!

***

"Did you clean 'them' all?" Regy bertanya pada Pram saat jeda persiapan pertandingan Sora.

Pram membenahi topi baseball hitam yang ia kenakan lalu melempar sebutir kacang panggang ke dalam mulutnya. "Not a big deal," jawab Pram sambil mengunyah.

Mendekati pertandingan final, Regy menemukan social media post yang mencoba menyudutkan Sora bertebaran di sana-sini. Beberapa hanya gurauan murahan, tapi tak sedikit juga yang mengungkit masa kelam hiatus Sora dan berusaha menggiring opini kebencian ke arah Sora.

Oh, Regy paling murka tentang itu.

Regy mungkin bisa cuek kalau mereka bergunjing soal kehidupannya. Bahkan gosip yang menuding dia sebagai anak haram di keluarga Ramuna sekalipun. Karena Regy tahu dia kaya, mereka miskin. Dia punya kuasa, mereka pengangguran. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menyalak seperti anjing liar.

Tapi kalau sudah mengusik gadis favoritnya, detik itu juga dia akan turun tangan. Siapa pun tidak boleh berkata sembarangan tentang Sora. Apalagi memang bertujuan menyebar black campaign menjelang pertandingan finalnya. Orang-orang semacam itu tidak akan lolos dari sapu bersih Pram dan tim.

Regy hanya ingin Sora perlu berfokus pada pertandingannya.

Rona menyapu pipi Regy kala wajah cantik Sora menghiasi layar. Regy merasa tolol sekali. Padahal cuma di layar. Padahal cuma sedang bersiap-siap. Ah, tapi wajah Sora terlalu cantik di ukuran layar sebesar itu. Bagaimana dong?

Kamera beralih menyorot punggung Sora. Kini giliran darah Regy yang berdesir menyaksikan bendera merah putih dan nama negara Indonesia tersemat di punggung Sora. Seakan menegaskan kalau kali ini Sora sudah berada di level yang sama sekali berbeda.

"Aku seneng banget. Biasanya yang nonton Sora cuma kita-kita aja. Sekarang sebanyak ini. Merinding!"

Ternyata Izy, Galen, dan Reo berada tepat satu baris di depan Regy. Sengaja Regy tidak menyapa. Mood-nya sedang enggan bersosialisasi.

"She deserves it."

Jawaban Galen barusan merekahkan senyum Regy. Semua yang ia lakukan untuk Sora ternyata tidak sia-sia. Gadis itu mendapat dukungan terbaik yang bisa ia raih dengan performanya.

Pandangan Regy bergeser ke lawan Sora. Sekilas Regy pernah membaca profil singkat atlet itu di internet. Aliyah Bastien—blasteran Melayu dan Perancis mewakili Negara Malaysia. Seperti kata Sora, cewek itu peringkat 15 dunia. Bukan lawan yang enteng pastinya, kalau berhasil membuat perut Sora sampai mulas.

Gemuruh teriakan penonton merambat cepat, memekakkan telinga saat kedua atlet melangkah masuk dari pinggir lapangan. Di baris depan Regy, Reo menghentak bangkit dari kursinya sambil menyalak lantang, "FIGHTING, KAK SORAAA!"

"GO, SORA, GOOO!" Kakak perempuannya tak mau kalah.

Hanya Galen yang tak terusik kehebohan. Duduk dengan tangan terlipat di dada, mulut terkunci namun tak lepas mengawasi gerak-gerik Sora.

Di tengah arena, kaki Sora mantap menyangga posturnya. Walau terhalang masker pelindung wajah, Regy seakan bisa membayangkan tatapan macam apa yang Sora hunuskan ke lawannya. Tajam membara—kesayangan Regy itu tak akan mengijinkan siapa pun menghalangi kemenangannya.

Oh, my baby is on fire!

***

"Sora tersudut..."

Izy menggigit bibir ketika pertahanan Sora rontok sedikit demi sedikit. Dia memang tidak tahu apa-apa soal anggar, tapi orang awam pun bisa menilai situasi pelik ini.

"Fencing is such a fast paced sport. Kalau dia nggak segera melakukan sesuatu akan sulit untuk membalik keadaan," komentar Galen, diam-diam mengepalkan tangan di saku jaket untuk membendung ketegangan.

"Dia pasti stres berat. Silver medal is not an option for her," Reo menambahkan.

Dari baris atas, Dendra juga sedang ketar-ketir setelah menonton Sora babak belur oleh Aliyah. Membayangkan dirinya berada di situasi yang Sora hadapi sekarang membuat kedua telapak tangan Dendra sedingin es.

Sayang, are you okay?

Di arena pertandingan, Sora nyatanya memang terpuruk. Saking frustrasinya, Sora nyaris mencabut body cord-nya semata-mata agar bel penanda skor berhenti berbunyi. Semakin mencoba menyerang, semakin banyak ia kehilangan skor. Ini benar-benar berbahaya.

Aliyah Bastien adalah yang tertangguh. Tensi perlawanan dari seseorang yang berada di peringkat dunia memang tidak bisa diremehkan. Lengah sedikit, Sora pasti habis. Seperti apa yang baru saja terjadi.

Tapi menurut perhitungan Sora, jurang skor keduanya seharusnya tidak sejauh ini. Lantas kenapa celah permainan Sora bisa terbuka selebar itu?

"I heard you weren't supposed to be here?"

Ya, berawal dari satu kalimat pernyataan itu dengan cepat memompa emosi. Dialirkan adrenalin, mata Sora buram dalam hitungan detik.

Hardikan itu terasa berbeda dengan saat Astri yang mengucapkannya. Kalau Astri jelas menandakan ketakutan. Insecure karena tahu akan kalah.

Namun, ketika kalimat itu terlontar dari mulut lawannya sekarang, terasa sebagai sebuah evaluasi. Tidak ada yang lebih memalukan daripada dipandang tak pantas berada di final oleh sang juara bertahan.

Dulu Sora pernah menonton Galen membantai Ian habis-habisan di sebuah pertandingan eksebisi. Beberapa kali Galen menceritakan sosok Ian di depan Sora sebagai manusia tak tau malu. Keberuntungan demi keberuntungan membawa orang itu ke hadapan Galen di laga final dan membuatnya besar kepala mengira mereka sudah setara. Ian akhirnya tahu diri dan walkout.

Sekarang, haruskah Sora melakukan hal yang sama? Meninggalkan pertandingan sebagai bentuk kesadaran diri? Apalagi setelah pembuktian dari Aliyah di babak pertama yang membuat Sora tak berkutik.

Suara-suara suporter pendukung Sora meredup. Ya, lebih baik kalian berpindah saja mendukung Aliyah! Hati Sora berseru getir.

I'm sorry...

Maaf tertuju pada semua orang termasuk lawannya karena ia gagal menyuguhkan permainan yang sepadan.

"SORA! PERTANDINGAN BELUM USAI!"

Sora menoleh kaget. Bagaimana bisa suara Regy menembus kepalanya dari sejauh itu?

Regy pun terkejut melihat Sora menoleh. Karena sebenarnya dia tidak berteriak sekeras itu. Mungkinkah batin mereka terkoneksi satu sama lain?

1 menit.

Sora punya waktu 1 menit di jeda antar babak untuk menata ulang mentalnya. Mengingat-ingat kembali apa yang sudah ia pertaruhkan sampai di sini. Teman-temannya, kehidupannya yang menyenangkan di Navia, kesempatan untuk membangun ulang Margaux bersama para pelatihnya—

Dan Regy.

Kenapa Sora bisa hampir lupa kalau ada satu orang lagi yang nasibnya sama-sama di ujung tanduk karena pertandingan ini? Wajah sendu Regy sewaktu di bandara mengusik pikiran Sora. Anak itu pasti sangat ketakutan jika harus pindah ke New York di bawah bayang-bayang ibunya.

Ah, sial. Kalau begini kan Sora jadi tidak tega.

Bak doa yang terjawab, tepat saat itu mata Sora menangkap sesuatu di diri lawannya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1M 58.5K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.4K 654 36
Bagaimana jika Queen of Socialita, mendadak hancur? Segala yang ia punya; kepercayaan diri, keceriaan, dan kemandirian serta limpahan cinta yang menj...
1.5M 66K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
3.6K 272 39
Book 2 of The King's Call (COMPLETED!) Tidak mudah bagi Syam menerima kenyataan dirinya sebagai cindaku walaupun ia memiliki kekuatan dan keahlian...