Hallo, update lagi!
Jangan lupa follow akun gue yang lain :
Ig : iLa_dira
Ig : iLaDira69
Tiktok : iLaDira69
Karyakarsa : iLaDira69
.
.
.
Alex berusaha mengesampingkan ego dan berpikir positif dengan sikap Mauren selama ini. Semenjak mengetahui kehamilannya, Mauren kembali berubah. Terutama pada Alex, seolah tidak menganggap lelaki itu ada.
Dia juga berubah menjadi pendiam. Kesannya tidak menyukai kehamilannya. Bahkan sering mengabaikan dirinya yang dikhawatirkan Alex akan berdampak pada calon bayi mereka.
Alex berusaha menegur Mauren dengan lembut. Namun, wanita itu tak menghiraukannya. Keesokan harinya tetap mengacuhkan kandungannya. Dia juga malas makan, tidak menghargai usaha Alex yang berusaha menuruti keinginannya.
Apapun akan Alex lakukan, seperti membawa liburan singkat agar pikiran Mauren fresh. Menyiapkan makanan bersama kedua putrinya agar dia tidak malas makan.
Karena sejujurnya, Mauren memang mengabaikan perutnya yang lapar. Mauren sangat malas, tidak tahu bawaan bayi atau karena dia yang masih syok dengan kehamilannya.
Alex ingin Mauren terbuka padanya. Mengatakan apa yang dia rasakan, sayangnya semua bujuk rayu Alex tak membuahkan hasil.
"Kita perlu bicara."
Mauren melirik sekilas pada suaminya yang baru masuk kamar setelah menidurkan anak-anak.
Alex memandang Mauren tajam, wanita itu diam saja. "Apa yang kamu lakukan selama ini?"
Mauren diam saja. Tidak bergerak sedikit pun dari posisinya.
"Sikap kamu." Alex menambahkan. "Mauren, bangun." Alex mulai kesal karena wanita tidak merespon.
Alex menunggu sampai akhirnya Mauren bangun. Wanita itu duduk dan tidak mau memandang Alex.
Alex gusar. Menarik nafas frustasi. Dia ingin marah, tapi dia tahan.
"Kamu nggak suka dengan kehadiran bayi itu?" tanya Alex berusaha tetap tenang.
Mauren lagi-lagi tidak menjawab. Namun, air matanya yang jatuh telah memberikan jawaban untuk Alex.
Alex mengepalkan tangannya, menggeram marah. "Kenapa?"
Air mata Mauren kembali meluruh.
"Kenapa, Mauren?" Alex mulai meninggikan suaranya. "Kamu masih dendam sama aku?"
Mauren menundukkan kepala, tanpa berani menyeka wajahnya.
Alex menggeleng tidak percaya. Dia sangat kecewa, mengira Mauren sudah menerimanya.
Tidak! Tidak masalah jika Mauren belum menerimanya. Tidak masalah jika Mauren belum mencintainya lagi.
Tetapi, mengapa Mauren harus membenci kandungannya? Dia tidak bersalah, dia ada karena mereka berdua sama-sama suka rela. Mauren mau berusaha menerima Alex dan memulai dari awal lagi.
Alex tidak memaksa Mauren kalau belum siap. Lelaki itu masih sabar menunggu. Kalau pun tidak mau sampai nanti, Alex tidak mempermasalahkannya. Tetapi, Mauren tidak menolak. Mauren menyambutnya dengan baik.
"Brengsek!" Alex mengumpat kasar dan tubuhnya nyaris roboh. Dia meninju dinding dan mengakibatkan kepalan tangannya memar.
Alex memang brengsek telah memberikan masa muda yang menyakitkan untuk Mauren. Dia juga pernah tidak menginginkan calon anak mereka. Alex juga memaksa Mauren untuk kembali padanya. Alex menyesalinya! Amat menyesali dan kalau bisa membuat perjanjian dengan iblis sekalipun, dia ingin mengulang kembali waktu. Alex akan jujur dan membahagiakan gadis kecil yang dulu menemuinya.
Atau, jika Mauren tidak menginginkannya. Alex akan bersikap ketus dan mengusirnya supaya mereka tidak berakhir bersama. Agar Alex tidak perlu sampai jatuh cinta pada gadis kecil itu.
Lelaki itu ingin menebus semua kesalahannya. Menebus waktu yang terbuang sia-sia. Mencurahkan semua perasaannya untuk Mauren dan keluarga mereka.
Alex berusaha dan belajar siang malam supaya dia bisa menjadi suami dan Daddy terbaik untuk keluarganya. Berusaha bertanggung jawab supaya mereka tidak kekurangan sedikit pun, baik itu materi maupun kasih sayang.
Mengabaikan dirinya sendiri asalkan bisa menemui anak dan istrinya jauh di benua lain. Menjalani hubungan jarak jauh sembari menunggu Mauren mau menerimanya lagi.
Lalu setelah Alex merasa hidupnya bahagia, dengan teganya Mauren malah tidak menginginkan calon bayi mereka.
Alex merasa hancur dengan penolakan Mauren terhadap bayi mereka.
Alex berusaha sabar sampai Mauren berubah menyayangi kandungannya. Tetapi, sepertinya Mauren tidak berusaha menerima bayi itu. Setiap kali Alex melihatnya, perasaan lelaki itu bergemuruh. Ingin marah tetapi harus sabar sampai Mauren mau.
"Kalau kamu tidak menginginkan bayi itu, tunggu sampai lahir. Setelah itu terserah kamu." tiba-tiba Alex memberikan keputusan untuk melepas Mauren. Alex menerima sikap Mauren selama ini padanya, namun tidak untuk masalah anak.
Mauren kaget dan menahan nafas. Namun masih belum berani mengangkat kepala.
"Kalau kamu mau pergi, silahkan! Aku nggak akan melarang kamu lagi. Aku nggak akan menahan kamu, atau mencari kamu lagi." tambah lelaki itu tegas. "Tapi, anak-anak semua sama aku."
Barulah Mauren berani memandang suaminya. Namun, tak satu patah kata pun yang keluar dari bibirnya.
"Kalau kamu mau pindah sekarang, terserah kamu. Nanti kalau bayi itu sudah lahir, aku akan mengambilnya."
Mauren terbata. Tidak bisa mendeskripsikan perasaan.
"Kamu bisa cari tempat tinggal yang kamu mau. Terserah mau tinggal dimana. Semua biaya aku yang tanggung. Kamu nggak boleh bawa anak-anak. Aku sendiri yang akan mengurus mereka."
"Kamu nggak ... anak-anak ..." Mauren terbata.
"Kamu mau bawa mereka sedangkan kamu nggak menginginkan bayi itu?" Alex kembali meninggikan suara dan marah.
Mauren menggelengkan kepala. Tidak mau berpisah dari anak-anak.
"Aku salah udah maksa kamu supaya balik lagi sama aku! Aku juga salah udah menyulitkan kamu dan memanfaatkan kamu! Kamu mau marah, aku terima. Kamu membenci aku seumur hidup kamu, aku masih terima! Tapi, kalau kamu menolak kehadiran anak-anak kita, aku nggak bisa mentolerir lagi! Aku bakal lepasin kamu."
"Mommy ..."
"Daddy ..."
Alex sampai tidak sadar meninggikan suara sampai anak-anak bangun. Suara balita di balik pintu menggendor-gendor pintu sambil menangis.
"Mommy, buka."
"Buka, Daddy."
Alex bergerak menuju pintu, pelan-pelan membuka dan suara tangis balita itu makin jelas.
"Daddy kenapa malah-malah?" tanya Star mendongak dengan derai air mata.
"Mommy jangan nangis." Scarlett juga menangis hingga sesegukan. Berlari menghampiri Mauren dan memeluk wanita itu.
Mauren berusaha tidak menangis, dia membalas pelukan Scarlett erat. Berusaha menenangkan balita itu agar tidak menangis lagi.
"Mommy ..." Star juga berlari menghampiri Mauren. Menaiki tempat tidur dan memeluk keduanya.
"Nggak apa-apa, sayang." bisik Mauren lembut.
"Mommy nangis ..." Suara Star dan Scarlett sampai serak.
"Mommy jangan nangis. Stal sayang Mommy." Star berusaha membujuk Mauren dan membingkai wajah wanita itu.
"Em, Scallett sayang Mommy. Mommy nggak boleh nangis." Scarlett menghapus air mata Mauren di pipi dan menasihati dengan wajah serius.
"Semua sayang Mommy. Daddy sayang Mommy, glenma sayang Mommy." jelas Scarlett.
"Glenpa sayang Mommy. Angkel sayang Mommy. Onty juga sayang Mommy." Star menambahkan.
Mauren mengangguk dan air matanya makin deras. Mauren memeluk mereka sangat erat dan berkata hal yang sama. "Mommy sayang Star dan Scarlett." Mauren mengecup balitanya gantian.
"Daddy ..., Daddy sayang Mommy, kan?" tanya Scarlett menoleh pada Alex yang masih berdiri di dekat pintu. Alex menutup pintu agar suara mereka tidak terdengar keluar.
"Daddy sayang Mommy." Star bahkan turun dari tempat tidur untuk memastikan langsung. Dia mendongak dan memegang tangan Alex dengan derai air mata. "Daddy sayang mommy, kan?" tanyanya sambil manggut-manggut.
Alex mengangguk dan memeluk Star. "Maafin Daddy, sayang." gumamnya.
"Mommy nggak boleh nangis." pesan Star. Star menoleh pada Mommy dan mengulurkan kedua tangannya.
Alex mendekat dan menurunkan Star di atas tempat tidur. Star Kembali memeluk Mauren tanpa berhenti menangis. Berusaha menjadi orang dewasa untuk menenangkan Mommy.
"Daddy sayang Mommy." katanya.
"Iya, sayang. Mommy nggak kenapa-kenapa. Tadi Mommy kelilipan aja." Mauren tertawa sambil mengerjap-ngerjap.
"Mommy nggak boleh sedih." Star dan Scarlett tidak percaya.
Alex tidak berani berbohong. Dia juga merasa sakit melihat anak dan istrinya saling berpelukan dan menangis.
"Yuk, kita tidur lagi." Mauren berhenti mengeluarkan air mata sembari menyeka wajahnya. "Mommy dongengin. Mau dongeng apa, hem." katanya berusaha mengalihkan perhatian anak-anak.
Mauren menggendong mereka ke kamar balita melalui connecting door. Mengabaikan Alex masih berdiri diam di tempatnya.
"Mommy punya dongeng baru lho. Judulnya, Pangeran dan Tuan Putri."
Anak-anak mulai berhenti menangis. Namun masih sesegukan dan wajah memerah.
Mauren setengah berbaring di tengah-tengah Star dan Scarlett. Dia mulai mendongeng dan semangat.
"Pangerannya namanya Al, pacar Star lho." jelas Mauren. "Tuan Putri namanya Star dan Scarlett. Pangeran dan Tuan Putri satu sekolah, mereka teman baik."
"Al sama Stal?" tanya Star.
"Em, iya.'
"Scallett juga?"
"Iya." Mauren semangat. Anak-anak mulai terbuai. "Ada Tuan Putri Rhea, ada juga Pangeran Ares."
"Tuan Putli Stal sama Pangelan Al sekolah?" tanya Star mengerutkan dahi.
"Iya. Sama Tuan Putri Scarlett. Tiap hari di sekolah mereka makan es krim."
"Scallett tiap hari makan es klim di sekolah." Scallett membenarkan dengan serius.
"Stal juga makan banyak. Es klim di sekolah enak."
"Iya, enak banget."
"Mommy, kalau Tuan Putli jajan di sekolah, bayalnya pake kaltu?" tanya Star penasaran.
"Iya. Semua jajanan di sekolah bisa di ambil." jelas Mauren membenarkan.
Anak-anak langsung tertarik mendengarkan dongeng Mauren.
"Mommy, Daddy-nya Tuan Putli sayang Mommy?" tanya Scarlett penasaran.
Mauren tersenyum tipis dan mengangguk membenarkan. "Iya, sayang."
"Kalau Mommy Tuan Putli saya Daddy?" Star menambahkan.
Mauren tidak langsung menjawab. Dia tersenyum tipis dan mengecup dahi kedua putrinya gantian. Star dan Scarlett menunggu dengan sabar sambil mendongak.
"Em." Mauren berdeham membenarkan.
***
Jakarta, 24 Juni 2022
Kalian tim mana nih?
- Tim cere
- Tim bertahan
Menuju ending!
Next :
⚠️Spam komen!⚠️
Follow :
Ig : iLa_dira
Ig : iLaDira69
Tiktok : iLaDira69
Karyakarsa : iLaDira69
Dukung gue dengan cara baca part exclusif di Karyakarsa!
Beli paket jauh lebih murah, bestie!
Sama cerita yang lain, tak kalah menarik.
Mungkin bentar lagi bakal post cerita Queen dan Romeo di Wattpad.
Jangan lupa baca duluan di Karyakarsa ya.