Brownie In Paris

1K 73 7
                                    

NAMAKU Brownie. Apakah kalian berpikir bahwa itu nama yang aneh? Mungkin itu nama yang aneh untuk manusia, tapi nama yang menggemaskan untuk seekor kucing lucu sepertiku.

Aku merupakan kucing betina jenis British Shorthair, berwarna full cokelat, dengan mata yang berwarna kuning menyala. Aku tak ingin meninggikan diri sendiri, tapi menurutku, aku adalah kucing yang imut dan lucu. Aku bisa menilai itu ketika aku berkaca di cermin besar, di kamar Kalliste.

Kalliste? Siapa itu? Kalliste adalah pemilikku. Arti nama Kalliste adalah most beautiful. Benar. Di antara tiap wanita di taman yang kutemui setiap Kalliste mengajakku jalan-jalan sore, tak ada wajah mereka yang menyaingi kecantikan Kalliste. Itulah kenapa banyak laki-laki tampan yang mendekatinya dan datang ke rumah. Tak jarang dia membuka hati untuk lelaki, tak jarang pula dia tersakiti oleh mereka.

Aku tak ingat banyak mengenai kenangan masa kecilku. Yang kuketahui adalah aku sudah bersama Kalliste sejak aku masih kecil sampai sekarang, usiaku memasuki dua tahun. Kalliste merayakan ulang tahunku yang pertama tujuh bulan yang lalu. Kami merayakannya bertiga, bersama Jacob, kekasihnya pada saat itu.

Hanya bertiga, memang. Aku tak bisa membayangkan jika teman-teman Kalliste ikut diundang. Mungkin aku akan dipaksa duduk bersama mereka, selfie dengan mereka, dan yang lainnya. Benar-benar memusingkan.

Lagipula, Kalliste tidak memiliki banyak teman. Yah, maksudku, dia punya banyak teman, tapi kebanyakan dari mereka adalah teman palsu. Mereka akan mengobrol, tersenyum manis, dan tertawa bersama Kalliste, namun ketika Kalliste pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, mereka akan membicarakan keburukan Kalliste. Aku tau, yang mereka bicarakan bukanlah keburukan Kalliste, melainkan suatu bentuk keirian mereka kepada Kalliste.

Wajar saja, karena mereka punya wajah yang jelek. Aku adalah kucing paling open-minded dan paling tak suka menghina, tapi mereka yang memburukkan Kalliste-ku duluan.

Aku ada disana. Bahkan pernah suatu kali, aku sedang dipangku oleh Bethany. Aku mendengar segala ucapan buruk mereka, itulah kenapa aku mengeluarkan jurus pamungkasku; pipis di pangkuannya. Tentu aku tak bisa membiarkan mereka berbicara hal buruk mengenai Kalliste.

Meski begitu, bukan berarti aku dan Kalliste tak pernah berkelahi. Terakhir kali dia memarahiku adalah ketika tugasnya jadi berantakan karena ulahku. Aku diam saja, tapi sebenarnya, aku juga jengkel di dalam hati karena dia memarahiku hanya karena tugasnya. Apakah aku egois? Yah, setidaknya, Kalliste harus tau bahwa aku yang selalu menemaninya dan khawatir padanya, bukan tugas itu.

Lagipula, jejak kakiku terlihat imut di atas tugasnya. Itu adalah estetika.

Tiap lelaki yang Kalliste kencani pasti berwajah tampan. Yah, seimbang dengan Kalliste yang juga cantik. Meski tampan, aku tak menyukai satupun dari mereka, karena aku tak dapat melihat pancaran cinta dari mata mereka kepada Kalliste, seperti pancaran cinta yang selalu Kalliste berikan padaku.

Meski tampan dan cocok secara visual dengan Kalliste, namun, hubungan mereka tak pernah bertahan lama. Sebagian besar alasannya bukan pacaran jarak jauh, beda agama, api cemburu, atau yang lainnya. Tapi, Kalliste tak pernah menemukan lelaki yang cocok dengannya dan memutuskan lelaki itu duluan. Sebenarnya, tak selalu, sih. Tapi, Kalliste lebih sering memutuskan duluan daripada si laki-laki.

Kalliste adalah perempuan baik, aku tau itu. Bukan karena bosan dan berniat gonta-ganti pacar, dia hanya berusaha mencari kenyamanan yang sesungguhnya. Kupikir, dia belum mendapatkan itu.

Sejauh ini, aku sedikit suka dengan Jacob karena dia hadir pada hari ulang tahunku dan membelikanku kalung kucing yang cantik. Dia juga tampan dan tampak menyayangi Kalliste sepenuh hati. Hanya saja, Kalliste memutuskan hubungan mereka karena Jacob selalu disita oleh waktu dan sibuk dengan kuliah, basket, dan hal lainnya. Kalliste tak nyaman akan hal itu.

My Cerpens; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now