Mantan Terbaik Jo

101 13 0
                                    

"AKU pernah ke sini sama Rasti, sebelumnya," kata Jo dengan wajah sumringah. "Dia seneng yang seafood, sih. Kalau aku… aku lebih seneng yang ayam."

Tika hanya mengangguk untuk merespon ucapan Jo barusan. Ini sudah bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali bagi Tika untuk mendengar nama Rasti di cerita Jo. Rasti, mantan pacar Jo yang terakhir, sebelum Jo berpacaran dengan Tika.

Jo dan Tika belum lama berpacaran. Sepertinya, baru setahun. Sedangkan hubungan Jo dan Rasti hanya bertahan selama tiga bulan, tapi entah kenapa, rasanya seakan seumur hidup Jo bersama Rasti, saking seringnya Jo menyebutkan nama Rasti ketika sedang bersama Tika.

Mantan pacar terbaik Jo.

Tika lebih sering diam dan tak membesarkan masalah itu. Tika selalu bersikap biasa saja, seakan memperbolehkan Rasti menjadi bagian terpenting dari kehidupan Jo. Memang benar, Rasti adalah bagian penting dari kehidupan Jo. Jo banyak berubah ke arah yang lebih baik selama bersama Rasti. Namun, bukan berarti Tika tak cemburu. Tika juga sebenarnya merasa insecure karena merasa dia tak lebih baik daripada Rasti. Hanya saja, jika dia menuruti hatinya dan menjadi seorang yang egois, rasanya hanya membuang waktu untuk hal yang tak penting dan membuat mereka berkelahi.

Sampai suatu hari, Tika mengalami sebuah kegagalan terbesar dalam hidupnya. Tika dijebak oleh oknum yang ada di kantornya dan membuat kerugian besar dari kantor itu sehingga Tika harus mengganti rugi sekaligus dikeluarkan dari kantor tersebut.

"Kamu bisa lewatin ini kok, Ka," ucap Jo, mengelus rambut Tika dengan pelan. "Aku bakalan bantuin kamu. Whatever happens."

Ini yang Tika sukai dari Jo. Jo selalu ada tiap kali Tika mendapat maslaah. Jo selalu menemani Tika dan dengan cepat membereskan masalah Tika. Tika akui, dia adalah orang yang sering terkena sial dan rasanya, tiap kali Tika tanpa sengaja membuat api, Jo selalu berusaha menjadi pemadamnya.

Jo adalah orang yang sempurna. Tika sangat bersyukur memiliki Jo.

"Rasti juga pernah ada di masalah kaya gini. Terus, aku juga sempet bantuin dia untukー"

"Serius?" potong Tika, tak menyangka. "Di saat kaya gini, kamu masih tega ngebahas Rasti? Serius?"

Jo bisa melihat kedua mata Tika berkaca-kaca. Jo seketika panik.

"Aku salah bicara?" tanya Jo, berhati-hati. "Ka, kamu marah?"

"Selama ini, kamu emang sengaja banget bikin aku insecure sama mantan kamu, ya? Itu yang kamu pengen selama ini?"

"Hah? Enggak. Mana mungkin. Kita udah gak ada apa-apa, kok. Aku bicarain Rasti karena dia udah aku anggep sebagai adikku. Aku juga bilang kalau aku berniat kenalin kamu ke dia kan, kapan-kapan?" ujar Jo, membela diri. "Karena dia salah satu bagian penting dalam perjalanan kehidupan aku, jadi akuー"

"Emangnya aku permasalahin kalau dia jadi bagian penting di kehidupan kamu?" tanya Tika. "Bukan itu poinnya."

"Aku udah gak ada apa-apa sama dia. Aku cuma sama kamu doang."

"Justru itu. Kamu udah gak ada apa-apa sama dia, tapi tetep inget semua hal tentang dia," ucap Tika. "Masih sayang, ya? Masih sering keinget?"

"Kamu aneh banget," Jo menggelengkan kepalanya. "Biasanya kamu gak kaya gini."

"Kalau aku diem pas kamu bicarain Rasti, emangnya artinya kamu bisa bebas ngomongin dia mulu?" tanya Tika. "Kamu gak peduli perasaanku, ya? Segala kemungkinan yang mungkin bisa bikin aku overthink, insecure, apapun. Kamu gak peduli soal itu. Aku diem juga demi jaga perasaan kamu, demi jaga hubungan kita biar gak berantem atau buang waktu untuk hal gak guna cuma perkara mantan. Tapi, kamu malah… huft."

"Aku ya peduli sama kamu, lah. Mana mungkin aku gak peduli," ujar Jo, duduk mendekat. "Maafin aku, ya. Iya… aku yang salah."

"Terserah kamu aja."

Jo naik ke atas kasur, duduk di sebelah Tika dan ikut berselimut. "Iya, dia emang orang yang penting di kehidupan aku. Ada banyak hal yang aku pelajarin waktu bareng dia."

"Ya."

"Tapi, bukan berarti kamu gak penting. Kamu juga gak kalah penting, ada banyak hal baru yang aku juga pelajarin pas sama kamu. Kamu perempuan yang aku pilih, kamu udah yang terbaik dari semua perempuan yang pernah sama aku. Bukan berarti Rasti penting dan kamu gak penting, bukan kaya gitu," Jo memberi jeda. "Aku minta maaf kalau apapun yang kubilang soal Rasti bikin kamu kesel atau bahkan insecure. Kamu gak perlu mikir yang macem-macem. Dia emang orang yang baik, tapi dia gak akan lebih baik dari kamu."

Tika terdiam sejenak, cukup lama. "Aku minta maaf karena gak cerita sejak awal dan semuanya meledak secara tiba-tiba sekarang. Aku gak mempermasalahkan semuanya karena kupikir, kita perempuan dan laki-laki dewasa yang udah gak seharusnya berantem cuma karena mantan pacar. Aku cuma gak mau mempermasalahkan hal kecil karena aku mau ngejaga perasaan kamu dan hubungan kita. Aku juga yang salah karena kurang komunikasiin itu ke kamu. Aku cuma... ngerasa serba salah. Kalau aku komunikasiin itu, aku takut bikin kamu tersinggung."

"Kamu terlalu mikirin jauh ke depan sampe kamu terlalu banyak mendem sendirian," Jo memberi jeda. "Kamu harus cerita apapun tentang yang kamu rasain biar aku bisa ikutan jaga perasaan kamu dan hubungan kita. Oke?"

Tika mengangguk ke arah Jo yang tersenyum. "Oke."

-----------------------------------------------

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

-----------------------------------------------

26 Okt 2023

My Cerpens; Kumpulan CerpenOnde histórias criam vida. Descubra agora