Pesan yang Panjang

182 18 0
                                    

AKU tak takut apapun. Aku tak takut sendirian, kegelapan, suara petir, apapun. Aku tak takut akan apapun. Di dunia ini, di usiaku saat ini, aku hanya takut akan satu hal, yaitu nilai yang rendah dan membuat malu orang tuaku.

Namun, malam ini mengubah sesuatu di dalam pikiranku. Hari ini, hari Jum'at di bulan Januari, merupakan hari yang besar untukku, tapi aku tak terlalu menyukainya. Hari ulang tahunku. Aku tak benci dengan bertambahnya usiaku, aku justru bersyukur akan hal itu. Hanya saja, aku benci dengan ucapan ulang tahun yang berlebihan, hadiah, pesta, dan semacamnya. Aku tak terlalu suka semua itu.

Keluargaku pun bukan tipe orang yang menganggap hari ulang tahun sebagai hari yang besar. Kami selalu berpura-pura tak tau saat ada yang ulang tahun di rumah, tapi diam-diam mendoakan ketika ibadah. Bahkan, papaku tak suka ucapan ulang tahun. Dia akan marah jika ada yang membahas perihal ulang tahun dengan segala perayaan di samping itu dan aku tau, dia melakukan itu karena kepercayaannya.

Terkadang, aku berpikir. Bagaimana orang-orang bisa beruntung dengan memiliki orang-orang tersayang mereka di hari ulang tahun mereka? Bagaimana mereka bisa menyukai hari ulang tahun mereka? Bagaimana mereka bisa tidak menangis di hari ulang tahun mereka? Bagaimana mereka bisa menjadikan hari ulang tahun sebagai hari yang bahagia? Sedangkan bagiku, semuanya adalah kebalikannya.

Atas kebencianku akan hari ulang tahunku, aku pun mematikan ponselku pada hari ulang tahunku. Aku menikmati hariku sendirian, lalu kupikir aku akan kembali setelah hari ulang tahunku berakhir. Aku mengabaikan segala hal. Aku tak peduli dengan organisasi kampus, grup angkatan, apapun. Aku hanya ingin sendiri dan berniat menghabiskan waktuku untuk hal tak penting, setidaknya agar pikiranku tak kosong dan aku jadi tak memikirkan hal yang tak perlu.

Seperti yang kuduga, hari ulang tahunku buruk lagi. Seperti yang kuduga, aku menangis lagi di hari ulang tahunku. Kucing-kucingku mati. Hal kecil bagi orang lain, tapi mereka adalah temanku, bagiku. Aku pun menghabiskan hampir sepenuh hariku untuk mengobati kucing-kucingku yang sakit karena terkena penyakit menular sehingga entahlah, aku tak tau bagaimana seharusnya sebuah hari yang harus lebih buruk lagi.

Setidaknya, jika aku tak diberi kebahagiaan di hari ulang tahunku, minimal kenapa tidak beri aku ketenangan saja? Kenapa harus selalu ada yang pergi dariku?

Setelah hari ulang tahunku usai, pada pukul satu diri hari, aku pun mengaktifkan ponselku kembali. Aku membuka pesan dan bersyukur, para lelaki menyebalkan seperti Ben dan Andre tidak menyadari hari ulang tahunku. Aku menghargai mereka. Hanya saja, Ben adalah mantan yang menyebalkan, sedangkan Andre adalah orang baik, tapi rasa sukanya terkadang berlebihan dan lebih tampak seperti obsesi sehingga membuatku risih. Aku hanya tak tau harus menjawab apa jika mereka memberikanku ucapan.

Ada satu pesan yang paling panjang di antara pesan lainnya. Aku mendapatkan pesan dari Fifi, teman dekatku. Dia mengirimiku pesan pada pukul sepuluh malam. Aku tau, isi pesannya adalah ucapan selamat ulang tahun. Namun, ada yang aneh di hatiku.

Aku merasa takut. Pesan yang panjang itu tampak seperti sebuah pesan berisi berita buruk mengenai sebuah keputusannya untuk meninggalkanku. Pesan yang panjang itu seperti sebuah pesan yang penting dan membuatku berprasangka buruk bahwa itu akan membuatku sakit hati di pertengahan karena pesan itu tampak seperti pesan terakhir yang akan dia berikan untukku, sebelum dia pergi.

Aku tak tau darimana teori itu berasal. Aku bahkan belum melihat isi pesannya. Perasaan tak enak yang kurasakan karena berbagai hal di hari ulang tahunku membuatku jadi mengaitkan segala hal menjadi negatif. Aku tak seharusnya berprasangka buruk, tapi untuk urusan hati dan perasaan bukanlah hal yang bisa kukendalikan.

Kupikir, rasa takut itu muncul karena banyak hal yang pergi dariku akhir-akhir ini dan hal itu membuatku jadi serba parno.

Aku tak bisa menahan air mataku. Aku juga bingung kenapa aku malah menangis. Aku bahkan menutup ponselku lebih dulu karena aku takut melihat isinya. Aku hanya berpikir, tiap orang yang kuanggap istimewa selalu pergi dariku, apakah Fifi juga akan meninggalkanku kali ini?

Setelah berbaring di atas tempat tidurku dan melihat langit-langit kamarku dengan waktu yang cukup lama, aku akhirnya memutuskan untuk membuka ponselku kembali dan membuka pesan dari Fifi.

Ternyata, ada satu hal yang lebih kutakuti dari nilai yang rendah, yaitu sebuah pesan yang panjang. Mungkin, tampak sepele, tapi bagiku, lebih tampak seperti sebuah wasiat selamat tinggal. Aneh sekali.

Kurang lebih, isi dari pesan Fifi adalah ucapan selamat ulang tahun dan dia yang menjelaskan mengenai kebingungannya atas sifatku yang berubah akhir-akhir ini. Dia berusaha meneleponku pada pukul dua belas malam, tapi nomorku tak bisa dihubungi. Dia sudah merencanakan banyak hal untukku, tapi aku justru menghilang begitu saja sehingga dia pun kebingungan harus bagaimana di hari ulang tahunku, hari yang seharusnya memberikannya kesempatan untuk membuatku bahagia.

Actually, you don't hate your birthday. You didn't get love at your birthdays like others, that's why you always hate them.

Kalimat yang Fifi tulis itu membuatku tertegun.

Aku sedih sekali. Aku menghancurkan rencananya, tapi aku pun tak bisa mengendalikan perasaanku yang tak baik-baik saja karena banyak hal. Namun, di satu sisi, aku tak ingin Fifi meninggalkanku. Aku tak ingin ditinggalkan lagi oleh orang yang istimewa bagiku. Bukannya mudah untuk membangun kepercayaan lagi. Aku tau, sebagai teman, aku menyebalkan dan menyusahkan. Aku tau, ini egois, tapi tak bisakah kalian tetap di sini dan jangan hancurkan aku dengan cara pergi meninggalkanku?

Aku terlalu lelah untuk menjelaskan kenapa hatiku lebam. Tentang hariku yang buruk, keluarga besarku yang menyebalkan, teman-temanku yang sakit dan mati, aku terlalu lelah untuk menjelaskan semua itu. Akhirnya, aku hanya bisa menuliskan satu pesan panjang untuk Fifi. Kuharap, dia bisa melihat satu kalimat yang berada di tengah dengan jelas.

I know I'm such a fool, but please, don't ever leave me.

---------------------------------

29 Januari 2022

My Cerpens; Kumpulan CerpenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora