Lagi Ada Masalah?

171 16 1
                                    

"KENAPA melamun?" tanya Bella, mengernyitkan dahinya. Aku yang mengunyah makananku dengan wajah datar, lantas menoleh ke arahnya yang baru saja duduk di hadapanku sambil membawa makanannya. "Lagi ada masalah?"

Aku terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Gak ada."

"Kalau kamu ada masalah, cerita sama aku, ya," kata Bella. "Ada aku yang bisa dengerin."

Aku tersenyum, mengangguk.

Setelah pulang dari kampus dengan berbagai praktikum yang memberatkan kepala, aku pun memasuki kamar kosku. Setelah mandi, berganti pakaian, makan, dan membaca materi kuliah sebentar, akupun menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Aku menatap langit-langit kamar.

Tak lama kemudian, ponselku berdering. Mamaku menelepon. Setelah menggeser tombol hijau itu, akupun tersenyum ke arah layar.

"Belum tidur, Kak?" tanya Mama. "Makan apa tadi?"

Kami berbincang. Tak hanya Mama, tapi ada Papa juga. Mereka jelas ingin tau kabarku, sebagai orang tua yang mengkhawatirkan anaknya menempuh pendidikan di kota orang.

"Kenapa kayanya capek banget?" tanya Papa, mengernyitkan dahi. "Kuliahnya berat hari ini?"

"Gak juga."

"Terus? Lagi ada masalah?" tanya Papa lagi.

Aku menggeleng. "Gak ada."

Setelah berbincang cukup lama, aku pun mematikan telepon tersebut. Tak lama kemudian, satu pesan masuk ke dalam ponselku.

Selly
• Lo sibuk ga?
• Gue pengen cerita

Aku menghela napasku panjang. Aku ingin mendengar ceritanya, tapi sepertinya aku sudah tak punya tenaga sebagai pendengar, malam ini.

Rara
• Gue pengen dengerin lo, tapi lagi cape
• Besok kita obrolin itu okey

Selly
• Lo gapapa?
• Kalau ada masalah, cerita sama gue dan Nina
• You know you have us

Aku hanya mengirim stiker lucu untuk membalas pesannya.

Satu yang kupertanyakan. Jika aku bercerita, apakah mereka akan mengerti dengan apa yang kurasakan? Apakah mereka benar-benar peduli? Lalu, apa yang akan mereka lakukan? Mendengarkanku untuk memberikanku solusi? Atau mendengarkanku untuk menceritakan masalahku ke orang lain? Atau hanya ingin bersikap sebagai layaknya teman, tapi tak memerhatikan isi dari ceritaku?

Ini bukan pertama kalinya aku merasa lelah, sedih, dan sebagainya. Aku sudah berkali-kali merasakan perasaan buruk dan sebagian besarnya kuceritakan kepada orang terdekatku karena aku tak ingin memendam emosiku yang akan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan mentalku. Namun, terkadang, reaksi dari mereka malah menambah rasa sedihku. Terkadang, mereka bahkan tak ingat isi dari ceritaku, jika aku membicarakannya lagi di lain hari. Terkadang, mereka justru menyalahkan dan menekanku, setelah aku bercerita. Terkadang, aku hanya seperti orang bodoh yang membagikan ceritaku dengan sukarela. Terkadang, mereka justru menjadikan masalahku sebagai bahan obrolan dengan orang lain.

Apanya yang lagi ada masalah? Kalaupun aku bercerita, tak ada yang bisa mereka lakukan untukku sehingga tenagaku hanya semakin terkuras untuk bercerita. Aku berpikir... itulah kenapa banyak orang yang tak mau membicarakan kegelisahan mereka dan lebih memilih untuk memendam. Semuanya menjadi 'yaudahlah' karena takkan ada yang bisa mengerti apa yang kita rasakan.

-------------------------------------

16 Sep 2022

My Cerpens; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now