I Miss You!

216 24 0
                                    

"HAL terbaik sekaligus menyebalkan dari dicintai oleh seorang penulis adalah kamu akan hidup di tulisannya," ujar Kate sembari memasangkan dasi milik Bill. "Entahlah, mungkin tak selalu orang yang dicintai. Soalnya, kupikir kamu juga senang menulis mengenai mantan kekasihmu."

Bill yang semula membaca jadwal kesibukannya di sebuah catatan kecil, lantas menoleh ke arah Kate. "Kamu masih marah soal Mary?"

Kate hanya diam. Setelah memasangkan dasi itu dengan rapi, Kate pun berjalan menuju dapur untuk mematikan kompor dan menyajikan makanan yang masih panas itu ke atas dua buah piring.

"Aku hanya menulis soal Mary sekali, itupun bukan tentang cinta, Kate," ujar Bill, mengernyitkan dahinya. "Tapi, kamu selalu mengungkitnya meskipun kamu bilang kamu tak marah padaku soal itu."

"Selesaikan makanmu, sebentar lagi kamu harus berangkat," ucap Kate, tak peduli dengan ucapan Bill sebelumnya, kemudian mulai sibuk dengan garpu dan pisau. "Kamu sudah cek semuanya? Jangan ada yang tertinggal."

Bill hanya menghela napasnya, lalu meraih garpu dan pisaunya, menyuap makanannya.

Bill dan Kate adalah sepasang suami istri yang sudah menikah selama tiga tahun. Mereka setuju untuk menunda memiliki anak karena usia Kate yang masih muda sehingga memiliki banyak risiko untuk mengandung dan melahirkan. Entahlah, mereka tinggal di sebuah kota kecil, dimana pernikahan dini dianggap lumrah. Selain itu, Bill juga memiliki pekerjaan serta ekonomi yang baik. Meskipun perbedaan usia mereka tak jauh, tapi menurut Bill, Kate sangat kekanakan. Akhir-akhir ini, Bill cukup kelelahan dengan sifat Kate yang mempermasalahkan segala sesuatu dan memicu perdebatan di antara mereka.

Bill adalah seorang penulis. Bukunya sangat laku di pasaran. Kali ini, Bill diminta datang ke pusat kota untuk mengadakan wawancara mengenai buku terbarunya. Buku terbaru itu memuat tentang Mary, mantan kekasih Bill. Itulah yang Kate kesalkan akhir-akhir ini, fakta bahwa buku mengenai mantan kekasih Bill justru lebih mendapat respon baik di antara buku Bill yang lainnya.

"Aku akan pulang secepatnya," ujar Bill, memasang topi fedoranya, berdiri di ambang pintu. "Aku akan mengirimimu surat, oke?"

Kate mengangguk. Setelah berpamitan, Bill pun berlalu.

Sesungguhnya, Kate menikmati ketidakberadaan Bill di rumah untuk pertama kalinya. Selain karena dia senang Bill mendapat wawancara perdana karena bukunya meledak di pasaran, Kate cukup jenuh jika harus berdebat dengan Bill setiap hari. Entahlah, segala sesuatu yang Bill lakukan tampak menyebalkan di matanya. Dia tak bisa menahan dirinya untuk mengkritik ataupun menyinggung Bill sehingga perdebatan pun selalu terjadi. Terkadang, Bill hanya diam dan pergi keluar rumah jika Kate sudah mulai mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu, lalu pulang malam, ketika Kate sudah tidur. Begitu seterusnya. Mereka mulai tak punya obrolan seru dan sehat, seperti sepasang kekasih yang merajut cinta.

Mungkin, karena usia pernikahan mereka yang sudah menginjak tiga tahun. Seperti kata orang-orang, pernikahan akan terasa berat di lima tahun pertama. Rasa jenuh dalam pernikahan pun kadang terjadi pada beberapa pasangan, mungkin itulah yang Kate rasakan selama setahun terakhir ini. Apalagi, Bill yang cukup sering menghabiskan waktu sendiri seperti menulis, berolahraga bersama teman-temannya, bahkan masih sering menginap di rumah teman-temannya tiap akhir minggu. Terkadang, rencana Kate di akhir minggu selalu buyar karena Bill yang justru memiliki rencana dengan dirinya sendiri.

Hari pertama tanpa Bill, Kate pergi ke sebuah toko baju. Dia benar-benar menikmati waktu sendirinya. Dia memilih beberapa pakaian yang dianggapnya cantik. Namun, tiap kali dia melewati pakaian laki-laki, dia memikirkan pakaian mana yang paling cocok untuk Bill. Seketika, dia segera membuang pikiran itu jauh-jauh karena menurutnya, dia harus memanfaatkan waktu sendirinya untuk bersenang-senang, bukannya memikirkan Bill.

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang