Madu

799 59 4
                                    

AKU berjalan melewati gang yang kumuh ini dengan hati-hati. Semoga saja hari ini, para laki-laki jahat itu tidak lewat sini. Luka yang mereka berikan di tubuhku saja belum sembuh. Rasanya, aku belum sanggup untuk mendapat luka baru, hari ini.

Ah, ya. Perkenalkan, namaku Madu. Aku adalah anjing jenis pomeranian dengan bulu yang berwarna cokelat terang. Aku memiliki mata hitam sepekat tinta. Apakah menurut kalian, Madu adalah nama yang bagus? Dulu, aku menyukai nama itu. Sangat menyukainya. Itu adalah nama yang diberikan mantan pemilikku. Namun, semua rasa suka itu sirna ketika mantan pemilikku memutuskan untuk membuangku.

Aku bukanlah peliharaan satu-satunya di rumah Andi, mantan pemilikku itu. Dia juga punya ikan pelihara, ikan jenis discus yang lucu. Mereka adalah Tom, Chim, dan Lilo. Mereka adalah temanku. Sayang sekali, aku tak pernah bertemu mereka lagi.

Aku tak ingat pasti bagaimana aku bisa dipelihara oleh Andi. Yang pasti, dia adalah seorang pecinta hewan. Aku bisa melihat itu dari bagaimana dia memperlakukan peliharaannya. Seringkali dia menjumpai anjing ataupun kucing yang berkalung tersesat di pinggir jalan, lalu dia membawa mereka pulang ke rumah dan menelepon pemilik mereka.

Setidaknya, begitulah dirinya setahun yang lalu.

Jika kalian berpikir bahwa kevalidan waktu dalam mengubah seseorang adalah suatu omong kosong, maka kalian salah. Faktanya, waktu benar-benar bisa mengubah seseorang.

Dulu, kupikir waktu tak bisa mengubah seseorang. Maksudku, karakter tak bisa diubah. Melihat betapa sayangnya Andi kepadaku benar-benar membuatku tak menyangka bahwa dia bisa dengan teganya membuangku. Di sinilah aku kini, hidup sebatang kara di gang sempit yang kumuh ini.

Jujur, setelah dia membuangku, aku bahkan belum paham apa yang sedang terjadi. Semuanya terjadi di suatu sore yang bahkan kupikir, kami sedang jalan-jalan, seperti yang biasa dia lakukan. Hanya saja, hari itu bukanlah weekend, karena dia pergi kuliah pada pagi harinya. Padahal biasanya, dia selalu mengajakku berjalan-jalan pada weekend. Hari itu adalah satu-satunya hari dimana dia mengajakku berjalan-jalan di hari kerja.

Dia mengikatkan taliku di sebuah lampu jalanan. Kupikir, dia ingin aku menunggu karena dia harus pergi untuk membeli makanan. Sosis kesukaanku, misalnya, seperti yang biasa dia lakukan. Aku menunggu seharian, bahkan ketika matahari sudah terbit lagi, aku tetap menunggu.

Taliku akhirnya dilepaskan oleh sekelompok laki-laki. Mereka mengenakan celana ripped jeans dengan rambut yang diwarnai. Dua dari tiga anak laki-laki itu berambut kuning dan biru, itulah kenapa aku bisa tau bahwa rambut mereka berwarna.

Kupikir mereka adalah orang yang baik. Namun, betapa kagetnya aku ketika mereka justru menyiramku dengan kopi yang sangat panas. Alih-alih merasa bersalah, mereka justru tertawa. Aku tak mengerti bagaimana bisa orang merasa bahagia ketika mereka sedang menyakiti orang lain. Apalagi, aku hanyalah seekor anjing yang tak melakukan kesalahan apapun kepada mereka.

Dunia luar terasa begitu menakutkan, bagiku. Suara keras dari kendaraan yang berlalu lalang saja sudah cukup membuatku takut, apalagi dengan perlakuan orang-orang jahat di sekitar sini kepada hewan yang tak salah apa-apa.

Aku ingin pulang. Aku ingin Andi menjemputku dan membelai tubuhku lagi. Aku ingin merasakan makanan yang biasa dia berikan lagi. Aku ingin hidupku kembali seperti dulu.

Sampai akhirnya aku bertemu dirinya lagi, di tempat dia terakhir kali meninggalkanku. Aku menggonggong berulang kali, meminta dia untuk membawaku pulang dan mengekspresikan betapa rindunya aku dengan dirinya.

Sayangnya, alih-alih menyambutku, dia justru mengusirku dan memintaku menjauh. Aku bisa melihat itu dari raut wajah dan tangannya yang melambai-lambai, memintaku pergi. Ketika aku tetap mengikutinya dan dia merasa terganggu, dia akhirnya menendangku kuat, membuatku duduk terdiam cukup lama, memandangi punggungnya berjalan menjauh, sampai akhirnya menghilang dari penglihatanku.

My Cerpens; Kumpulan CerpenUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum