Ini Menyakitkan, Ratna

155 17 3
                                    

AKU menjatuhkan tubuhku di atas sebuah bangku panjang berwarna putih, di sebuah taman. Napasku memburu. Aku meraih air mineral yang ada di sebelahku, membuat napasku jadi sedikit lebih normal.

Hari ini adalah hari Minggu. Satu-satunya hari libur bagiku. Senin sampai Jum'at kuhabiskan untuk bekerja, sedangkan Sabtu pasti mengurus sisanya. Hari Minggu adalah satu-satunya hari yang bisa kupakai untuk diriku sendiri. Lagipula, teman-temanku sibuk dengan keluarga ataupun pekerjaan mereka masing-masing.

"Baju pengantinmu tadi bagus banget tau, Rat."

Aku melebarkan mataku ketika kedua mataku tak sengaja menangkap segerombolan perempuan yang berjalan di taman ini juga. Ada sekitar lima orang perempuan. Di antara lima orang itu, ada seseorang yang sangat kukenal.

"Iya. Makasih ya, udah bantuin aku milih," Perempuan dengan rambut dikuncir itu tersenyum teduh. "Aku yakin, Hendri pasti suka."

"Yaiyalah. Besok di hari pernikahan, kalian bakalan kaya Barbie dan Ken yang nikah tau, gak? Ganteng sama cantik."

"Yah, meskipun Johan lebih ganteng, sih," kekeh Ratna.

"Yaelah, kamu masih aja mikirin dia."

"Ya, mau gimana lagi. Dia kan cinta pertamaku," ujar Ratna. "Tapi, Hendri bakalan jadi cinta terakhirku."

Perlahan, suara dari para wanita itu menjauh, sampai punggung mereka pun tak lagi bisa kulihat. Aku hanya bisa diam di posisiku, tak tau harus bereaksi apa. Di satu sisi, aku merasa senang karena Ratna akan segera menikah. Di sisi lain, aku merasa sakit. Rasanya benar-benar menyakitkan... sampai membuat jemariku bergetar. Rasa senang atau rasa sakit, aku akan jujur bahwa rasa sakit adalah pemenangnya.

Namaku Johan. Usiaku 32 tahun. Setahun yang lalu, aku dan Ratna bekerja di perusahaan yang sama dan Ratna adalah sekretarisku. Dia adalah wanita cantik yang kompeten, kuakui itu. Meskipun terkadang dia ceroboh, panikan, dan kerap membuatku pusing, tapi aku harus jujur, kehadirannya membuatku bahagia.

Aku hancur. Aku diasuh oleh tanteku yang pemarah dan sejak dulu selalu melecehkanku sehingga menciptakan trauma di kepalaku. Aku sering merasa hilang kendali dan merasa buruk di beberapa waktu.

Di suatu malam, aku kehilangan kendali. Aku memecahkan barang-barang. Aku merasa buruk. Semua itu terjadi karena suatu hal yang berhubungan dengan tanteku. Dia membuatku gila. Aku tertidur malam itu dan terbangun di ruang kerjaku. Aku terbangun di pelukan Ratna. Dia menenangkanku. Bagiku, pelukannya adalah tempat yang aman.

"Aku tau kamu takut, tapi ada aku di sini."

Kalimat itu kerap dia berikan tiap kali aku merasa buruk. Dia mengetahui segala hal yang terjadi padaku. Alasan kenapa aku sering hilang kendali, alasan kenapa telepon dari tanteku bisa menjadi sesuatu yang menakutkan bagiku, alasan kenapa semuanya menyakitkan bagiku. Dia tau. Dia tau kehidupanku dari A sampai Z dan aku bersyukur dia mau menerimaku.

Semuanya baik-baik saja sampai kami memutuskan untuk datang ke tanteku, meminta izin untuk menikah. Tanteku marah besar. Dia menyakiti Ratna. Wanita gila itu menusuk Ratna dengan pecahan kaca yang tak kecil, membuat Ratna harus dibawa ke rumah sakit dan menjalani operasi.

Aku merasa bersalah. Penyebab Ratna berada di rumah sakit dan menjalani operasi itu bukanlah tanteku, tapi aku. Aku tak pantas bahagia. Aku tak seharusnya menyeret Ratna yang tak tau apa-apa ke dalam masalah keluargaku yang lambat laun juga bisa menyakitinya. Aku mencintainya, tapi jika dengan bersamaku dia bisa mati, lebih baik hubungan kami tak pernah ada. Lebih baik, aku sendiri saja.

Malam itu hujan lebat. Ratna berdiri di depan rumahku, tapi aku tak mempedulikannya. Dia tak ingin berpisah denganku, itulah kenapa dia datang malam itu. Aku tak mau dia sakit, tapi jika aku membuka pintu dan memeluknya, dia akan lebih tersakiti lagi olehku. Jadi, hari itu, kuputuskan untuk membiarkannya di luar semalaman. Dia menangis, menungguku keluar. Namun, aku tak mengindahkan keinginannya.

Semua itu kulakukan agar dia tak tersakiti lagi olehku.

Semuanya pun kembali seperti sedia kala. Seakan-akan tak ada wanita bernama Ratna yang pernah bekerja bersamaku. Dia berhenti dari perusahaan itu karena tentu saja menyakitkan baginya untuk terus bertemu denganku, orang yang sudah mendorongnya menjauh. Dia sudah berjuang untuk mempertahankan kami, tapi aku tetap mendorongnya pergi. Akhirnya, dia pun lelah. Dia menuruti keinginanku. Dia benar-benar pergi. Sejak itu, aku tak pernah mendengar kabarnya.

Ini menyakitkan, Ratna. Sungguh menyakitkan. Semesta tak baik kepada semua orang. Kita adalah beberapa dari orang tak beruntung itu. Ini menyakitkan, Ratna. Apa yang harus kulakukan selain membiarkanmu pergi dan dipeluk oleh pria lain?

Ini menyakitkan, Ratna. Kehidupanku adalah luka, kamu adalah obatnya. Sekarang, kamu bukan lagi obatku. Kamu akan menjadi obat dari orang lain. Kamu selalu bersikeras menjadi obatku, tapi aku selalu menyakitimu. Itulah kenapa aku tak pernah pantas untuk bersamamu. Ini menyakitkan, Ratna. Aku ingin memelukmu erat dan tak memperbolehkanmu pergi dariku. Namun, tubuhku bagaikan semak berduri yang semakin aku memelukmu, aku bisa saja membunuhmu.

Semuanya menyakitkan bagiku. Syukurlah, kamu sudah menemukan kebahagiaanmu. Kuharap, kamu akan terus bahagia.

----------------------------------------------------

inspired by Fruit Basket

3 Apr 2022

My Cerpens; Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang