What Can I Say?

361 19 0
                                    

"BULAN malem ini kenapa ya, Bi?" tanya Safa memandangi langit, seraya memeluk lututnya. "Masa ga muncul."

Aku hanya bisa memandangi Safa dengan tatapan datar, duduk di samping Safa.

Aku adalah Tabi, kucing peliharaan berbulu belang milik Safa. Aku memiliki kalung berwarna hijau di leherku, dan kata Safa, aku adalah kucingnya yang paling penurut di bandingkan kucing lainnya.

Aku mungkin hanya bisa memandang Safa datar saat ini, tapi sebenarnya, dia harus tau betapa khawatirnya diriku terhadap dirinya. Itulah kenapa sedaritadi alih-alih memandangi rembulan, aku justru terus memandanginya.

Di kedua mata itu ada kesedihan yang tak bisa dia sembunyikan dariku. Meskipun dia tidak menangis hari ini, tapi aku tau, ada sesuatu yang terjadi padanya hari ini, sehingga membuatnya sedih.

Safa adalah orang yang lucu. Selain lucu, dia senang sekali bermain game dan nonton anime. Biasanya, dia datang ke kamar Cila, saudara perempuannya, untuk mengobrol atau menonton film bersama. Hari ini, aku tak melihat Safa keluar dari kamarnya. Setelah aku masuk ke kamarnya pun, aku tak melihat dia tengah menonton anime ataupun bermain game. Dia hanya berbaring di tempat tidurnya, tidur hampir sepanjang siang.

Padahal, sebelumnya, dia tak pernah tidur siang lagi, karena dulu, mantan pacarnya melarangnya untuk tidur siang. Tujuannya baik, yaitu agar Safa tidak begadang pada malam hari.

Namun, Safa dan Bayu sudah putus beberapa bulan yang lalu. Safa pun tak sedih ataupun sakit hati sejak Bayu pergi, karena mereka putus tidak dengan saling menyakiti. Mereka putus secara baik-baik, demi kebaikan bersama.

Saat ini pun, Safa hanya diam di tempatnya, memandangi langit. Aku tau persis, pasti dia sedang memikirkan sesuatu di kepalanya. Maksudku, jika Safa tak melakukan apapun, biasanya dia akan mengantuk, seperti yang dia rasakan tiap kali dia harus mengikuti kelas online.

Jika bukan karena aku menyayangi Safa dan tak ingin dia sendirian, mungkin aku sudah masuk ke rumah sedaritadi. Duduk di lantai teras rumah ini benar-benar membuatku kedinginan. Aku tau, aku punya bulu yang tebal dan imut, tapi suhu udara malam ini benar-benar menusuk tubuh.

Andaikata aku adalah seorang manusia, aku akan memeluknya dan menyandarkan kepalanya di pundakku, menenangkannya.

Aku pun bingung. Kemarin-kemarin dia baik-baik saja, kenapa hari ini dia sendu sekali? Apa yang terjadi? Apakah dia baru saja berkelahi dengan temannya? Atau mendapat nilai ujian yang buruk?

"Masuk yuk, Bi," ujar Safa, bangkit dari duduknya, lalu menggendongku untuk masuk ke dalam rumah.

Safa menaiki anak tangga satu persatu, sampai kami tiba di dalam kamarnya. Dia pun menurunkanku, lalu dia berjalan menuju meja belajarnya, membuka laptopnya. "Kayanya, aku harus hapus semua riwayat pesan antara aku dan Bayu deh, Bi."

Aku terdiam. Ah, sekarang aku tau. Dia tak sengaja membaca riwayat pesan antaranya dan Bayu hari ini, itulah kenapa dia jadi sedih. Dia merindukan Bayu.

Karena Safa tampak baik-baik saja selama ini, aku sempat berpikir bahwa mungkin Safa sudah tak memiliki perasaan apapun lagi kepada Bayu. Mungkin, dia sudah melupakan Bayu. Namun, melihat bagaimana Safa hari ini, aku menarik semua pikiran itu.

Jujur, sebenarnya, aku menyukai Bayu. Dia adalah pria baik yang membuat Safa tertawa. Dia juga selalu menjadi pendengar bagi Safa, meskipun aku kerap menguping pembicaraan mereka ketika pura-pura tertidur. Di antara semua mantan pacar Safa, aku paling menyukai Bayu, karena dia adalah orang yang apa adanya dan paling tau cara membuat Safa tertawa.

Ketika mereka putus pun, aku bisa melihat betapa keduanya masih saling menyayangi dengan tulus. Hanya saja, cinta saja tak cukup untuk membuat hubungan berjalan dengan baik. Terkadang, aku benci dengan keadaan. Kenapa kejam sekali sampai membuat dua orang yang saling mencintai berpisah?

Usai menghapus riwayat pesan yang ada di laptopnya, Safa pun bangkit dari kursinya, lalu berjalan untuk memasuki kamar mandi yang terhubung dengan kamar ini.

Dari dalam kamar mandi, aku dapat mendengar Safa yang menyanyikan lagu milik Brandi Carlile, What Can I Say.

"Oh, Lord, what can I say?
I'm so sad since you went away."

Aku menaiki tempat tidur Safa. Aku berjanji, malam ini aku akan terus berada di sisinya untuk memastikan dia baik-baik saja sampai semua perasaan buruk di dadanya menghilang.

---------------------------------

3:12 PM, 6 Des 2021

My Cerpens; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now