All Grown Up

201 22 5
                                    

AKU menopang daguku sambil terus fokus menulis. Sesekali, berdecak sebal karena salah tulis akibat jariku sudah terlalu lelah dan harus menghapus tulisan itu dengan penghapus, lalu kembali menulis. Ponselku tepat berada di sebelah kertas yang kugunakan untuk menulis, memutar playlist lagu agar malam sabtuku terasa tak terlalu sepi.

"Capek..." gumamku, meregangkan tanganku. Punggung dan pinggangku rasanya hampir tamat karena sudah menulis selama dua jam. Namun, hal ini kulakukan agar ketika semester baru tiba, aku tak perlu repot-repot merapikan catatan semester sebelumnya yang cukup berantakan.

Aku menyandarkan kepalaku ke tembok kamar, menatap langit-langit kamarku. Tanpa musik yang terputar dan mengisi atmosfir kamarku, mungkin rasanya akan begitu sunyi dan bayangan aneh akan bermunculan di kepalaku. Itulah kenapa, biasanya jika aku sedang sendirian di kamar, ponselku bisa memutar musik selama dua jam tanpa henti.

Terkadang, aku berpikir bahwa semakin aku dewasa, entah kenapa semakin sulit aku merasakan kebahagiaan. Semakin aku bertambah umur, semakin banyak yang kupikirkan. Aku juga kesal kepada diriku sendiri yang belum bisa menjadi orang dewasa dengan baik. Aku masih sering kesal tanpa alasan yang jelas, melakukan semuanya semauku saja, dan semakin banyak hal menyesakkan yang kupikir tak perlu kuceritakan kepada orang lain karena mereka takkan bisa mengerti, aku pun tak memiliki tenaga untuk menceritakan ataupun menjelaskan banyak hal kepada orang lain.

Terkadang, untuk bangun tidur di pagi hari saja rasanya sudah menguras tenaga. Dulu, kupikir, menjadi orang dewasa adalah hal yang keren. Namun, untuk pertama kalinya, aku merasa takut untuk menjadi semakin tua. Mamaku bilang, rasa takut bagi orang yang akan beranjak dewasa itu adalah sebuah kewajaran. Semuanya hanya bergantung bagaimana kita mengatasi rasa takut itu.

Mamaku bilang, aku merasa gelisah, lelah, dan sebagainya karena aku terlalu memikirkan semuanya. Misalnya, aku sudah memikirkan apa yang akan terjadi pada semester tua, padahal aku masih mahasiswa baru. Atau aku sudah memikirkan apa langkah yang harus kuambil setelah lulus kuliah, padahal aku masih semester tiga, serta berbagai hal yang kutakuti jika aku dewasa nanti. Mamaku bilang, entah itu fokus kepada masa lalu ataupun masa depan, keduanya bisa meremukkan pikiran kita sendiri karena yang terpenting, kita harus fokus pada saat ini, sebelum kita berani dan pantas untuk memikirkan masa lainnya.

Mamaku bilang, rasa takut ini wajar. Namun, tetap saja ini menyiksaku. Saat ini, aku selalu khawatir dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Sejak kapan aku jadi begini? Terkadang, aku pun menyalahkan orang lain atas perasaan buruk yang kurasakan.

"All grown up
And you don't care anymore
And you hate all the people that you used to adore..."

Aku yang semula menatap langit-langit sambil memikirkan hal yang tak penting, lantas mengubah posisi dudukku dengan benar. Aku menyalakan layar ponselku, lalu melihat judul lagu yang terputar.

All Grown Up, oleh Elvis Costello.

Aku tau Elvis Costello. Aku menyukai lagunya yang berjudul She, tapi kupikir, aku belum pernah mendengarkan lagu ini sebelumnya.

"Did I hear you right?
You're feeling hounded and pushed around
You want to just lay down and die
If all of this life has been such a big disappointment to you
Why don't you stop blaming some guy
And go give the next one a try..."

Aku menatap layar ponselku dengan lekat, semakin mencermati makna lirik lagunya.

"But look at yourself
You'll see you're still so young
You haven't earned the weariness
That sounds so jaded on your tongue..."

Aku mematung, cukup lama. Aku memandangi kertas yang dipenuhi tulisanku dengan pensil. Peperangan mulai terjadi di kepalaku. Aku berpikir, cukup lama.

Bukankah sebenarnya aku masih muda untuk merasakan hal-hal buruk? Aku masih muda dan bahkan tidak mencicipi semua kepahitan di dunia, tapi kenapa isi pikiranku selalu buruk? Kenapa aku selalu memposisikan diriku sebagai orang yang merasakan kelelahan, padahal sebenarnya dalam hidup ini, aku baru saja mulai. Aku hanya merasakan segelintir rasa khawatir, tapi pikiranku merasa bahwa aku akan mati besok. Aku seharusnya tak boleh begitu. Aku masih harus melakukan banyak hal.

Layar ponsel itupun mulai tampak kabur dipandang oleh mataku. Kertas yang dipenuhi tulisan itupun terkena air mataku. Aku harusnya tak boleh banyak bersedih atas banyak hal yang terjadi padaku, sekarang ataupun untuk masa depan, apalagi menyangkut hal-hal yang tak penting. Aku harusnya bangun di pagi hari dengan semangat dan perasaan bahagia serta rasa syukur, bukannya perasaan sedih dan kesepian. Aku harusnya berhenti memikirkan hal yang tak penting dan mulai membukakan jalan agar berbagai hal positif datang kepadaku.

Aku masih muda dan jalanku masih panjang.

-------------------------------------------

2022

-------------------------------------------

a/n:

this is the real story that happened to me today. moga kalian yg juga lagi growing up dan ngerasa takut sama banyak hal di masa depan, bisa terobati oleh cerpen ini. semangat ya semuanya *hug*

My Cerpens; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now