Trust Me, I know

245 23 4
                                    

"BABE," panggilnya. "Do you love me?"

"You will never know how crazy I am about you," Aku tersenyum, melihat wajah bahagianya dengan dress yang bagian bawahnya sudah basah oleh air pantai. "You will never know."

Cinta tertawa lepas. Dia berlari kesana dan kemari, membiarkan telapak kakinya penuh oleh pasir. Matahari sudah hendak berpamitan, menyisakan sinar jingga yang mengintip sebelum sepenuhnya tenggelam. Pesona dari langit jingga dengan garis lurus bekas berlalunya pesawat tak ada apa-apanya jika dibandingkan pesona dari perempuan yang saat ini menjadi pusat perhatianku.

Dia adalah Cinta, perempuan cantik berumur 22 tahun. Dia adalah orang Indonesia yang tinggal di Amerika. Dia tak punya siapa-siapa di sini, kecuali aku. Layaknya Bali dengan segala keindahannya, Cinta adalah perempuan yang mampu memikatku dengan kecantikan dan segala pesonanya.

Aku, Edward, lelaki yang berusia 26 tahun yang saat ini menghabiskan hampir seluruh waktuku untuk bekerja. Mungkin, terakhir kali aku jatuh cinta adalah bertahun-tahun yang lalu, ketika aku masih duduk di bangku sekolah. Aku memiliki fisik yang yang memikat banyak wanita. Namun, kuberitahu, aku bukanlah tipe orang yang mudah untuk jatuh cinta.

Tak kusangka, aku jatuh cinta kepada anak 22 tahun yang keras kepala, manja, dan dodol.

Pertemuanku dan Cinta bermula ketika perempuan ini menggedor-gedor pintu rumahku pada dini hari, pukul tiga pagi, dengan wajah yang panas dingin menahan amarah. Saat itu, aku tengah mengadakan pesta di rumahku dan Cinta, sebagai tetangga baruku, terganggu akan hal itu.

Keesokan harinya, setelah aku mencari tau, ternyata perempuan itu bernama Cinta, tetangga baruku. Aku tak pernah mendengar nama seaneh itu sebelumnya. Benar-benar nama yang aneh dan tak pernah aku mendengar ada orang Amerika yang memakai nama itu sebelumnya.

Dia adalah perempuan yang masih menempuh pendidikan. Dia adalah manusia seni. Entah itu melukis, bernyanyi, menari, ataupun menulis, dia bisa melakukan semuanya. Dia benar-benar perempuan yang mengagumkan, bagiku. Wajah galaknya itu entah kenapa bisa menjadi menyebalkan dan memesona di waktu yang bersamaan, di mataku.

Bagiku, dia adalah perempuan paling cantik yang pernah kutemui. Matanya, hidungnya, bibirnya, tubuhnya, semuanya tampak indah bagiku. Seketika, aku lupa bagaimana definisi dari perempuan cantik setelah aku bertemu dengannya. Aku tak tau, ternyata orang Indonesia bisa secantik ini.

Padahal, sebelumnya, aku tak pernah mengenal Indonesia. Bahkan, awalnya, kupikir Indonesia adalah salah satu kota dari negara Bali. Namun, setelah aku jatuh cinta kepada perempuan keras kepala asal Indonesia ini, aku bahkan mempelajari beberapa ucapan berupa salam menggunakan bahasa Indonesia, agar Cinta tertarik untuk berbicara denganku.

Bukannya mudah untuk menaklukkan perempuan galak dan keras kepala seperti dia. Dia tak pernah tertarik kepadaku, karena katanya, aku hanyalah pria tua yang nanti hanya akan menyusahkannya. Benar-benar ucapan yang menyayat hati, padahal aku masih 26 tahun. Namun, entah kenapa, semakin dia menjauh, semakin aku terpancing untuk mengejarnya.

Segala upaya dan usaha aku lakukan agar aku bisa mendapatkan hatinya. Berkali-kali dia menolakku, padahal selama ini, aku bisa mendapatkan wanita manapun semauku. Terkadang, aku berniat untuk menyerah saja dan berhenti mengejarnya, tapi kupikir, aku tak bisa jika tak bersamanya. Aku harus mendapatkannya. Dia adalah segala yang kuinginkan.

Setelah setahun lebih mendekatinya, melakukan apapun dan menjadi semua yang dia suka, akhirnya dia membalas perasaanku. Es batu yang awalnya kokoh dan bahkan tak bisa dicairkan menggunakan lava gunung berapi sekalipun, akhirnya luluh dan berhambur ke pelukanku.

Aku melakukan apapun untuknya. Apapun. Kebahagiaannya adalah segalaku. Aku selalu ingin membuat wajah galak itu tertawa senang jika bersamaku. Aku selalu bilang padanya mengenai betapa cantiknya dia ketika sedang tersenyum. Terkadang, ketika aku memujinya seperti itu, dia akan beranjak dari posisinya dan pergi meninggalkanku dengan wajah yang merah merona karena tersipu malu.

My Cerpens; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now