Jilid 108

2.3K 42 0
                                    

Pi Si-hay mengiakan sambil membungkuk.

Sesaat Ki Seng-jiang berpikir, katanya kemudian: "Kukira orang berbaju putih itu adalah Pek-hoa-pangcu Bok-tan, cuma bagaimana mungkin mereka begitu apal akan seluk beluk istana kita ini?"

Pui Hok-ki kaget dan heran, tanyanya: "Jong-tai mengira si baju putih itu perempuan?"

Kata Ki Seng-jiang sambil mengelus jenggot: "Waktu Ling Kun-gi menerobos keluar, baru saja aku hendak mengejar, kudengar dia membentak 'awas', meski sengaja dia tekan suaranya, tapi mana dapat kelabui aku? Jelas itu suara orang perempuan, dan lagi Bwe-hong-ciam yang ia sambitkan itu kebanyakan dipakai oleh kaum perempuan, perawakan orang itupun ramping semampai, kemungkinan dia malah Pek-hoa-pang Pangcu."

Diam2 Lim Cu-jing merasa heran, mengingat kejadian semalam, nyata pengalaman Ki Seng-jiang memang luas, apa yang dikatakan tidak salah, pelajar baju putih itu berperawakan ramping, suaranya juga nyaring merdu, tidak mirip suara laki2. Tapi jelas dia tahu bahwa pemuda pelajar baju putih bukan Bok-tan, malah belum pernah dikenalnya. Lalu siapa dia?

"Peduli siapa mereka, kota Jiat-ho ini jangan disamakan dengan Hek-liong hwe," demikian Ki Seng-jiang menggebrak meja pula, "pemberontak takkan kubiarkan bertingkah di depan hidungku, dalam tiga hari kuminta kalian harus membekuk Ling Kun-gi dan orang berbaju putih itu, paling tidak kalian harus melapor jejak mereka kepadaku."

Ketiga pimpinan utama pasukan bayangkari mengiakan bersama.

Ki Seng-jiang menoleh, katanya: "Lim-heng boleh pulang, dua hal kuserahkan padamu. Pertama, lindungilah keselamatan Tu Hong-seng secara diam2, suruh dia membuat laporan itu pula secepatnya. Kedua, periksalah seluruh losmen dan hotel di kota ini, adakah orang2 yang patut dicurigai."

"Hamba terima tugas," sahut Lim Cu-jing terus mengundurkan diri.

Ki Seng-jiang berkata pula: "Go Jong-gi, lekas kau bawa anak buahmu ke kota, suruh mereka berdandan menurut keinginan masing2, sebelum malam tiba sudah harus berpencar memasuki losmen Liong-kip. Beritahu mereka supaya hati2 jangan menimbulkan perhatian orang lain atas penyamaran mereka dan lagi mereka dilarang berjudi dan berkumpul lebih dari tiga orang, dilarang minum2, siapa melanggar perintah akan kupenggal kepalanya."

Go Jong-gi meluruskan badan dan mengiakan, segera dia hendak keluar.

Tunggu sebentar. Ki Seng-jiang menanyainya, "setelah kau sampaikan perintahku ini harus lekas kembali, masih ada perintah lain untukmu." -Kembali Go Jong-gi mengiakan terus mengundurkan diri.

Ki Seng-jiang menyapu pandang ketiga pimpinan utama barisan, katanya: "Kalian boleh pergi istirahat, setelah terang tanah perintahkan seluruh anak buahmu keluar untuk mencari info. O ya, harus ingat, Lim Cu-jing sudah kuperintahkan mengawasi setiap penginapan, maka tugas kalian perhatikan saja rumah2 penduduk."

"Jong-tai . . . ." Hok Ji-liong ragu2 untuk bicara.

"Jangan banyak bicara," Ki Seng-jiang menukas sambil mengulap tangan, "kerjakan menurut perintah, tapi ingat, jangan memukul rumput mengejutkan ular."

Meski hati merasa heran dan tidak tahu kemana juntrungan perintah Jong-tai, tapi tiga pimpinan utama ini tak berani banyak bicara lagi, serempak mereka mengiakan dan mengundurkan diri.

Tak lama kemudian Go Jong-gi sudah kembali setelah menyampaikan perintah.

Ki Seng-jiang lantas bertanya: "Waktu kau tiba di Tang-sun-can tadi apakah Ji-lingpan tidur di kamarnya?"

Go Jong-gi melengak, cepat dia membenarkan.

"Pelayan hotel yang mengantarmu ke kamarnya?" tanya Ki Seng-jiang pula.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now