Jilid 10

2.9K 61 1
                                    

Lalu seorang membuka pintu, langkah ringan itu masuk ke dalam kamar. Terdengar suara serak itu berkata pula: "Mengingat musim panas sudah menjelang, para saudara perkampungan perlu berganti pakaian, maka dalam perjalanan ke kota kali ini hamba sekalian membeli lima blok kain katun."

"Barang2 permintaan Hujin dan Siocia juga sudah kau belikan?" tanya suara lantang tadi.

"Semuanya sudah hamba beli, seluruhnya habis tiga ratus tiga puluh dua tahil perak."

"Barang apa yang mereka minta, kenapa sampai keluar uang begitu banyak?"

Suara serak melapor: "Tujuh blok kain sutera dan empat blok kain satin, harganya cuma 24 tahil, disamping itu Siocia minta dibelikan kembang berlian dan kalung mutiara, harganya sebanyak seratus lima puluh tahil, sebelum pergi Hujin berpesan, kalau beli harus sepasang, kalau Siocoa dibelikan, Piau-siocia juga harus dibelikan pula . . . ."

Mendengar sampai disini, Kun-gi melirik kepada Pui Ji-ping dibelakangnya.

"O," suara lantang itu bertanya: "Kau sudah antar kebelakang? Lalu kabar apa yang kau dengar di kota?

"Hamba memang hendak lapor kepada Ceng-cu," suara serak itu berkata, "dari That-ho dan Ing-ciu diperoleh berita bahwa Lo-sam dan Lo-cit dari keluarga Tong, serta Lo ji dari keluarga Un, demikian pula Kim Ting Kim Kay-thay yang jarang keluar pintu bersama Thong-pi-thian-ong yang berangasan itu sama muncul disekitar sana ...."

"O," suara lantang itu berkata: "Tanpa berjanji mereka sama memasuki daerah ini, sudahkah menyelidiki apa tujuan mereka?"

"Hamba sudah utus beberapa saudara yang cekatan untuk menyelidiki jejak mereka, sekarang memang belum berhasil diketahui maksud mereka, tapi hamba sudah mendapat laporan anak buah yang ditugaskan ke Thung-seng . . . ."

"Berita apa yang kau peroleh?"

"Kabarnya dari Poh-yang, Ing-ciu sampai ke Sek-song, secara beruntun beberapa kelompok orang itu mendadak lenyap tak keruan paran."

Tergerak hati Ling Kun-gi, pikirnya; "Masa orang2 itu lenyap seluruhnya?"

"Apa katamu?" suara lantang itu menegas.

"Mereka hilang semuanya?"

"Ya, kabarnya mereka bergerak secara sendiri2, tapi tujuan satu, tapi disinilah letak anehnya, sebelum sampai di Sok-seng, orang2 itu seperti mendadak ambles ke bumi. Kini hamba sudah utus orang untuk menyelidiki lebih lanjut."

"Bagus, sebelum jelas tujuan orang2 itu, penjagaan kita disini harus diperketat," suara lantang berpesan.

Suara serak mengiakan, lalu bertanya, "Cengcu ada pesan lain?"

"Tiada lagi."

"Hamba mohon diri," kata suara serak terus keluar dari kamar buku.

Suara serak itu sudah tentu adalah laki2 muka kelabu yang membeli kain di toko kain Tek-hong, yaitu Cong-koan Liong-bin son-ceng In Thian-lok adanya.

Setelah dia keluar dari kamar buku, laki2 jubah hijau itupun berbangkit dari kursi malas, sambil menggendong tangan dia berjalan ke jendela, mendongak menghirup hawa segar, katanya menggumam: "Orang sebanyak itu mendadak lenyap, ada kejadian aneh apa yang telah mereka alami?"

Begitu dia dekat jendela, Kun-gi dapat melihat jelas wajahnya, Liong-bin-sun-ceng Cengcu yang kenamaan dikalangan Kang-ouw ini kelihatannya berusia 45-an, wajahnya putih, jenggot hitam menjuntai di dada, tingkah lakunya lemah lembut mirip seorang sekolahan. Cuma kedua alisnya tebal, kedua matanya berkilau bagai bintang, sekilas pandang orang akan tahu bahwa dia seorang ahli Lwekang yang lihay.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now