Jilid 80

1.9K 54 0
                                    

Setelah Kun-gi dipersilakan masuk, kembali si jubah hijau menekan dinding sebelah atas kiri, pelan2 pintu batu itupun menutup kembali, sementara si jubah hijau sudah membalik badan sambil angkat sebelah tangan: "Silakan duduk Kongcu!"

Tapi Kun-gi tidak segera duduk, dia merangkap kedua tangan menjura, katanya: "Lotiang membawaku kemari, tentunya punya petunjuk yang berharga."

Si jubah hijau tertawa lebar, katanya ramah: "Silakan Kongcu duduk saja, memang ada urusan yang perlu Lohu bicarakan, cuma sekarang belum tiba saatnya."

Dengan gagah Kun-gi duduk dikursi batu, tanyanya: "Kenapa dikatakan saatnya belum tiba?"

Si jubah hijau tertawa, katanya: "Orang luar takkan berani masuk kemari, harap Kongcu suka tunggu disini, Losiu akan keluar sebentar dan cepat2 kembali."

Tanpa jawaban Kun-gi segera dia melangkah ke dinding sebelah depan, tiba2 dia menoleh dan berkata pula dengan tertawa: "Jangan Kongcu banyak curiga, tindakan Losiu ini pasti menguntungkan Kongcu," lalu dia mendorong, dinding batu di depannya segera menjeplak terbuka.

Ternyata dinding batu itu merupakan pintu hidup yang bisa bergerak setiap kali tersentuh, begitu si jubah hijau melangkah keluar, secara otomatis pintu itupun menutup kembali tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

betapapun tindak tanduk orang cukup mencurigakan, maka begitu orang lenyap di balik pintu, Kun-gi segera berdiri memburu ke pintu dinding itu, waktu dia angkat tangan mendorongnya, ternyata pintu batu yang barusan menutup tak bergeming lagi.

Terpaksa Kun-gi duduk kembali ke kursinya, dengan seksama dia menerawang tindak-tanduk si jubah hijau, memang terasa sikap orang tidak bermaksud jahat terhadap dirinya, cuma untuk apa dia membawaku ke kamar batu ini, kenapa pula mendadak tinggal pergi? Dan untuk apa pula kepergiannya ini?

Kalau orang luar tidak boleh masuk kemari, kenapa dikatakan pula bahwa tindakannya ini tidak mengandung maksud jahat terhadap diriku? Biarlah jawabannya kutunggu kedatangannya nanti.

Terbayang olehnya pesan sang guru yang wanti2 bila menghadapi marabahaya yang serba rumit, kepala harus selalu dingin dan pikiran harus tetap tenang, setengah malaman ini dia telah menempuh bahaya dan selalu terhindar dari renggutan elmaut, kini tanpa sengaja berhasil menyelundup ke tempat ini, kenapa lagi harus kuatir, biarlah segala sesuatunya terserah kepada takdir.

Kira2 setanakan nasi sejak si jubah hijau keluar, bayangan orang tetap tidak kunjung datang.

Setelah putar kayun dan berjuang mati2an di sarang musuh ini, kini baru Kun-gi memperoleh kesempatan istirahat, sambil duduk di kursi, diam2 dia telah mulai menghimpun semangat dan memulihkan kesegaran badannya.

Dalam keheningan itulah, tiba2 didengarnya langkah lembut mendatangi. Sekilas Kun-gi tertegun, dirinya sedang bersemadi, kamar ini rapat dikelilingi dinding batu, umpama betul ada pintu rahasianya paling tidak dirinya pasti mendengar dulu suara pintu terbuka.

Tapi kenyataan tak pernah dia mendengar suara pintu terbuka, lalu dari mana suara langkah orang bisa masuk kemari? Serta merta iapun membuka mata, maka dilihatnya seorang gadis berbaju hijau sambil menjinjing sebuah tenong makanan tengah melangkak masuk dari pintu di dinding sebelah kanan.

Pintu itulah dimana tadi si jubah hijau berlalu, padahal pintu itu tadi sudah dia raba dan coba mendorongnya, tapi tertutup rapat dan tidak bergeming sama sekali. Bagaimana pula nona baju hijau ini bisa masuk tanpa mengeluarkan suara. demikian pula daun pintu batu itu nampak bergerak hidup dan licin, setelah gadis baju hijau berada di kamar pintupun lantas membalik dan menutup rapat pula.

Begitu berada di dalam kamar, sepasang mata si gadis yang jeli serta merta terpentang lebar, ia lihat yang duduk di dalam kamar ini adalah seorang pemuda cakap, tanpa terasa mukanya menjadi merah jengah, lekas ia menunduk.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now