Jilid 64

2.1K 53 0
                                    

Berpikir sejenak si gadis mengangguk, katanya: "Alasanmu juga betul, lalu bagaimana selanjutnya?"

"Aku harus membekuk keparat yang memalsu diriku itu . . . ." sampai disini, mendadak ia genggam lengan si gadis, katanya lirih: "Ada orang datang, lekas kita sembunyi."

Pohon cemara di atas bukit memang tinggi besar, tapi dahannya runcing dan daunnya jarang2, tidak cocok untuk menyembunyikan diri.

Si pemuda celingukan, cepat ia tarik si gadis terus melompat jauh ke-semak2 sana dan merunduk maju, baru saja mereka sembunyi dibelakang pohon cemara besar, Tampak sesosok bayangan orang melesat tiba, langkahnya begitu enteng dan cepat meski harus berlari menanjak naik ke atas bukit, begitu tiba dia berdiri tegak menghadap ke utara sambil menggendang kedua tangan. Bukit ini kecil tapi luasnya ada belasan tombak.

Tempat orang itu berdiri sedikitnya berjarak empat-lima tombak dari tempat sembunyi kedua muda-mudi, di tengah malam yang gelap oleh kabut ini, yang kelihatan hanya bayangan hitam belaka. sukar melihat bentuk dan roman mukanya.

Kedua muda mudi itu mendekam di-semak2 dibelakang pohon, mereka mengawasi bayangan orang itu tanpa berani bergerak.

Bayangan itu tetap berdiri menghadap ke utara, juga tiga bergerak sedikitpun. Begitulah keadaan demikian bertahan cukup lamanya, tak kuat menahan rasa heran, si gadis berbisik di pinggir telinga si pemuda: "Untuk apa dia kemari?"

Si pemuda menjawab dengan suara lirih: "Kelihatannya dia sedang menunggu sesuatu."

Arah utara sebelah bukit kecil ini adalah hutan pohon cemara, pohonnya pendek2 dan tidak begitu lebat, tapi di malam nan gelap ini kelihatannya begitu lebat dan pekat. .

Tak lama kemudian dari arah hutan cemara itu berkumandang sebuah suara rendah berat: "Kau sudah datang?"

Orang yang berdiri tegak di atas bukit segera membungkuk hormat, sabutnya: "Cayhe sudah tiba."

Orang di dalam hutan cemara ternyata tidak unjuk diri, suaranya tetap berkumandang: "Baik sekali!" sesaat kemudian dia bertanya: "Bagaimana di atas kapal?"

Orang di bukit menjawab: "Memang Cayhe hendak menyampaikan laporan kepada Cujin (majikan), sejak datang seorang she Ling dalam Pang itu, dia diangkat menjadi Cong-su cia, usianya masih muda, tapi berilmu silat tinggi, kabarnya adalah murid kesayangan Hoan-jiu-ji-lay. . . . ."

Orang di dalam hutan bersuara kaget dan heran.

Orang di atas bukit melanjutkan: "Akhir2 ini dia berhasil membongkar komplotan mata2 Hek-liong-pang yang diselundupkan kesana, maka dia mendapat kepercayaan Thay-siang . . . ."

"O," orang di dalam hutan bersuara pula.

"Kalau bocah she Ling ini tidak disingkirkan, mungkin akan merugikan juga bagi Cujin," ucap orang di atas bukit.

Mendadak orang di dalam hutan tertawa, katanya: "Majikan malah suruh aku memberitahu padamu, sedapat mungkin kau harus ber-muka2 kepada bocah she Ling itu, dan ikatlah hubungan intim dan kerja sama baik dengan dia."

Orang diatas bukit mengiakan, sahutnya: "Cayhe mengerti"

"Majikan ada sepucuk surat," kata orang di dalam hutan cemara, "Kau harus menyerahkan kepada Thay-siang, cuma jangan sampai jejakmu diketahui."

"Cayhe akan laksanakan perintah dengan hati2."

"Nah terimalah surat ini!"

"Ser" selarik sinar putih tiba2 menyambar keluar dari hutan melayang ke atas bukit.

Orang di atas bukit cepat menangkapnya, langsung dimasukkan ke dalam saku.

Terdengar orang dalam hutan cemara berkata pula: "Bagus, sekarang boleh kau kembali!"

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now