Jilid 9

2.6K 56 0
                                    

Semula Kun-gi kira dia hendak menguntit si tua bergelung kuncir yang menyaru pedagang perhiasan, dari uang kertas yang dia terima dari laki muka kelabu itu pasti bisa diselidiki siapa sebetulnya laki2 muka kelabu itu. Tapi sekarang dia baru menyadari bahwa dugaannya ternyata meleset jauh Ji-ping bukan mengejar atau menguntit orang, tapi dia membedal kudanya seperti orang kesetanan sampai lima li jauhnya, lalu membelok ke sebuah jalan kecil yang berlapis batu.

Waktu itu sudah magrib, sang surya hampir terbenam, burung2 berkicau kembali kesarangnya, jauh diantara gunung gemunung diantara lebatnya pepohonan sana tampak asap mengepul di angkasa.

Betapapun sabar hati Kun-gi, setelah heran sekian lamanya, kini tak tahan lagi, dia bedal kudanya memburu ke depan serta bertanya: "Dik hendak kemana kau sebetulnya?"

Ji-ping berpaling, sahutnya tertawa: "Kubawa kau menemui seorang."

"Siapa dia?" tanya Kun-gi.

"Setelah berhadapan pasti kuperkenalkan."

"Orang ini ada hubungannya dengan tujuan perjalanan kita?"

Sambil memecut kudanya Ji-ping menjawab: "Toako tak usah banyak tanya, setelah tiba saatnya kau akan tahu sendiri."

Kuda mereka adalah milik keluarga Tong yang terpilih, maka larinya kencang sekali, 20 li sudah mereka tempuh, pegunungan disini berpanorama indah permai, pohon Siong dan hutan bambu memagari jalanan, keindahan alamnya laksana dalam impian.

Tiba2 tergeraklah hati Ling Kun-gi, dia ingat Kim Kay-thay pernah menyinggung Liong-bin-san-ceng kepadanya, letaknya di utara kota Thung-seng, mungkinkah Liong-bin san-ceng terletak di pegunungan ini?

Sementara itu Pui Ji-ping disebelah depan sudah tiba di kaki gunung, mendadak dia belokkan kudanya ke dalam hutan serta memperlambat larinya, beberapa jauhnya, dia lompat turun dengan menuntun kuda ia menyelinap semak2 pepohonan yang lebih dalam.

Ling Kun-gi ikuti si nona, tanyanya: "Sudah sampai belum?"

"Belum, kita sembunyikan dulu kuda2 ini."

"Apa kita mau pergi ke Liong-bin-san-ceng?" tanya Kun-gi.

"Darimana Toako tahu?" balas tanya Ji-ping kaget dan heran.

"Aku hanya menduga, gunung ini adalah Liong--bin-san (gunung naga tidur) kecuali pergi ke Liong-bin-san-ceng, kemana lagi?"

"Em," hanya itu suara yang keluar dari tenggorokan Ji-ping, dia tetap menuntun kuda memasuki hutan. Akhirnya mereka menambat kuda di hutan yang agak gelap dengan pepohonan lebat.

Berkata Kun-gi dengan nada serius: "Dik, memang jarang orang2 Liong- bin-san-ceng bergerak dikalangan Kang-ouw, tapi kabarnya kepandaian sang Cengcu, Ciam-liong Cu Bun-hoa amat tinggi, iapun pandai membangun berbagai alat perangkap, demikian pula racun dan senjata rahasia, jangan kau sembarangan main2 disini."

"Toako tidak usah kuatir, kita tidak akan mengusik mereka."

"Jadi siapa sebetulnya yang kau cari?"

"Toako ikuti saja diriku" Ji-ping tetap tidak mau menerangkan.

Terpaksa Kun-gi mengikuti kemana saja Ji-ping membawanya, mereka mendaki bukit tandus disebelah kiri, lalu menyusuri selokan, lompat ke atas pematang dan tiba disebuah tempat yang banyak pohon siong, tampak sebuah jalan besar yang dibangun dari papan batu hijau menjurus lurus ke arah sebuah perkampungan, agaknya letak perkampungan itu masih satu li jauhnya... Hari sudah mulai gelap, dilihat dari kejauhan hanya kelihatan bayang2 gelap yang bertutup genteng, itulah Liong-bin san-ceng adanya.

"Marilah kita turun," ajak Ji-ping, dia bawa Kun-gi menuruni jalanan kecil dan berputar kebelakang gunung, menembus hutan, tak lama kemudian mereka sudah berada di kiri perkampungan "naga tidur." Pagar tembok yang tebal dan tinggi dari Liong-bin-san-ceng sudah tampak jelas.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now