Jilid 44

2.7K 63 0
                                    

Kedua laki2 tua jubah biru segera pimpin ke 32 Hou-hoat-su-cia membungkuk seraya berseru: "Hamba Cohouhoat (pelindung kiri agama) Leng Tio-cong. Yuhouhoat (pelindung kanan agama) Coa-Liang bersama seluruh Hou-hoat-su-cia menyampaikan sembah sujud kepada Thay-siang."

Disusul seratusan gadis yang berada disebelah kanan serempak berlutut dan menyembah, suaranya nyaring merdu berpadu: "Para Tecu menyampaikan sembah sujud kepada Thay-siang."

Thay-siang duduk tegak dikursinya, sorot matanya yang tajam se-olah2 menembus cadar laksana sinar matahari pagi, dingin laksana kilat menyapu pandang ke seluruh hadirin, akhirnya sedikit mengangguk sebagai jawaban. Lalu tangan kiri sedikit diangkat sambil menoleh kepada Hu-pangcu yang duduk disebelah kanan.

Hu-pangcu So-yok segera berdiri, matanya yang jeli berputar, suaranya merdu: "Thay-siang suruh aku memperkenalkan seorang tamu agung kepada hadirin . . . ." nada suaranya sengaja diperpanjang, sementara tangan menunjuk ke arah Ling Kun-gi, suaranya semakin lantang, "Inilah Ling Kun-gi, Ling-kongcu, murid kesayangan Put-thong Taysu dari Siau-lim."

Lekas Kun-gi berdiri dan menjura ke arah hadirin. Hadirin menyambut dengan tepuk tangan yang riuh-rendah. Sudah tentu suara tepuk tangan paling ramai datang dari sebelah kanan, se-akan2 para nona itu ingin berlomba keplok tangan, sementara para Hou-hoat-su-cia hanya beberapa orang saja yang ikut2an tepuk tangan. Malah kedua pemimpin Hou-hoat yang berdiri dikiri-kanan, yaitu kedua laki2 tua jubah biru itu, hanya menatap tajam setengah mendelik kepada Ling Kun-gi, se-olah2 mereka tidak percaya.

Put-thong Hwesio alias Hoan-jiu-ji-lay, sudah 10 tahun tak terdengar kabar-beritanya lagi, mungkinkah bocah semuda ini betul2 murid didik Hoan-jiu-ji-lay?

Setelah suara keplok tangan tak terdengar lagi baru So-yok melanjutkan kata2nya: "Ling-kongcu masih muda tapi penuh bakat dan serba mahir, kepandaiannya tinggi pengetahuan luas, atas undangan Pang kita, kali ini dia telah menyelesaikan suatu tugas yang teramat besar artinya bagi Pang kita semua. Yaitu berhasil membuat obat penawar getah beracun itu demi keselamatan Pang kita. Maka getah beracun milik Hek-liong-hwe itu selanjutnya tidak perlu kita takuti lagi."

Baru sekarang seluruh hadirin tahu duduk persoalan, tak heran pemuda she Ling ini bisa memperoleh tempat kedudukan yang terhormat dihadapan Thay-siang, kembali tepuk tangan diiringi suara tawa ramai lebih riuh daripada tadi.

So-yok berkata pula setelah tepuk tangan tak terdengar: "Sekarang akan kami perlihatkan obat penawar dari getah beracun ini kepada seluruh hadirin." Lalu dia memberi tanda gerakan tangan kepada Congkoan Giok-lan.

Giok-lan mengangguk, dia mengulap tangan ke pendopo, dua orang gadis segera keluar masing2 membawa sebuah tempayan dan ditaruh di atas undakan batu. Seorang disebelah kanan segera melolos pedang dan dicelupkan ke dalam tempayan terus diangkatnya tinggi2. Hanya sebentar dicelup ke dalam getah beracun, semua hadirin sudah melihat jelas batang pedang yang semula kemilau cerah itu kini bagian depannya telah berubah warna hitam legam tak bercahaya, jelas ujung pedang itu sudah berlumur racun yang amat jahat, keruan hadirin sama terbelalak dan ciut nyalinya.

Maklumlah, biasanya senjata tajam atau senjata rahasia apapun sukar melumuri racun diatasnya, karena besi bukan benda yang gampang menyerap sesuatu cairan, maka untuk melumuri senjata dengan racun harus dilakukan berulang kali dan memakan waktu yang cukup panjang. Untuk lebih meyakinkan, biasanya senjata tajam itu dibakar sampai menganga berulang kali serta dicelup beberapa kali pula ke dalam air yang mengandung racun itu.

Tapi kali ini gadis ini hanya sekali celup tanpa membakar senjata dan getah beracun itu sudah membuat ujung pedang bewarna hitam legam, terang kadar racun yang menempel di atas pedang betul2 amat jahat. Dapatlah dibayangkan betapa ganas dan keras kadar racun getah hitam ini?

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now