Jilid 17

2.2K 62 0
                                    

Semakin terkejut hati Cu Bun-hoa, katanya dingin: "Tidak perlu Lohu main sembunyi dengan cara menyamar segala."

"Berkelana di Kang-ouw, supaya tidak menarik perhatian orang, merias diri dan ubah wajah asli itu sudah biasa, apakah Loyacu merias diri tiada sangkut pautnya dengan aku? Cuma ingin kutanya, Loyacu main selidik memasuki daerah Tay-piat-san ini, entah apa maksudnya."

"Betul, Lohu juga ingin tanya kepada Siancu, tanpa sebab anak buahmu merintangi perjalananku, apa pula maksudnya?"

"Bukankah Ho-loyacu telah saksikan sendiri? Malam ini kebetulan aku meronda sampai disini, anak buahku melihat Loyacu memasuki selat gunung seorang diri, gerak-geriknya mencurigakan lagi, sudah tentu kau harus dimintai keterangan."

Cu Bun-hoa mendengus, katanya: "Sekarang Siancu sudah jelas tentang keteranganku?"

"Pertanyaanku tadi sia2 belaka, karena Loyacu tidak menjawab sejujurnya."

"Lalu apa pula kehendak Siancu?"

"Silakan Ho-loyacu ikut kami, setelah kami jelas menyelidiki asal-usulmu akan kuantar kau keluar gunung."

Terangkat alis Cu Bun-hoa, katanya: "Siancu kira orangmu banyak, mau main keroyok terhadapku seorang?" Mendadak dia mundur selangkah tangan sudah siap melolos pedang.

"Aku tak perlu turun tangan terhadapmu," ujar Hian-ih sian-cu sambil tertawa.

Hanya sekejap itu, Cu Bun-hoa sudah merasakan adanya gejala2 yang tidak normal pada diri sendiri. Sudah timbul pikiran Cu Bun-hoa untuk mundur dan melolos pedang, tapi kaki tangan ternyata tidak menurut perintah lagi, keruan kejutnya bukan main, air muka pun berubah hebat, bentaknya: "Sundel keparat ......"

Hian-ih-sian-cu tetap unjuk senyum menggiurkan, katanya riang: "Dapat mengundang Ho-loyacu, sungguh merupakan kebanggaanku." Lalu dia mengulap tangan dan menambahkan: "Mari kita kembali!"

Kedua gadis menurunkan kerai, pemikul tandu lalu berputar balik, dibawah pimpinan Lam-kiang-it-ki, kesepuluh kawanan jubah hitam menggusur Cu Bun-hoa mengintil dibelakang tandu.

ooooo0ooooo

Hampir saja Pui Ji-ping yang sembunyi di utas batu menjerit lagi melihat adegan yang aneh ini. Suara lembut bagai bunyi nyamuk mengiang pula dipinggir kupingnya, "Siau-sicu harus tahan sabar, jangan gegabah!"

Mencelos hati Ji-ping, terpaksa dia tekan perasaannya, dengan cemas dia awasi kawanan jubah hitam itu menggusur pamannya pergi, waktu dia menoleh, dilihatnya setombak dibelakangnya berdiri seorang Hwesio tua kurus, sorot matanya br-kilauan sedang mengawasi dirinya dengan tersenyum.

Tahu berhadapan dengan tokoh kosen, lekas Ji-ping menekuk lutut memberi hormat, katanya: "Losuhu, lekas tolong pamanku!" Karena gelisah ia lupa dirinya sedang menyaru laki2, cara memberi hormat seperti anak gadis lazimnya.

Hwesio tua kurus pendek lekas merangkap kedua tangan, katanya heran: "Sicu kiranya seorang nona, jadi yang ditawan Hian-ih-lo-sat tadi adalah pamanmu?"

Merah muka Ji-ping, diam2 ia sesali kecerobohan sendiri, katanya mengangguk: "Ya, dia pamanku, apakah perempuan dalam tandu itu yang Losuhu maksudkan bernama Hian-ih-lo-sat? Jadi orang2 itu ada hubungannya dengan Cin-cu-ling?"

"Lolap juga belum tahu asal-usul mereka," kata Hwesio tua itu, "cuma menurut apa yang kuketahui, Hian ih-lo-sat ini amat lihay, orang2 yang terjatuh ke tangannya sudah cukup banyak, termasuk Kwi-kian-jiu Tong-citya, Un It-kiu dari keluarga Un, suteku Kim Kay-thay dan lain2 . . . . ."

Ji-ping kaget, serunya: "Jadi Kim-loyacu juga tertawan oleh perempuan siluman itu."

"Nona juga kenal Kim-sute?" tanya si Hwesio tua.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now