Jilid 14

2.9K 62 1
                                    

Lan-wan, sesuai dengan namanya, yang ada di-tengah2 lingkungan taman ini seluruhnya adalah bunga anggrek melulu, ratusan pot2 bunga tersebar dan diatur begitu rapi, terbagi menjadi kelompok dari berbagai jenis2 yang berlainan, dibawah pot bunga ditaruh tatakan berisi air bening untuk mencegah semut menggerogoti akarnya.

Tatkala itu Kun-gi berada diantara deretan rak bunga, sambil menggendong tangan, dengan seksama dia me-lihat2 bunga. Sifatnya bebas dan rileks, se-olah2 dialah tuan rumah dari semua yang ada di taman ini.

Waktu itu hari sudah menjelang lohor, tampak seorang pelayan baju hijau sedang mendatangi dari jalanan kecil berbatu krikil sana. Dari gerak langkahnya yang enteng, sekali pandang orang akan tahu bahwa pelayan ini memiliki dasar Ginkang yang amat bagus.

Tiba di depan pintu Lan-wan, pelayan itu hanya bicara beberapa patah kata dengan Ing-jun.

Tampak Ing-jun mengantarnya memasuki taman menuju ke arah Ling Kun-gi. Tapi Kun-gi pura2 tidak tahu, dengan tekun dia memeriksa tanaman bunga. Setelah mereka dekat dibelakangnya baru Ing-jun bersuara: "Cu-cengcu!"

"O." Kun-gi bersuara sekali, pelan2 dia membalik tubuh.

Ing-jun berkata, "Cengcu sudah menunggu di ruang depan, Jun-hiang Cici sengaja diutus kemari untuk mengundang Cu-cengcu kesana."

Jun-hiang, pelayan baju hijau, lantas maju selangkah dan memberi hormat, katanya: "Hamba Jun-hiang memberi hormat kepada Cu-cengcu." Gadis pelayan ini ternyata berparas elok laksana puteri kahyangan dalam lukisan.

Kun-gi manggut2, katanya: "Lohu memang ingin menemui Cengcu kalian, silakan nona menunjukkan jalan." Jun-hiangg mengiakan, laliu dia mendahuluhi jalan di muka.

Jalan yang menuju ke Coat-sin-sin-ceng dari Lan-wan cukup lebar beralas batu2 gunung, kedua pinggir jalan dipagari tanaman pohon yang tidak diketahui apa namanya, angin mengembus sepoi2, dahan pohon sama bergoyang menerbitkan paduan suara yang mengasyikkan.

Berjalan dibelakang Jun-hiang, tiba2 tergerak hati Kun-gi, batinnya: "Semalam waktu Hoa Thi-jiu membawaku kemari juga kudengar suara lirih dari gesekan dedaunan pohon, mirip sekali dengan keadaan sekarang yang kulewati ini, jadi jalan yang menuju ke kebun kiranya berada di dalam Coat-sin-sin-ceng. Ya, kebun ini dikelilingi air tiga jurusan, Coat-sin-sin-ceng tepat berada di selatan kebun bunga, mungkin sekali harus melalui lorong bawah tanah untuk keluar masuk, maka pintunya harus menggunakan papan besi yang berat."

Coat-sin-sin-ceng terdiri dari lima lapis bangunan gedung yang menghadap ke utara tanahnya luas, bentuknya megah dan angker, tembok dan pilar2 gedungnya bercat dan terhias dengan berbagai warna lukisan berbagai corak, hanya di bilangan gedung besar inilah Kun-gi merasakan adanya gaya hidup kaum persilatan.

Diatas undakan lebar setinggi puluhan tingkat itu, disamping empat saka merah besar berdiri empat laki2 yang membusungkan dada dengan seragam hijau menyoreng golok.

Jun-hiang bawa Kun-gi naik ke atas undakan langsung menuju ke serambi. Tepat di depan sebuah pendopo besar berdiri seorang berperawakan sedang berjubah sutera.

Begitu melihat Kun-gi, segera ia bergelak tertawa sambil menyongsong maju, katanya sambil menjura: "Sudah lama Siaute mendengar nama besar Cu-cengcu, hari ini dapat mengundang Ceng-cu kemari sungguh merupakan kehormatan besar yang tiada taranya, semalam tak sempat menyambut selayaknya, harap dimaafkan dan jangan Cu-cengcu berkecil hati"

Orang ini lelaki setengah baya, wajahnya bersih, tulang pipinya menonjol, sorot matanya tajam, perawakannya sedang, tapi suaranya keras bergema seperti genta, diantara sikapnya yang ramah tampak kereng dan berwibawa.

Mendengar nada ucapannya, Kun-gi lantas tahu orang inilah Cengcu dari Coat-sin-sin-ceng. Lekas dia balas menjura, katanya tertawa: "Tuan ini tentunya Cek-cengcu pemilik tempat ini? Beruntung Siaute bisa berkunjung kesini."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang