Jilid 12

2.7K 64 3
                                    

Mendadak tak jauh di depan sana terdengar seorang membentak: "Langit mencipta, bumi merencana!"

Tergerak hati Kun-gi, pikirnya: 'Mungkin sudah tiba di tempat tujuan, seruan itu terang adalah kode pengenal satu sama lain."

Maka didengarnya Hou Thi-jiu melongok keluar kereta dan membentak geram: "Keparat yang tidak punya mata, kau tidak lihat kereta siapa ini?"

Terdengar suara beberapa orang dari kanan kiri jalan: "Hamba menyambut kedatangan Coh-siancu."

"Bedebah, Kongcu yang ada disini," bentak Hou Thi-jiu gusar.

Orang2 itu kembali munduk2, serunya: "Hamba tidak tahu kedatangan Kong-cuya, harap diberi ampun."

Kereta sudah mulai jalan pula. Tak lama kemudian, lari kereta mulai lambat, kusir kereta melompat turun dengan gesit terus menyingkap kerai

Dian-kongcu berpaling memberi pesan kepada Hou Thi-jiu: "Suruh mereka bawa Cu-cengcu ke Hwi-pin-koan (kamar tamu agung) di taman belakang, aku akan menemui Gihu." Sekali lompat dia turun terus berkelebat pergi.

Hou Thi-jiu juga melompat turun, kepada dua orang laki2 baju abu2 dia menggapai, katanya:

"Kalian gotong dia ke dalam."

Disaat Hou Thi-jiu melompat turun tadi, Kun-gi sempat membuka mata sedikit mengawasi keadaan sekitarnya. Ternyata kereta berhenti di depan sebuah pekarangan besar dari suatu perkampungan. Perkampungan ini dibangun diantara lekuk gunung, sekelilingnya dipagari bukit, jelas letaknya diperut pegunungan yang jauh dari keramaian.

Kedua laki2 itu sudah menghampiri, seorang melompat ke atas kereta dan mengeluarkan secarik kain hitam, mata Kun-gi ditutupnya.

Tindakan ini sebetulnya berlebihan, karena orang2 yang digusur kemari kebanyakan telah kena bius, dalam keadaan semaput, buat apa harus ditutup matanya lagi? Mungkin inilah aturan mereka, dengan sendirinya Kun-gi mandah saja apapun yang dilakukan atas dirinya, dia tetap tak bergerak.

Dengan setengah gendong dan setengah papah, kedua orang itu menurunkan Kun-gi dari kereta, malah seorang laki2 itu berjongkok, Kun-gi digendongnya. Mereka ikuti Hou Thi-jiu berjalan ke dalam.

Meski mata tertutup, tapi Kun-gi pasang kuping dengan seksama, dia membedakan arah, jalan yang ditempuh Hou Thi-jiu bertiga bukan pintu tengah, mereka mengitar ke kiri dimana ada sebuah pintu samping. Setiba di depan pintu, laki2 yang lain memburu maju mendahului Hou Thi jiu mengetuk tiga kali di daun pintu.

"Tek", terdengar suara pelahan, seorang membuka jendela kecil di pintu, suara serak tua membentak: "Siapa?"

Lekas Hou Thi-jiu mendekat, katanya: "Lo-go, inilah aku Hou Thi-jiu."

"O", suara serak itu menjadi lunak, "mana tanda buktinya?"

Hou Thi-jiu mengeluarkan sebentuk lencana, habis itu baru daun pintu dibuka, suara serak itu mempersilakan mereka masuk.

Dengan langkah lebar Hou Thi-jiu bertiga masuk ke dalam, pintu tertutup pula. Mereka jalan beriring, langkahnya cepat, diam2 Kun-gi men-duga2 dari langkah mereka yang putar sana belok ini, bahwa mereka melewati serambi lika-liku serta beberapa pekarangan, waktu Hou Thi-jiu seperti sudah tiba disatu tempat, seorang segera tampil kedepan menggoncang dua gelang tembaga, lalu mengundurkan diri pula kebelakang.

Waktu daun pintu terbuka, getaran keras terasa di bawah kaki mereka, ini membuktikan bahwa daun pintu terbikin dari papan baja yang berat dan tebal. Seorang telah mengadang ditengah pintu, Hou Thi-jiu maju mengunjuk lencananya pula, baru dia membalik badan dan katanya: "Serahkan dia padaku!"

Laki2 yang menggendang Kun-gi mengiakan terus berjongkok, dia baringkan Ling Kun-gi dilantai. Dengan kedua tangannya Hou Thi-jiu menjinjing tubuh Kun-gi, katanya: "Kalian tunggu disini!" ia sendiri masuk dengan langkah lebar. Pintu beratpun mulai tertutup lagi pelan2.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now