Jilid 104

3K 60 1
                                    

"Manusia yang tidak tahu diri," jengek laki2 jubah biru. Tiba2 badannya berputar, kaki kanan terayun menyapu kencang. Gerak sapuan kaki secepat kilat, belum lagi kedua laki2 berkedok itu menubruk tiba, dua2nya sudah tersapu jungkir-balik dan mencelat dua tombak jauhnya.

Celakalah mereka menggelinding ke lereng gunung, meski tidak sampai terluka parah, tapi tulang seluruh tubuh serasa retak, setengah harian mereka menjerit kesakitan tak mampu bergerak.

Kaget dan gusar pemimpin begal, sambil angkat tinggi golok bajanya dia membentak: "Semua maju, cacah hancur tubuh keparat ini!" -

Lima orang berkedok serentak merubung maju, sinar golok kemilau segera menyambar.

Pemuda baju sutera dan kacungnya kini sudah berdiri, malah mereka tidak menampilkan rasa takut lagi. Kini kedua orang ini dapat menonton, kelima orang berkedok bagai lima ekor harimau kelaparan ingin menerkam mangsanya, mereka menubruk sambil ayun golok membacok dan membabat serabutan dari segala arah.

Tapi laki2 jubah biru itu tetap tenang2, diantara gerakan kedua tangannya, dengan telak tangan kanannya dapat menepuk pundak kiri laki2 berkedok pemimpin begal itu, orang itu mengerang tertahan dan terpental, "bruk", dengan keras terbanting dua tombak jauhnya.
Sekali tangan kiri meraih pula laki2 jubah biru tangkap pergelangan tangan seorang lagi, golok yang masih terpegang di tangan orang itu dia angkat untuk mengetuk golok orang ketiga yang menyerang tiba. "Trang", golok orang ketiga kontan mencelat, berbareng dia lepaskan pegangannya sehingga laki2 yang dia pegang itu roboh tersungkur mencium tanah.

Sekaligus tiga musuh telah dia bereskan, begitu sikut kanan bekerja, dia sodok pula orang ke empat tepat di bawah ketiaknya. Orang inipun mengerang kesakitan, dengan mundur sempoyongan dia mendekap perutnya sambil menungging.

Kembali lengan baju si jubah biru mengebut, dengan telak ujung lengan bajunya menggubat golok orang kelima. Kali ini kepandaian yang dia unjukkan lebih menakjubkan lagi, betapa keras dan tajam golok baja itu, tapi entah mengapa, hanya sekali kebas golok lawan sudah tergulung. " Bruk", tahu2 golok besar itu berubah selarik sinar kemilau terbang tinggi meluncur ke dalam hutan dan lenyap tak keruan paran, pemilik golok sendiri sampai berdarah tangannya, cepat dia melompat mundur sambil mendekap tangan sendiri.

Kejadian ini terlalu panjang diceritakan, padahal hanya berlangsung dalam sekejap saja. Bagi pandangan si pemuda baju sutera dan kacungnya, begal2 yang garang itu tahu2 lantas kalang-kabut dihajar oleh penolongnya.

Laki2 jubah biru tidak bertindak lebih jauh, dengan berdiri menggendong tangan dia tertawa lantang: "Jago Kok-pak-gau apa segala, kiranya hanya begini saja, malam ini hanya sedikit kuberi peringatan, kalau berani melakukan pembegalan dan mencabut jiwa orang, awas bila kebentur di tanganku lagi pasti tidak kuberi ampun."

Lekas pemimpin begai merangkak bangun, setelah menjemput goloknya, tanpa bicara dia memberi tanda kepada keenam saudaranya terus ngancir.

Melihat kawanan begal sudah pergi, bergegas kacung itu membenahi barang mereka yang tercecer di jalan.

Pemuda baju suterapun menghela napas lega, dia menghampiri serta menjura kepada laki2 jubah biru, katanya; "Syukur tuan telah menolong kami berdua, budi pertolongan jiwa ini takkan kulupakan selamanya, harap terimalah puji hormatku."

Lekas laki2 jubah biru balas menjura, katanya: "Berat kata2 Kongcu, kawanan begal ini berani beroperasi di daerah dekat kotaraja, mereka patut dihajar adat, apalagi kebentur di tanganku, sebagal kaum persilatan wajib kubantu yang lemah dan menindas yang lalim. Selanjutnya kuyakin mereka pasti takkan berani bertingkah pula ditempat ini, silakan Kongcu melanjutkan perjalanan, Cayhe juga ingin lekas sampai ke tempat tujuan, mohon pamit," -Habis berkata dia menjura terus putar badan dan melangkah pergi.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now