Jilid 26

2.5K 60 0
                                    

Pelayan mengiakan saja terus putar tubuh menuju kebelakang. Tak lama kemudian dia sudah balik dengan tangan kosong. Tapi sebelum dia datang ke depan si Hwesio, tiba2 kakinya keserimpet, kontan tubuhnya terbanting jatuh. Untung dia tidak membawa nampan hidangan, jatuhnya amat keras, dengan menyengir kesakitan pelayan itu merangkak bangun, tangan me-raba2 pantat serta menghampiri dengan ter-pincang2.

Hwesio tadi ter-gelak2, serunya: "Nah, tadi Hwesio kere sudah bilang, kau tidak mau panggil kakek Taysu padaku, sang Buddha kini betul2 marah serta menghukummu." Tiba2 dia bersuara kaget dan tanya: "Heh, mana pesananku, kenapa tidak kau bawa kemari?"

Diam2 tergerak hati Cu Jing, dia duduk di depan si Hwesio, hakikatnya dia tidak melihat Hwesio itu menunjuk gerak apa2. Tapi si pelayan dibuatnya jatuh bangun.

Dengan mendongkol si pelayan tertawa dingin: "Masakan yang kau pesan semua berharga dua tahil, bayar dulu."

Mendelik si Hwesio, teriaknya marah: "Memangnya kau kira Hwesio kere makan tak membayar?"

"Sudah sering orang gegares gratis disini, kau seorang diri, tapi pesan hidangan terlalu banyak, terang sengaja . . . ."

Si Hwesio berjingkrak marah, dia cengkeram dada baju si pelayan, teriaknya gusar: "Kau kira aku mau makan gratis? Hwesio kere memang miskin, tapi kebetulan aku bertemu dengan seorang dermawan yang ada jodoh, tanpa tanya kau lantas pandang orang rendah dengan mata anjing, kalau aku masih muda seperti dulu, sudah kulempar kau keluar jendela, tahu?" Sembari bicara, seperti menjinjing seekor ayam dia angkat tubuh pelayan terus diulur keluar jendela sehingga kontal-kantil di udara.

Sudah tentu si pelayan menjerit ketakutan setengah mati, ratapnya: "Kakek Taysu, ampunilah jiwaku, hamba ada mata tidak melihat gunung, kau. . . . jangan kau lepaskan peganganm."'

Sudah tentu semua tamu yang ada di atas loteng sama kaget dan melongo heran melihat Hwesio ini memiliki tenaga begitu besar serta mempermainkan si pelayan..

Hwesio itu cekakakan, dia tarik tangannya dan turunkan si pelayan di lantai, katanya: "Sejak tadi kau panggil kakek Taysu kan beres?" Lalu dia tuding Cu Jing dan katanya pula: "Kau tanya Sicu ini, maukah dia membayar semua rekeningku nanti?"

Saking ketakutan, begitu diturunkan segera si pelayan mendeprok di lantai.

Lekas Cu Jing berkata: "Ucapan Taysu ini memang tidak salah, apa yang dimintanya boleh kau sediakan, rekeningnya aku yang bayar."

Sudah tentu si pelayan jadi kapok betul2, lekas dia kerjakan apa yang dipesan. Agaknya memang tidak sabar lagi, begitu arak diantar, Hwesio itu lantas angkat poci terus tuang arak langsung kemulut sampai habis, katanya sambil seka mulut dengan lengan bajunya yang kotor: "Sedap, Segar! Hayolah Siausicu jangan sungkan, mari, mari!" pakai sumpit atau sendok segala, kedua tangannya bekerja bergantian mencomot daging dan menggaruk ikan ke dalam mulut, begitu lahap dia makan sambil mulut kecap2 keras seperti induk babi.

Diam2 Cu Jing mengerut kening melihat cara makan seperti orang kelaparan itu, mulut Hwesio itu terus bekerja, belum lagi paha ayam dilalap habis, arak sudah dituang ke mulut lagi, lalu menyeruput semangkok kuah ikan pula, begitu sibuk dia sikat semua hidangan dihadapannya tanpa rikuh sedikitpun. .

Memang saatnya orang makan malam, maka restoran ini penuh sesak, keadaan menjadi ribut dan gaduh, Cu Jing tidak hiraukan si Hwesio yang sibuk makan seadiri, dia celingukan kian kemari, matanya sibuk mencari si orang tua misterius yang ternyata tidak kunjung tiba.

Sementara hidangan si Hwesio sudak dilalapnya habis satu persatu, sambil tertawa dia memicing mata si Hwesio tepuk2 perutnya yang gendut, katanya sambil ngakak: "Hari ini kau sudah kenyang dan puas bukan? Semua ini berkat kebaikan Siau-sicu.. Ini yang berjodoh dengan sang Buddha, memberi sedekah dan membayar rekening, tak terbalaslah luhur budinya, Omitohud!" Lalu dia rangkap kedua tangan sambil mundur tiga langkah, setelah memberi salam terus tinggal pergi dengan langkah sempoyongan..

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon