Jilid 91

2K 52 0
                                    

Sekejap saja, keduanya sudah saling labrak lima-enam puluh jurus, keadaan tetap berimbang, tiada satu pihak yang memperoleh keuntungan.

Thi-hujin pun saksikan pertempuran ini tanpa berkedip, lama2 roman mukanya menunjukkan mimik aneh penuh keheranan dan kaget, tanyanya berpaling: "Anak Gi, kalau kau yang melawan dia kau yakin dapat, mengalahkan dia?"

"Ilmu pukulan dan gerak langkahnya serba aneh, paling2 anak hanya sama kuat melawannya, untuk mengalahkan dia agak sulit juga, tapi anak yakin sekali pukul dapat membunuhnya."

Thi-hujin mengangguk, katanya: "Kalau perempuan ini tidak dilenyapkan, kelak pasti menimbulkan mara bahaya bagi kita."

Tengah bicara, di tengah gelanggang yang sedang berhantam sengit itu terdengar suara Cui Kin-in yang merdu: "Berhenti!" -

Sesosok bayangan tiba2 melompat keluar dari arena serta mundur beberapa langkah dan berdiri tak bergerak.

Yong King-tiong juga menarik kedua tangan, katanya dengan lantang: "Ada petunjuk apa Cui-tongcu?"

"Apakah Kim-bian-san-jiu dari Kun-lun yang kau lancarkan barusan ini?" tanya Cui Kin-in.

"Losiu tidak menganut sesuatu aliran, bermain sekenanya saja asal dapat menghadapi lawan, tak kupusing apakah Kim-bian atau bukan segala."

"Meski Kim-bian-san-jiu dari Kun-lun-pay merupakan kombinasi dari inti ilmu silat yang ada di dunia ini, di dalamnya mengandung kesaktian yang tiada taranya, aku tidak percaya tidak mampu memecahkannya."

Yong King-tiong tersenyum lebar, katanya: "Cui-tongcu, boleh kau coba memecahkannya."

"Baik, akan kutunjukkan padamu," jengek Cui Kin-in.

Mendadak kedua tangan dilancarkan bersama, beruntun dia menyerang tiga jurus. Setiap jurus pukulan menimbulkan kekuatan dahsyat yang menerpa ke depan.

"Serangan bagus," Yong King-tiong menghardik dengan pujiannya. Kaki berdiri sekukuh tonggak, kedua tangan berjaga di depan dada, beruntun iapun melontarkan tiga kali pukulan.

Inilah cara adu pukulan secara keras, maka terdengarlah benturan, ternyata tiada satu pihak yang lebih unggul. Cui Kin-in tertawa dingin, kedua tangan kembali melancarkan lima kali pukulan secara berantai, Gelombang pukulannya bagai badai ber-gulung2 menerjang dengan hebat.

Diam2 Yong King-tiong tersirap darahnya, perempuan muda berusia dua puluhan ini bagaimana mungkin memiliki Lwekang seampuh ini? Hati berpikir, keadaan sudah mendesak, tak mungkin dia mundur, maka tenaga dia kerahkan di kedua lengan, mendadak mulutnya menghembuskan serangkum hawa, lima kali ia menyongsong pukulan lawan.

Kali ini tangan kedua pihak sama2 dilandasi kekuatan penuh, begitu pukulan saling beradu, udara menjadi bergolak dan meledak dengan dahsyatnya.

Jenggot ubanan Yong King-tiong tampak bergerak melambai, jubah hijaunya pun seperti terhembus badai, tanpa kuasa badannya terhuyung dua langkah ke belakang. Kini siapa unggul siapa asor sudah kelihatan, Cui Kin-in adalah anak perempuan muda beliau, meski ilmu silatnya maha tinggi, jelas latihannya lebih cetek daripada Yong King-tiong.

Setelah mengalami adu pukulan lima kali, wajahnya yang jelita bagai bunga mekar di musim semi itu seketika berubah pucat, beruntun ia tersurut lima langkah.

Belum lagi berdiri tegak dan napas masih sengal2, mendadak alisnya menegak, sepasang mata burung Hongnya memancarkan kemilau biru, nafsu membunuhnya berkobar, hardiknya: "Nah, hati2lah kau." -

Tangan kiri bergerak naik turun menjaga keseimbangan dan akhirnya berhenti di depan dada, sementara telapak tangan kanan tegak bagai golok pelan2 didorong keluar.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang