Jilid 49

2.1K 51 3
                                    

Terasa oleh Ciok-lolo, seiring dengan pembicaraan Kun-gi pundak anak muda yang sekeras baja itu tiba2 semakin lunak, kiranya dia sudah mulai mengendurkan tenaganya.

Sudah lanjut usia Ciok-lolo, tapi masih berdarah panas dan masih suka menang, merasakan lawan menarik tenaganya, hatinya senang, segera dia kerahkan tenaga lebih besar, jarinya menekan lagi ke bawah.

Melihat Ciok-lolo menaruh curiga, lekas Giok-lan menyela bicara: "Memangnya Ciok-lolo tidak tahu bahwa Cong-sucia adalah murid kesayangan Hoan-jiu-ji-lay Put-thong Taysu yang terkenal dikalangan Kangouw."

Memangnya selama 30-an tahun ini tiada kaum persilatan yang tidak mengenal kebesaran nama Hoan-jiu-ji-lay, tokoh kosen yang sudah menjadi dongeng Bu-lim, umpama belum pernah lihat tentu juga pernah mendengar namanya.

Terpantul mimik aneh pada wajah Ciok-lolo, katanya dengan suara tinggi: "Pantas kalau begitu, nenek tua dikalahkan oleh muridnya Hoan-jiu ji-lay, ya, cukup setimpal juga." - Lalu dia dia mengulap tangan: "Nah, lekas kalian pergi."

"Terima kasih Ciok-lolo," seru Giok-lan sambil memberi hormat.

Setelah masuk ke pintu besar, dari dinding dia mengambil sebuah lampion serta menyalakan lilin di dalamnya, katanya, "Cong-sucia, marilah lekas." -Mereka menaiki tangga batu yang menanjak ke atas, beberapa kejap kemudian Giok-lan bertanya sambll menoleh: "Ling-kongcu, kau masih begini muda, tapi bekal Kungfumu sungguh luar biasa."

Tawar tawa Kun-gi, katanya: "Nona jangan terlalu memuji."

"Apa yang kukatakan benar2 keluar dari lubuk hatiku yang dalam. Kepandaian Ciok-lolo termasuk nomor satu dua dilingkungan kita, hari ini dia terjungkal ditanganmu, tapi dia tunduk lahir-batin."

Mendadak Kun-gi teringat sesuatu, hal ini masih me-lingkar2 dalam benaknya, cuma dia merasa serba susah apakah hal ini patut dia bicarakan dengan Giok-lan? Tengah dia me-nimang2, mendadak tergerak hatinya, dia ingat pembicaraannya dengan Giok-lan di perahu tadi, kenapa sekarang tidak mengorek keterangannya? Maka dia lantas bertanya: "Mengenai pembicaraan kita di atas perahu tadi, ada sebuah pertanyaan ingin kuajukan."

"Ada partanyaan apa?" jawab Giok-lan.

"Nona pernah bilang bahwa Pangcu mengatakan Cayhe dapat menawarkan getah beracun yang tak bisa dipunahkan oleh siapapun, maka tiada obat bius apapun di kolong langit ini yang bisa membius pikiran Cayhe, oleh karena itu kau merasa perlu untuk memperingatkan kepada Cayhe, apapun yang dikatakan Thay-siang harus kupatuhi, betul tidak?"

"Betul, Toaci memang suruh aku menyampaikan demikian."

"Kenapa harus demikian?"

"Apa yang dikatakan Thay-siang selamanya tiada orang berani membangkang, tiada yang pernah ragu2."

"Itu Cayhe tahu, tapi Pangcu suruh nona memperingatkan hal ini padaku, tentu ada sebabnya."

"Asal kau bekerja dan melaksanakan tugas seperti pesan kami, tanggung kau tidak mengalami kesulitan."

"Agaknya nona tidak suka menerangkan."

"Kalau kau tahu, tak perlu aku menjelaskan, kalau belum tahu, lebih baik tidak tahu saja."

"Kalau Cayhe terkena racun yang tak terobati dan terkena obat bius yang pengaruhi pikiran Cayhe?"

Giok-lan melengak, tanpa pikir ia berkata: "Kalau terjadi demikian, aku dan Toaci pasti takkan berpeluk tangan."

Terharu Kun-gi: "Kalau demikian Cayhe harus berterima kasih atas kebaikan kalian."

Giok-lan menghentikan langkah, tiba2 dia membalik badan, katanya dengan nada penuh perhatian: "Apakah kau merasakan gejala tidak enak pada tubuhmu?"

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now