Jilid 93

1.9K 52 1
                                    

Sedang Siau-tho dan ketiga jago pedang juga menyiapkan pedang masing2. Bukan saja gelap gulita, lorong yang sempit dan panjang inipun terasa sunyi lenggang. Suara pedang terlolos dari serangka mereka menimbulkan pantulan gema yang cukup keras juga.

Maka terdengar sebuah bentakan keras berkumandang dari arah depan: "Siapa disana?"

"Lohu", seru Yong King-tiong, suaranya kereng dan berat, sehingga menimbulkan pantulan suara yang bergema mendengung. Maka teguran orang di depan tidak bersuara lagi.

Tanpa memadamkan obor, Yong King-tiong berpaling, katanya: "Mari ikut aku."

Cepat sekali langkah mereka, kira2 sebidikan panah jauhnya, mendadak terdengar pula bentakan lebih keras: "Siapa yang datang? Hayo berhenti!"

Tampak selarik sinar api dengan mengeluarkan deru angin kencang meluncur tiba. "Blup", api itu jatuh di depan kaki Yong King-tiong, seketika meledak dan apipun berkobar.

Itulah panah buatan khusus, nyala api amat keras dan besar sehingga jalan lorong selebar tiga kaki terbendung oleh kobaran api. Belum api padam, dari arah depan muncul seorang berpakaian hijau, tanyanya: "Siapa kalian?"

Terpaksa Yong King-tiong berhenti, dengusnya: "Memangnya Tang-heng sudah tidak kenal lagi pada Lohu?"

Si baju hitam melenggong, serunya: "Apakah Yong-congkoan yang datang?"

Di bawah cahaya api, jarak dalam tiga tombak cukup terang, tapi karena teraling asap tebal sehingga sukar melihat jelas orang di seberang.

"Betul, inilah Lohu," kata Yong King-tiong.

Mendengar yang datang betul Yong King-tiong, pejabat Hek-liong-tam Congkoan, kedudukannya sejajar dengan para Tongcu yang mengetuai setiap seksi, sudah tentu orang itu tidak berani ayal, lekas dia merangkap tangan menjura, katanya: "Hamba tidak tahu akan kedatangan Yong-congkoan, harap dimaafkan kelalaian ini." - Habis kata2nya, kembali terdengar suara "Blub", api yang masih berkobar besar itu seketika padam, asap juga sirna seketika.

Yong King-tiong memuji di dalam hati: "Peralatan senjata api orang ini memang lihay."

Diam2 iapun heran, batinnya: "Setelah mengundurkan diri dari Say-cu-kau, Cui Kin-in sudah berangkat setengah jam lebih dulu, seharusnya dia sudah menyampaikan perintah untuk berjaga lebih ketat, tapi dari nada Tang Kim-seng, agaknya dia belum tahu kalau aku sudah berontak?" - Sembari membatin segera ia melangkah maju, katanya: "Apakah Tang-heng berdinas di daerah ini?"

"Hamba diperintahkan membantu Nyo-heng disini."

"Dimana Nyo Ci-ko sekarang"' tanya Yong King-tiong.

"Hamba bertugas jaga pintu ini, Nyo-heng ada di dalam."

Dengan kalem Yong King-tiong menghampiri dan berhenti di depan orang, katanya: "Lohu mendapat perintah kemari untuk membekuk orang, entah siapa saja yang terperangkap di dalam sana"

"Jumlahnya tidak banyak, tapi Kungfu mereka rata2 tinggi, agaknya ada Pangcu Pek-hoa-pang, cuma sekarang kita hanya berhasil mengurung mereka, belum bisa membekuknya hidup2."

"Baiklah, biar Lohu periksa di dalam," kata Yong King-tiong.

Terunjuk mimik serba salah pada muka Tang Kim-seng, katanya: "Hamba mendapat kuasa dari Cui-congkam (komisaris besar) untuk melarang keras, siapapun tidak boleh masuk kecuali membawa medali emas, Yong-congkoan . . . ."

Tanpa menunggu orang bicara habis, Yong King-tiong lantas menukas: "Cui-tongcu suruh aku kemari membekuk musuh, sudah tentu memberikan medali kebesarannya? Nah, lihatlah yang jelas Tang-heng." tangan kanan segera diangsurkan kemuka orang.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now