Jilid 97

2.1K 53 0
                                    

Pada setiap sudut pintu itu berdiri seorang laki2 seragam hijau yang menghunus pedang, jelas mereka mendengar perintah Congkoan, tapi mereka tetap berdiri tegak, tiada satupun yang bergeming.

Keruan Nyo Ci-ko semakin murka, mukanya membesi hijau, bentaknya: "Kalian sudah mampus, Hayo sikat mereka!"

Hoan-kun tertawa tawar, katanya: "Walau mereka belum mampus, tapi mereka takkan mau turut perintahmu lagi."

Seperti disengat lebah Nyo Ci-ko tersentak mundur, serunya gusar: "Apa yang kau lakukan terhadap mereka?"

"Betul, mereka terkena obat biusku, sengaja kusisakan kau seorang, supaya saudara Tu ini bisa membereskan kau."

Serasa pecah nyali Nyo Ci-ko, tapi lahirnya dia tetap beringas, katanya mendesis: "Perempuan siluman, keji juga cara kerjamu." - Mulut bicara kepada Un Hoan-kun,

"Wuut", tiba2 tangan kiri menghantam ke arah Tu Hong-sing, berbareng ke-dua kaki menjejak tanah terus melejit mundur ke arah salah satu pintu.

Kejadian sebetulnya amat cepat dan mendadak apalagi serangan kepada Tu Hong-sing cepat sekali sehingga dia tak mungkin merintangi, dia pikir dengan mudah dapat lari masuk ke balik pintu sana. Sekali dia berada di lorong gelap itu, jalan yang simpang siur disana lebih memudahkan melarikan diri.

Tak tahu baru saja dia bergerak, didengarnya Kun-gi membentak keras: "Lari ke mana kau?" --Dari kejauhan tangan kirinya menghantam.

Serangkum tenaga dahsyat seketika timbul dari tepukan telapak tangannya, sasaran pukulannya ternyata tidak langsung ditujukan pada Nyo Ci-ko, tapi menuju ke pintu yang terletak kira2 lima kaki di belakangnya.

Lwekang Ling Kun-gi amat tangguh, pengalaman tempur selama ini menambah banyak perbendaharaan menghadapi musuh, pukulan yang dilancarkan ini sungguh tepat perhitungan waktunya, dikala tenaga pukulannya menerjang ke depan pintu, badan Nyo Ci-ko yang mundur ke belakang itupun kebetulan melejit turun.

Sebagai Siwi kelas tiga istana raja, sudah tentu Kungfu Nyo Ci-ko tidak rendah, waktu badannya melejit mundur, terasa adanya kesiur angin mencurigakan dibelakang, lekas ia menarik napas, badan yang terapung di udara itu secara mentah2 lantas berputar kearah kiri, tangan kiri yang semula melindungi dada secepat kilat terayun keluar.

Reaksinya cukup cepat, ayunan tangannya kebetulan menggempur samping tenaga pukulan Ling Kun-gi yang menerjang ke pintu sudut, begitu dua tenaga saling terjang, karena dia melancarkan pukulan waktu badan masih terapung, seketika ia terpental mundur beberapa langkah. Tapi hal ini sudah dalam perhitungannya, tujuannya untuk meluputkan diri dari terjangan telak pukulan Ling Kun-gi, maka badannya cuma terpental beberapa kaki lantas dapat berdiri tegak pula. Tapi hanya sekali adu pukulan saja dia sudah memperoleh bukti bahwa Lwekang pemuda ini sungguh tidak kepalang tingginya, betul2 diluar dugaannya.

Sekali adu pukulan ini, terasa juga oleh Ling Kun-gi bahwa Nyo Ci-ko adalah musuh tangguh, Nyo Ci-ko yang melejit, mundur dan keterjang angin pukulan, umpama dia kuat bertahan juga pasti akan kerepotan, tapi kenyataan dikala angin pukulan hampir mengenai dirinya, badan yang masih terapung itu mendadak masih sempat berputar sembari balas memukul sekali, dengan daya bentrokan pukulan itu dia membal mundur menyelamatkan diri, jelas tak mungkin dilakukan. Untung setelah melancarkan sekali pukulan jarak jauh, Kun-gi tidak menyusuli lagi dengan pukulan lain.

Sambil mengelus jenggot Yong King-tiong ter-gelak2 dengan menengadah, katanya: "Nyo Ci-ko, tentunya kau sudah dapat memperhitungkan situasi di depan mata, kalau tidak mau menyerah, untuk bisa keluar dengan selamat, sukarnya seperti manjat ke langit."

Wajah Nyo Ci-ko yang semula putih, halus kini membara kelam, pedang di tangan dibolang- balingkan, bentaknya bengis: "Yong King-tiong, beranikah kau perang tanding melawanku?"

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now