Sementara itu Kun-gi sudah turunkan tawanannya, tanyahya: "Paman kenal orang ini?"
"Dia bernama Tu Hong-sing, salah seorang dari tiga puluh enam panglima dulu, sekarang dia salah seorang dari delapan Koan-tai dari Hek-liong-hwe."
"Apa kerja dan tugas seorang Koan-tai?" tanya Kun-gi.
"Sesuai namanya, seharusnya Koan-tai memimpin banyak orang, tapi Koan-tai dari Hek-liong-hwe kira2 setingkat dengan Houhoat, jabatan ini tidak terhitung rendah, tapi tidak punya tugas tertentu, semula jabatan ini hanya merupakan simbol dalam kalangan pemerintahan kerajaan, yang terang kedelapan Koan-tai seluruhnya dikerahkan bertugas di Ceng-liong-tong."
"Syukurlah kalau paman Yong kenal dia, biar kubikin dia mendusin, Ling-toako bilang supaya engkau membujuknya, mungkin dia mau insaf dan bertobat, karena tidak secara suka rela menjadi antek musuh," kata Un Hoan-kun.
Yong King-tiong berpaling kepada Kun-gi, tanyanya: "Ling-kongcu ingin Losiu membujuk dia?"
Maka Kun-gi menjelaskan keadaan di dalam lorong2 sempit yang simpang siur seperti sarang labah2, padahal orang2 Pek-hoa-pang terkurung di dalam dan tak bisa keluar, di samping dua temannya lagi yang disekap entah dimana. Kemungkinan Tu Hong-sing bisa bantu membereskan soal2 ini, jika dapat membujuknya, tentu segala urusan disini tidak akan mengalami kesulitan lagi.
Sambil mengelus jenggot Yong King-tiong manggut2, katanya: "Sebagai seorang dari tiga puluh enam panglima sudah tentu Losiu cukup kenal pribadi Tu Hong-sin, orang ini cupet pikiran dan sempit pandangan, tamak harta dan gila pangkat. apalagi sekarang sudah menjadi Koan-tai, jabatan tingkat keenam di istana raja, untuk membujuknya meninggalkan pangkatnya mungkin agak sulit."
setelah menepekur sebentar akhirnya dia menambahkan: "Ada satu hal mungkin dapat membuatnya tunduk."
Un Hoan-kun lantas tertawa, katanya: "Wan-pwe tahu, Wanpwe punya cara supaya dia tunduk dan menyerah."
"Kau punya akal apa?" tanya Kun-gi heran.
"Setiap manusia yang gila pangkat dan tamak harta pasti takut mati," ujar Un Hoan-kun.
Yong King-tiong mengangguk, "Ucapan nona memang betul."
Un Hoan-kun tidak banyak bicara lagi, dia mendekati Tu Hong-sing, mendadak dia ulur dua jari tangannya yang lentik putih beruntun menutuk tiga Hiat-to Tu Hong-sing, lalu ia mengeluarkan satu botol kecil, dengan ujung kuku dia mengambil bubuk obat terus dijentikan ke hidung Tu Hong-sing.
Sungguh mujarab obat bubuk dalam botol kecil ini, begitu mencium bau obat itu, Tu Hong-sing yang jatuh pingsan seketika berbangkis dua kali lalu membuka mata. Sebentar bola matanya berputar mengerling kian kemari, akhirnya melihat Yong King-tiong, Ling Kun-gi, Un Hoan-kun, seketika rona mukanya berubah, mendadak dia bangun berduduk. Begitu duduk baru dia sadar bahwa beberapa Hiat-to di tubuhnya telah tertutuk, kaki tangan hakikatnya tak mampu bergerak.
"Tu-heng, sudah siuman kau?" sapa Yong King-tiong.
"Syukurlah Yong-congkoan berada disini," kata Tu Hong-sing sambil mengawasinya, "beberapa Hiat-toku tertutuk."
Ternyata betul dia manusia yang takut mati, berhadapan dengan Yong King-tiong, nada bicaranya seperti minta tolong dan mohon dikasihani.
Yong King-tiong berdiri kereng, katanya: "Apakah Tu-heng tahu bahwa Han Jan-to sudah mampus, sementara Cui Kin-in sudah merat setelah keok?"
Tu Hong-sing tampak kaget, katanya: "Apa betul ucapan Congkoan?"
"Sejak kini aku bukan lagi Congkoan Hek-liong-hwe, maka Tu-heng jangan memanggilku Cong-koan, empat puluh tahun aku berkumpul disini dengan Tu-heng, maka ingin kuberi nasehat, kita kan bangsa Han, sesama anggota Thay-yang-kau dan bersumpah setia di depan cakal-bakal, adalah tidak pantas rela menjadi antek dan cakar alap2 musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong Giok
General FictionLenyapnya Tong Thian Jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racunnya serta Un It Hong, tertua keluarga Un di Ling Lam yang terkenal dengan obat bius dan wewangian yang memabukkan, yang terkait dengan "CIN...