Jilid 34

2.1K 60 0
                                    

Berdetak jantung Kun-gi, mukanya merah, katanya dengan tertawa: "Berat kata2 Pangcu, bahwa Cayhe bisa berkenalan dengan Pangcu sudah beruntung besar, bukankah sekarang kita sudah berkawan?"

Sorot mata Pek-hoa pangcu tertuju ke lantai, jari2 tangannya mengusap kedok mukanya yang tipis, katanya lirih: "Maksudku . . ."

Belum habis dia bicara tampak Giok-lan melangkah masuk, lekas Pek-hoa-pangcu putuskan pembicaraan.

Diambang pintu Giok-lan menekuk lutut memberi hormat, katanya: "Pangcu, Ling-kongcu, meja perjamuan sudah disiapkan, silakan makan dulu."

Pek-hoa-pangcu tidak pakai lagi kedok mukanya, dia hanya menutup dengan cadar, pelan2 ia berbangkit, katanya: "Mari, silakan Ling-kongcu."

Dibawah iringan Pek-hoa-pangcu mereka meninggalkan Ing jun-koan, melalui serambi terus menuju ke kamar bunga diseberang sana. Di dalam meja perjamuan memang sudah siap, empat gadis berdiri di empat sudut siap melayani, melihat sang Pangcu mengiringi seorang pemuda berwajah tampan, sekilas mereka unjuk rasa kaget dan kagum, ter-sipu2 mereka maju menyambut.

Pek-hoa-pangcu angkat tangan: "Silakan Kong-cu duduk diatas."

Kun-gi duduk di kursi tamu, Pek-hoa-pangcu duduk ditempat tuan rumahnya. Malah duduk disebelah bawahnya. Dua pelayan segera mengisi cangkir yang sudah tersedia.

Hidangan yang disuguhkan memang luar biasa dan banyak ragamnya, keempat pelayar ganti-berganti menyuguhkan ber-macam2 masakan, sementara mereka makan minum sambil mengobrol, banyak juga soal yang mereka bicarakan.

Mendadak diluar sana terdengar suara ribut2 beberapa orang, Pek-hoa-pangcu bersungut, katanya dongkol: "Ada kejadian apa diluar itu?"

Lekas Giok-lan berdiri, katanya: "Biar hamba keluar melihatnya . . .." belum habis dia bicara, dari luar sudah berlari masuk seorang pelayan dengan ter-gopoh2. .

Giok-lan lantas tanya: "Kau ter-buru2, ada kejadian apa diluar?"

"Lapor Congkoan, barusan ditemukan jejak musuh ditaman depan . . . ."

Giok-lan melengak, tanyanya: "Ada kejadian begitu? Siapa yang berani menyelundup ke taman?"
Pendatang berkepandaian tinggi, agaknya tidak mengusik bagian luar, tahu2 mereka sudah ada di dalam lewat jalan air seorang gadis terdengar membentak, lebih dekat diluar taman sana: "Pendatang dari mana? hayo berhenti!"

Tiba2 terdengar suara serak tua berkata dingin, "Kami bertiga kebetulan lewat dari danau, kulihat disini ada sebuah taman yang luas, sengaja kami tamasya kesini, kalian budak2 ini berani main gila terhadap Lohu?"

Waktu itu tengah hari, tapi ada orang berani terobosan di markas besar Pek-hoa-pang, sungguh besar nyali mereka. Giok-lan tidak banyak bicara lagi, cepat dia lari keluar.

Wajah Pek-hoa-pangcu yang jelita kelihatan berubah, cepat ia mengenakan kedok tipis dimukanya.

Kun-gi tidak tahu siapa yang datang? Tapi dia menduga pihak Pek-hoa-pang telah kedatangan musuh tangguh, lekas dia berdiri dan berkata. "Pangcu ada urusan, boleh silakan."

Tajam tatapan mata Pek-hoa-pangcu, katanya, "Apakah yang datang temanmu?"

Kun-gi menggeleng kepala, katanya: "Bukan temanku."'

"Syukurlah kalau bukan temanmu. Apakah Ling-kongcu ingin keluar melihatnya?"

"Kalau tiada alangan boleh saja."

Pek-hoa-pangcu tertawa manis, katanya: "Mari silakan." Lalu dia berpesan kepada pelayannya: "Lekas keluarkan perintah, sebelum diketahui asal-usul pendatang, suruh orang di depan tidak usah masuk kemari"- Seorang pelayan mengiakan lalu buru2 lari keluar.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now