Jilid 11

2.6K 62 0
                                    

Pui Ji-ping memang cerdik, hanya setengah jam, di bawah petunjuk Ling Kun-gi pelajaran tata rias tingkat pertama sudah berhasil dikuasainya dengan baik. Kini ia sudah berhasil mengubah bentuk mukanya menjadi apa saja yang ia kehendaki, sudah tentu senang hatinya tak terkatakan, hanya suaranya yang sukar dia ubah dalam waktu singkat, tapi soal suara tidak begitu penting, asal jarang buka suara, orang tetap dapat diketahui.

Tanpa mengenal lelah serta sabar Kun-gi terus memberi penjelasan segala seluk beluk tentang tata rias ini, pertanyaan Ji-ping ber-tumpuk2, ada saja persoalan yang dia ajukan.

Pada saat itulah, pintu rahasia yang tembus ke kamar buku tiba2 terbuka, Cu Bun-hoa melangkah masuk sambil mengempit seorang perempuan dibawah ketiaknya.

Lekas Ji-ping berdiri dan menyongsong maju, tanyanya: "Paman, orang ini. . . he, kau kan Kwi-hoa?"

Cu Bun-hoa turunkan Kwi-hoa di atas lantai, wajahnya tampak serius, katanya: "Tak tersangka komplotan penjahat itu bergerak begini cepat."

Ji-ping kaget, tanyanya: "Maksud paman Kwi-hoa sekomplotan dengan musuh?"

"Di dalam bubur dia campur obat bius, untung Lohu sudah siaga, setelah kupancing lantas kelihatan belangnya, sebelum dia menyadari apa2 semangkok bubur itu sudah kucekok kemulutnya, betul juga dia lantas kelenger."

"Lalu bagaimana paman?" tanya Ji ping.

"Menurut dugaan Lohu, walau musuh sudah menyelundup disekitar kita, sebelum Kwi-hoa keluar, mereka takkan berani sembarang bertindak, terpaksa kau harus menyaru Kwi-hoa, bawalah mangkok kosong itu kebelakang, lalu Ling-lote menyaru Lohu, sesuai dengan rencana kita."

Kun-gi manggut, katanya: "Mau bekerja janganlah membuang waktu, nona Pui, lekas duduk biar kurias mukamu."

Hanya sepeminuman teh, Kun-gi sudah selesai merias Ji-ping, kini wajahnya mirip benar dengan Kwi-hoa seperti pinang dibelah dua.

Cepat sekali Ji-ping lucuti pakaian Kwi-hoa terus dipakainya. Sementara memegangi kaca Kun-gi merias wajah sendiri seperti Cu Bun-hoa, dengan Cepat sekali dia sudah berubah jadi Cu Bun-hoa,

lalu mereka saling bertukar pakaian. Tak lupa Kun-gi simpan Pi-to-cu warisan keluarganya, kantong sulam pemberian Un Hoan-kun dan pedang pendak di dalam bajunya.

Cu Bun-hoa mendesak: "Ji-ping, kau harus lekas keluar."

Mengawasi Kun-gi, berat rasa hati Ji-ping untuk berpisah, katanya: "Ling-toako, kau akan masuk ke sarang harimau, hati2lah."

"Nona Pui tak usah kuatir, belum setimpal komplotan jahat ini menjadi perhatianku."

"Lalu dimana kelak aku harus mencarimu?" tanya Ji-ping.

Dia sudah memberanikan diri mengucapkan kata2 ini dihadapan pamannya. Seorang gadis akan mencari laki2, kemana maksud tujuannya iapapun sudah mengerti.

"Seorang diri jangan nona keluyuran di Kang-ouw, kelak setelah berhasil menolong ibu, pasti aku kemari menengokmu."

Dalam hati Ji-ping berjanji, "Tidak, aku takkan tinggal disini, ke ujung langitpun akan kucari dirimu." Sudah tentu kata2 ini tidak berani dia ucapkan.

Sudah tentu Cu Bun-hoa dapat meraba perasaan keponakannya yang sedang kasmaran ini. soalnya waktu amat mendesak, lekas dia mendesak lagi, "Ji-ping, sudah terlalu lama Kwi-hoa antar bubur ini, sekarang lekas kau keluar."

Kembali Ji-ping pandang Kun-gi lekat2, lalu dengan langkah berat ia keluar.

Sambil mengelus jenggot Cu Bun-hoa berpesan: "Ling-lote, kau cerdik pandai, tentu Lohu tidak perlu banyak pesan lagi, disini Lohu menunggu kabar baikmu, semoga kau berhasil menolong ibumu dengan leluasa, dan jangan lupa kemari lagi memberi kabar, jangan pula kau bikin telantar maksud baik Ji-ping."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now