Jilid 87

2.2K 55 0
                                    

Keputusan ini sudah melalui pemikiran yang seksama serta dipertimbangkan untung ruginya, sungguh diluar dugaan bahwa keputusan ini justeru membuat puteri kandungnya Ji-hoa minggat tak keruan. Karena cemburu, timbul watak Han Jan-to yang jahat, secara diam2 dia menyerah kepada kerajaan dan rela diperbudak menjadi antek penjual bangsa. Perubahan drastis ini sudah tentu tak pernah terpikir oleh Lo-hwecu sebelumnya.

Begitulah demi mendengar mulut orang yang kotor, sungguh tidak kepalang marah Thi-hujin disamping merasa berduka pula, desisnya sambil menggertak gigi: "Keparat she Han, ayahku teramat baik terhadapmu, kau malah lupa akan nenek moyang sendiri dan rela menjual keluarga dan bangsa kepada musuh, terima hidup diperbudak menjadi antek penjajah, membunuh para ksatria bangsa sendiri, dua puluh tahun yang lalu aku sudah bersumpah untuk mengorek ulu hatimu buat sesaji didepan pusara ayah dan suamiku, sekaligus menuntut balas pula bagi para pahlawan yang telah gugur. Nah, Han Jan-to, menggelinding keluar sini kau."

"Bu, engkau tak perlu mengeluarkan tenaga, dendam orang tua sedalam lautan, bangsat she Han ini serahkan saja kepada anak untuk membereskannya," seru Kun-gi.

Bercucuran air mata Thi-hujin, ucapnya: "Tidak, sejak ibu meninggalkan Hek-liong-hwe dulu sudah bersumpah kepada ayahmu, dengan kedua tanganku sendiri akan kubunuh keparat she Han yang durhaka ini."

Thay-siang menyeringai dingin, katanya: "Mencari perkara dengan Han Jan-to adalah urusan kalian, aku akan pergi saja, Ling Kun-gi, persoalanmu menyelundup ke dalam Pek-hoa-pang sejak kini boleh tidak usah kuusut. Nah, serahkan kembali Ih-thian-kiam padaku."

Thay-siang tidak tahu bahwa Ling Kun-gi masih memiliki sebilah Seng-ka-kiam yang tidak kalah ampuh dan saktinya daripada Ih-thian-kiam, bahwa dalam keadaan segawat ini sengaja dia meminta balik Ih-thian-kiam yang tajam luar biasa, itu berarti telah memperlemah perlawanan Ling Kun-gi pada musuh, tujuannya terang cukup keji juga.

"Thay-siang memang betul," ujar Kun-gi, "Cay-he memang bukan orang Pek-hoa-pang lagi, sudah tentu harus kukembalikan pedang ini." -

Betul2 dia menanggalkan Ih-thian-kiam lalu diangsurkan dengan kedua tangan.

Thay-siang terima Ih-thian-kiam dengan tangan kiri. "Sreng", tangan kanan segera mencabutnya keluar, tampak jelas nafsu amarahnya yang berkobar, katanya ketus: "Dua puluh tahun permusuhan ayah bundamu denganku, dengan tabasan ini boleh anggap impas permusuhan kita,"

Seiring dengan ucapannya, "sret" Ih-thian-kiam tiba2 menabas ke pundak kanan Ling Kun-gi. Betapa cepat tabasan ini, sampaipun Thi-hujin yang berdiri tidak jauh pun kaget dan tak sempat menolong, teriaknya: "Dik, kau . . . ."

Sinar pedang berkelebat, "tring," pedang Thay-siang tahu2 tersampuk oleh segulung angin selentikan. Ternyata pada detik2 gawat itu, jari Kun-gi telah menjentik dengan It-cay-sian, ilmu sakti selentikan aliran Hud, sehingga ujung pedang orang terpental ke samping.

"Terima kasih atas kemurahan hati Thay-siang." ucap Kun-gi dengan tertawa.

Gemetar cadar di muka Thay-siang saking menahan gelora marahnya, sambil mendangus segera ia hendak melompat pergi.

Mendadak Han Jan-to bergelak tertawa, katanya: "Thi Ji-hoa, kaupun salah seorang buronan penting yang diincar kerajaan, terus terang saudaramu ini tak berani membiarkan kau pergi, Ketahuilah bahwa orang2 Pek-hoa-pang seluruhnya sudah dipancing ke tempat buntu oleh anak buahku, kuharap kau tahu diri, lemparkan pedang dan terima dibelenggu saja."

Thay-siang urungkan niatnya pergi, Ih-thian-kiam melintang di dada, suaranya murka: "Han Jan-to, kau kira dengan perangkap Hek-liong-hwe seperti itu danat mengurung orang2 Pek-hoa-pang?"

"Tidak salah," ujar Han Jan-to dengan tertawa, "Hek-liong-hwe adalah kampung halamanmu, di sini kau tumbuh dewasa, segala peralatan perangkap disini kau cukup apal, tentu kaupun sudah membekali peta yang terang kepada anak buahmu. Tapi perlu kau ketahui bahwa selama dua puluh tahun ini, kebanyakan tempat sudah kubangun pula perangkap yang aneka ragamnya, kalau anak buahmu hanya bergerak menurut petunjuk petamu, itu berarti mereka sengaja menggali lubang kuburnya sendiri, kini tinggal kau seorang saja yang masih bebas."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now