Jilid 29

3.3K 67 0
                                    

Setelah silakan tamunya duduk, Cu-ki-cu batuk2 kering, lalu berkata dengan nada menyesal.

"Lohu orang gunung, selama hidup jarang kedatangan tamu, gubugku yang reyot ini tidak sesuai untuk melayani tamu, harap kalian duduk seadanya saja," sembari bicara dia sudah mendahului duduk di kursi paling dalam.

Ban Jin-cun bertiga lantas duduk, katanya: "Kami bersaudara sengaja mengganggu ketenangan Totiang, mohon Totiang suka memberi penerangan kepada kami."

"Jadi kalian minta Losiu meramal?" tanya Cu-ki-cu.

"Totiang sudah lama terkenal, luas pengalaman dan pengetahuan, terhadap segala peristiwa dan seluk-beluk Kangouw amat apal, kami bertiga kemari mohon petunjuk satu hal kepada Totiang."

"Tentang apa?" tanya Cu-ki-cu.

Dari dalam kantongnya Ban Jin-cun keluarkan buntalan kain kecil terus dibeberkan di atas meja, isinya adalah sebentuk senjata rahasia bersegi delapan, dengan kedua tangan dia angsurkan benda itu, katanya: "Totiang luas pengalaman, entah pernahkah melihat senjata rahasia macam ini?"

Begitu melihat bentuk senjata rahasia itu, tampak berubah air muka Cu-ki-cu, dia terima bersama kain buntalannya, dengan seksama dia bolak-balik memeriksanya, katanya kemudian: "Sungguh amat menyesal, Losiu hanya tahu senjata rahasia ini dibubuhi racun jahat. kadar racunnya keras sekali, bentuk senjata rahasia seperti ini memang belum pernah kulihat."- lalu dia bungkus kembali serta dikembalikannya kepada Ban Jin-cun.

Sudah tentu Ban Jin-cun melihat perubahan air muka orang waktu melihat senjata rahasianya tadi, jelas orang sengaja tak mau bicara terus terang, maka dia bertanya lebih lanjut: "Apakah Totiang pernah dengar dikalangan Kangouw ada suatu perkumpulan gelap yang bernama Hek-liong-hwe?"

Cu-ki-cu tertawa sambil mengelus jenggot, katanya: "Sudah 20 tahun Losiu mengasingkan diri disini, jadi sudah lama terasing dari percaturan Kangouw, tapi Losiu dapat memberitahu, 20 tahun yang lalu tiada Hek-liong-hwe dikalangan Kangouw."

Ban Jin-cun menoleh kepada Kho Keh-hoa, sorot matanya se-akan2 menyatakan sia2 kedatangannya ini, mereka bertiga sama kecewa.

Seperti dapat meraba isi hati mereka, Cu-ki-cu tertawa sambil memegang jenggotnya, katanya. "Lo-siu orang gunung, sejak lama lepas dari percaturan Kangouw, tentunya mengecewakan kalian bertiga, tapi Losiu bisa meramal, biarlah kalian kuramal saja, mungkin dari ramalanku dapat kulihat gejala2 yang dapat kuberitahukan, entah bagaimana pendapat kalian."

Bahwa Cu-ki-cu pandai meramal memang sudah terkenal di Kangouw, kini dia bilang mau meramal mereka, sudah tentu sangat kebetulan.

"Harap Totiang suka memberi petunjuk dan petuah," kata Ban Jin-cun.

Pelan2 Cu-ki-cu berdiri, katanya: "Kalian ikut Losiu." Lalu dia putar masuk kamar disebelahnya.

Ban Jin-cun, Kho Keh-hoa dan Cu Jing mengikuti dibelakangnya.

Itulah sebuah kamar yang dipisah jadi dua, bagian depan adalah kamar prakteknya, tepat di tengah dinding bergantung sebuah gambar Pat-kwa, ada sebuah meja, dimana ada sebuah hiolo, bumbung bambu berisi batang2 bambu kecil bertulisan serta enam keping uang tembaga, segelas air putih, ada bak, pensil dan kertas, sebuah kursi mepet dinding, jadi tempat luangnya hanya cukup untuk tiga orang berdiri saja. Bagian belakang kamar tertutup kain gordyn, agaknya kamar tidurnya.

Dengan gerakan tangan Cu-ki-cu suruh mereka berdiri jajar di depan meja, lalu dengan gayanya tersendiri dia duduk di kursi. Terlebih dulu dia menyalakan api menyulut tiga batang dupa wangi, entah apa yang diucapkan, mulutnya berkomat-kamit, lalu satu persatu dia tancapkan dupa itu di atas hiolo, wajahnya tampak serius dan khidmat, katanya kepada mereka bertiga: "Soal apa yang ingin kalian tanyakan, boleh kalian berdoa menghadap gambar Pat-kwa dibelakangku ini, tapi tidak boleh bersuara."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now