Jilid 79

2K 51 0
                                    

Sungguh Kun-gi tidak habis mengerti dan hampir tidak percaya akan kenyataan yang dihadapinya ini, bahwa dinding batu setebal ini, ternyata terpasang sebuah pintu yang dapat bergerak bebas bolak-balik secara cepat.

Yang jelas Kongsun Siang baru saja menerobos ke balik sana lewat pintu batu licin rata ini.

Tiga orang datang bersama, kini tingggal dirinya seorang saja. Diantara delapan Houhoat Pek-hoa-pang hanya Kongsun Siang yang bergaul paling akrab dengan dirinya, meski tidak pernah bicara persoalan pribadi, betapapun dia tidak tega berpeluk tangan begini saja.

Beruntun dua kali Kun-gi memukul pintu itu tetap tak bergeming, jalan keluar tiada, keruan dia naik pitam. Mengingat dirinya terkurung di pendopo dan terhalang oleh patung batu tadi, akhirnya dia berhasil mendorong mundur patung dan terbukalah jalan keluarnya, kenapa sekarang ini tidak mencobanya?

Kali ini dia sudah berniat pakai kekerasan menggempur hancur dinding batu di depannya, maka pelan2 dia mundur dua langkah, dua tangan bersilang di depan dada, pelan2 dia kerahkan Kim-kong-sim-hoat, mendadak kakinya melangkah setindak ke depan, sementara mulutnya menghembus napas keras2 sambil menggerung seperti banteng ketaton, kedua tangan pun mendorong ke depan.

Kim-kong-sim-hoat adalah salah satu dari 72 ilmu ajaran Siau-lim yang hebat, merupakan Hud-bun-sin-kang (ilmu sakti dari aliran Hud) yang paling tingg, begitu kedua tangan mulai mendorong pelan2, segulung tenaga tidak kelihatan segera timbul dan menerpa ke depan.
"Blum!" begitu menerjang pintu batu, seluruh lorong gua di perut gunung ini serasa bergoncang keras, pasir beterbangan dan berguguran dari atas. Tapi pintu yang tadi bisa bergerak licin dan bebas ini ternyata tetap tertutup tak bergeming. Celakalah Kun-gi, karena tenaga saktinya tak berhasil menjebol roboh pintu batu, kekuatan sendiri malah menerjang balik memukul dirinya sehingga dia terpental mundur beberapa langkah.

Padahal lorong gua ini hanya lima kaki lebarnya, begitu dia tertolak mundur dengan daya tolak yang keras, punggungnya membentur dinding sebelah kiri dibelakangnya. Tak nyana begitu punggungnya menyentuh dinding belakang, terasa dindingnya bergerak, se-olah2 dia mendorong sebuah daun pintu yang tak terpalang, mendadak dinding di belakang menjeplak terbuka. Karena tidak menduga Kun-gi tak dapat menguasai diri, ia sempoyongan hingga puluhan langkah baru jatuh terduduk.

Kini baru Kun-gi melihat jelas, daun pintu di dinding belakangnya inipun dapat bergerak bebas, setelah dirinya terjatuh masuk, daun pintu segera memutar balik dan tertutup rapat pula. Sigap sekali Kun-gi melompat berdiri, ia coba mendorong daun pintu, ternyata tak bergeming sedikitpun.

Sejenak Kun-gi berdiri mematung. Pada keheningan itulah mendadak dia mendengar suara rintihan yang lirih dan lemah.

Waktu dia amat2i keadaan sekelilingnya, ternyata di balik pintu ini adalah sebuah lorong pula yang sempit memanjang kesana, suara rintihan lemah itu terdengar dari sebelah depan. Maka sambil mengangkat tinggi mutiara yang memancarkan sinar redup, dia melangkah kesana.

Semakin dekat suara rintihan semakin jelas, setelah membelok ke kiri, tak jauh di depan sana terlihat seseorang meringkuk di atas tanah.

Betapa tajam pandangan mata Ling Kun-gi, sekilas pandang dia lantas mengenali orang yang rebah itu adalah Yu-hou-hoat Sam-gan-sin Coa Liang adanya. Dengan kaget lekas dia memburu maju dan berjongkok disamping orang, tanyanya: "Coa-heng, dimana kau terluka?" - Cepat ia angkat tubuh orang dan dibalik telentang.

Tertampak dada kiri, lambung kanan Coa Liang terluka oleh pedang, baju bagian depan dada, sudah lengket dengan kulit dagingnya oleh cairan darah yang berwarna hitam. Goresan luka pedang ini tampak amat dalam dan parah, agaknya sukar disembuhkan dan jiwapun sukar tertolong.

Dengan Lwekangnya yang tangguh maka Coa Liang dapat bertahan sekian lamanya, tapi juga sudah kempas-kempis, mendengar panggilan Kun-gi, pelan2 dia membuka matanya, tampak sinar matanya sudah guram menatap Ling Kun-gi sekian lamanya, mulut terpentang dengan bibir gemetar, seperti ingin bicara.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang