Jilid 60

2.2K 51 0
                                    

Dua kali menubruk tempat kasong, tiba2 orang baju hitam bersiul rendah, kedua tangan menari naik turun lebih kencang dibarengi tubruk dari terjang.

Kongsun Siang kembangkan langkah bentuk serigala, kelit ke timur menghindar ke barat, dengan kelincahannya dia menandingi lawannya, tapi kenyataan dia sudah lebih banyak bertahan daripada balas menyerang. Maklumlah, pakaian musuh kebal senjata, sia2lah serangan dan tusukan pedangnya, hanya peras keringat dan menguras tenaga belaka.

Mereka bergebrak depgan sengit, pandangan Ling Kun-gi melulu tertuju ke arah orang berbaju hitam, sudah tentu hanya dia yang bisa melihat dengan jelas, akhirnya alisnya berkerut, bentaknya tiba2, "Mundurlah Kongsun-heng."

Mendengar itu Kongsun Siang segera melompat mundur. Ternyata si baju hitam tidak merangsak lebih lanjut, iapun berdiri diam.

Kongsun Siang kembali kesamping Kun-gi, katanya dengan suara tertahan: "Cong-coh, pakaian yang mereka pakai agaknya kebal senjata."

"Ya, aku sudah lihat," sahut Kun-gi.

"Mereka tidak pakai senjata, tapi jari2nya berlumuran racun," demikian Kongsun Siang menambahkan, "angin pukulan juga bacin dan amis, mirip pukulan Ngo-tok-ciang dan sebangsanya, tak boleh dilawan secara kekerasan."

"Ya, aku juga tahu, kalau mereka tidak punya bekal kepandaian yang menjadi andalan orang she Nao itu takkan berani takabur dan secongkak itu," merandek sejenak, lalu Kun-gi berkata kepada empat temannya: "Kalian berdiri di tempat masing2 dan jangan sembarangan bertindak, biar kujajalnya sendiri." - Sembari bicara pelan2 dia melangkah maju.

Kepandaian Kun-gi sudah sejak lama bikin para Houhoat dan Hou-hoat-su-cia sama kagum dan tunduk lahir batin, jika diapun tidak mampu mengalahkan Cap ji-sing-siok, apa yang bakal terjadi malam ini dapatlah dibayangkan.

Dengan suara rendah mendadak Kongsun Siang berkata: "Hati2-lah Cong-coh."

Kun-gi mengangguk, pelan2 dia berjalan ke depan Nao Sam-jun, kira2 setombak jaraknya dia berhenti, katanya: "Anak buah Nao-tongcu ternyata memang lihay."

Mata Nao Sam-jun yang kelabu seperti mata mayat memancarkan sinar dingin. katanya sambil menyeringai: "Jadi Ling-lote mau terima ajakanku? Haha, seorang ksatria harus bisa melihat gelagat, tidak malu Ling-lote sebagai tokoh yang menonjol."

Tidak terlihat secercah senyumpun pada wajah Ling Kun-gi, katanya dengan nada berat: "Tidak sulit untuk mengajakku pergi, cuma orang she Ling ingin menjajal dulu sampai dimana tingkat kepandaianmu, tentunya Nao-tongcu tidak menolak keinginanku?"

Berkelebat pula sinar kelam pada bola mata Nao Sam-jun katanya: "Sebetulnya Lohu menerima perintah Hwecu untuk mengundang Ling-lote, lebih baik kalau diantara kita tidak merusak persahabatan, apalagi ditimbang situasi malam ini Lohu yakin berada di atas angin, kemenangan jelas tergenggam di tanganku, kalau harus bertempur lagi dengan mempertaruhkan jiwa, bukankah aku jadi kehilangan kontrol pada diriku?"

Mendelik mata Kun-gi, katanya sambil ter-bahak2: "Kalau orang she Ling sudah menantang, mau atau tidak kau harus melayaniku main beberapa jurus." Dia sudah berkeputusan: "menangkap rampok harus menawan pentolannya", maka lenyap suaranya tangan kanannya tiba2 terangkat, "Sreng", pedang dilolos keluar. Ih-thian-kiam memancarkan sinar kemilau dingin, hardiknya sambil menuding Nao Sam-jun: "Nao-tongcu, keluarkan senjatamu." Jarak ujung pedang yang ditudingkan ke dada Nao Sam-jun hanya beberapa kaki saja, maka hawa pedang yang dingin tajam langsung menerjang ke dadanya.

Julukan Nao Sam-jun adalah Kim-kau-cian (gunting emas), yang diyakinkan adalah Kim-kau-cian-sin-kang, jari tangannya laksana gunting baja, umpama pedang terbuat dari baja murni juga akan terjepit putus, dengan mengandalkan kedua jari yang hebat, selamanya dia tidak pernah menggunakan senjata lain. Tapi serta melihat pedang Kun-gi, bukan saja bentuknya amat kuno dan aneh, hawa pedangnya dingin tajam, jelas bukan sembarangan pedang pusaka. Walau Kim-kau-cian-sin-kang sudah diyakinkan sempurna, tapi menghadapi senjata sakti setajam ini, tak berani ia pandang enteng dan yakin akan kekuatan jari sendiri, mendadak ia bersiul sekali, tiba2 badan bagian atas meliuk doyong kebelakang, kaki menjejak tanah, dia berjumpalitan mundur.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now