Jilid 82

2.1K 55 0
                                    

Terkepal kencang kedua tangan Yong King-tiong, katanya dengan geregetan: "Memangnya tiga puluh tahun lebih Lo-hwecu mendirikan Hek-liong-hwe, betapa jerih payah Sin-swi-cu menciptakan alat2 rahasia itu, sejak itu semua terjatuh ke tangan musuh."

"Bagaimana kejadiannya, harap paman suka menceritakan," pinta Kun-gi.

Jelek sekali air muka Yong King-tiong, sorot matanya setajam pisau, katanya sambil mengertak gigi: "Penegak Hek liong-hwe, kecuali Lo-hwecu masih ada sembilan Tianglo lagi, mereka sehidup semati dalam perjuangan sebagai saudara angkat, waktu Lo-hwecu meninggal masih ada lima Tianglo saja yang hidup, usia mereka waktu itu juga sudah lebih setengah abad, keparat she Han yang durhaka itu bukan saja menyerahkan peta rahasia kita, ternyata diapun tega berlaku kejam, di bawah hasutan dan petunjuk cakar alap2 musuh, secara diam2 ia telah menaruh racun, beruntun kelima Tianglo kita dibunuhnya . . . ."

"Apakah tiada orang yang membongkar muslihatnya ini?" tanya Kun-gi.

"Tidak, kerja keparat itu amat cermat, cerdik dan licik lagi, apalagi racun yang dia gunakan pemberian dari istana raja, para korban tidak meninggalkan bekas keracunan, dalam waktu satu bulan kelima Tianglo kita itu beruntun meninggal satu persatu, sudah tentu peristiwa ini menimbulkan kecurigaan, tapi para Tianglo itu kelihatan mati dengan wajar, tidak ada gejaja2 aneh sedikitpun, meski dalam hati semua orang menaruh curiga, tapi tiada yang bisa berbuat apa2 . . . .",

Alis Kun-gi menegak, desisnya geram: "Bangsat keparat itu memang pantas dicacah lebur ber-keping2."

"Dua puluh tahun yang lalu, pada malam Toan-ngo (Pek-cun), hampir dua bulan sejak Tianglo terakhir meninggal dunia, selama itu tak pernah terjadi apa2 dalam Hek-liong-hwe kita, maka kewaspadaan kita menjadi kendor, Toan-ngo adalah hari raya besar, setiap tahun seperti lazimnya Hwecu pasti mengumplkan ketiga Tongcu dan tiga puluh enam panglima untuk berpesta pora di ruang pendopo, demikian pula para kepala ronda dari masing2 seksi juga diundang . . . ."

"Kembali dia menggunaka racun?" tak tertahan Kuan-gi bertanya.

Yong King-tiong tidak menjawab langsung, katanya: "Dikala hadirin makan minum dengan riang gembira, seorang she Sim, kepala ronda dari Ceng-liong-tong, tiba2 berlari masuk dengan ter-buru2, langsung dia ber-bisik2 ditelinga Han Jan-to, tampak Han Jan-to mengunjuk wajah berseri, segera dia bangkit dan berkata dengan suara lantang: 'Hadirin sekalian, hari ini adalah hari raya Toan-yang, kebetulan para saudara hadir disini, ada beberapa patah kata ingin kusampaikan. Hek-liong-hwe kita sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu, tujuan semula adalah membangkitkan kembali kerajaan Beng, tapi selama 30 tahun ini pemerintahan Boan sudah amat kukuh dan sudah berkuasa di seluruh negeri, harapan untuk membangkitkan kerajaan Beng sudah nihil, dengan kekuatan kita yang hanya beberapa gelintir manusia ini jelas takkan mampu melawan kekuasaan raksasa kerajaan sekarang, bak telur membentur batu belaka, daripada ber-tahun2 kita tetap hidup di perut gunung, jarang sekali melihat sinar matahari, apalagi selama 30 tahun ini tiada kemajuan yang kita capai, orang kuno juga bilang adalah bijaksana kalau kita tunduk pada firman Thian, sebaliknya menentang takdir pasti akan hancur lebur, maka menurut hematku, lebih baik kita menyerah kepada kerajaan Boan saja, kita terima pengampunan dan anugerahnya, masa depan kita masih terbentang luas di depan mata'. -Kira2 begitulah pidatonya waktu itu. Ai, sungguh memalukan bahwa dia berani bicara serendah itu."

"Bagaimana reaksi ayah pada waktu itu?" tanya Kun-gi.

"Waktu itu hadirin mengira dia terlalu banyak menenggak arak, maka kata2nya ngelantur, tapi hal itupun sudah merupakan pelanggaran serius yang tidak boleh didiamkan, sudah tentu hwecu tidak berpeluk tangan, segera dia membantak: 'Han-tongcu, gila kau, berani kau omong sekotor itu, menurut aturan kita, kau pantas dihukum pancung dan dipreteli anggota badanmu.
-Han Jan-to malah terbahak mendongak, serunya: 'Ling Tiang-hong, jangan kau pamer kewibawaanmu sebagai Hwecu dihadapan tuan Hanmu ini, coba pentang lebar matamu, kalian kaum pemberontak ini, jangan harap satupun bisa lolos.'
-Mendadak ia membanting cangkir arak di tangannya. Membanting cangkir adalah isyarat, maka dalam sekejap dari delapan pintu rahasia yang ada di ruang pendopo sekaligus memberondang keluar puluhan jago2 kosen kerajaan."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokOnde as histórias ganham vida. Descobre agora