Jilid 3

4.6K 89 2
                                    

Terbeliak pandengan Ling Kun-gi, nona ini berperawakan ramping, kulitnya putih halus, raut wajah bundar telur, alis lentik laksana bulan sabit dengan biji mata bening cemerlang memancarkan sinar keagungan yang tak terlawan oleh siapapun.

Tiba2 wajah Ling Kun-gi menjadi panas jengah, baru sekarang dia maklum duduknya perkara, kenapa nona Siau Yan ini berjaga di luar hutan, kiranya nona cantik ini sedang buang air di dalam hutan.

Setelah si nona cantik mendekat, Siau Yan memberi hormat, katanya kalem: "Siocia, bajingan ini kurang ajar."

Si jelita menarik muka, bentaknya: "Siau Yan, jangan memaki orang!" 

Matanya yang bening tajam mengawasi Ling Kun-gi, kalanya: "Aku sudah dengar, kau lebih dulu menyerang dia, betul tidak?"

"Siocia, dia.... karena dia..." Seru Siau Yan tergagap.

"Jangan ceriwis, lekas minta maaf kepada Siang kong ini," perintah si jelita.

Siau Yan melengak, wajahnya merah padam debatnya: "Siocia dia yang menghinaku, main
pegang segala..."

"Jangan banyak omong, hayo minta maaf kepadanya."

Ber-kedip2 lagi sinar mata Siau Yan, sejenak dia awasi si nona, lalu berpaling kepada Ling Kun-gi, akhirnya seperti menyadari apa2, tiba2 ia cekikikan sambil menutup mulut dengan tangannya, lalu mendekat ke depan Ling Kun-gi serta menjura dan berkata dengan nada menggoda: "Siocia suruh aku minta maaf kepada Siang kong."

Sebesar ini belum pernah Ling Kun-gi bergaul dengan kaum hawa, mukanya menjadi merah dan membalas hormat, katanya: "Nona tak usah kecil hati, anggap saja tak pernah terjadi."

Siau Yan cekikikan sambil melirik. katanya: "Lha kalau sejak tadi kau bilang demikian, kan tidak perlu kita perang mulut."

Ling Kun-gi hanya tertawa saja, ia putar badan hendak tinggal pergi. Tiba2 didengarnya suara merdu tadi berteriak: "Siangkong ini harap tunggu sebentar." 

Senyaring bunyi kelintingan teriakannya. Jelas yang bersuara adalah nona jelita itu.

Tanpa terasa merandek langkah Ling Kun-gi dan memandang ke sana, katanya sambil merangkap kedua tangan: " Entah nona ada petunjuk apa?"

Siau Yan segera menyela "siocia memanggilmu, sudah tentu ada urusan."

"Siau Yan, jangan banyak mulut," bentak si jelita, lalu berkata pula lirih kepada Ling Kun-gi: "Kulihat Siangkong berkepandaian tinggi, entah siapa nama terhormat Siang kong?"

"Cayhe Ling Kun-gi." Kun-gi memperkenalkan diri. "Nona?"

"Siocia kami she Bun!" sela Siau Yan tertawa sambil melirik majikannya.

Ling Kun-gi memberi hormat pula, katanya " Kiranya nona Bun, maaf cayhe kurang adat."

Siau Yan ter-pingkal2, dan katanya pula "Bicaraku belum habis, Siocia bernama Hoan kun, jadi punya satu bagian yang sama dengan nama Siangkong. sungguh kebetulan bukan?"

Merah selebar muka sijelita. "Siau Yan" Seruannya seperti ingin mencegah, tapi dalam hati se-benarnya merasa senang.

Pada saat itulah tiba2 dari tempat jauh sana bergema lengking suitan keras. Seketika berubah roman Bun Hoan-kun, katanya terperanjat: "Agaknya paman sedang memanggilku, bagaimana baiknya."

Siau Yan berkata: "Mungkin Ji cengcu akan kemari, menurut pendapat hamba, lekas siocia dan Siangkong sembunyi ke dalam hutan saja."

Sudah terbuka mulut Bun Hoan-kun, tapi urung bicara, namun matanya memandang Ling Kun-gi penuh arti.

Kelihatan gugup dan takut2 sikap kedua nona ini, tapi Ling Kun-gi tetap berdiri ditempatnya, tanya: "Kenapa cayhe harus ikut sembunyi?"

Tiba2 Bun Hoan-kun menghela napas, katanya rawan. "Tabiat paman amat buruk." Sorot matanya memandang ke tempatjauh, lalu menambahkan: "Semoga paman tidak menuju kesini."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now