Jilid 88

2K 58 0
                                    

Lama kasa merah yakin Toa jiu-in-sin-kang yang dilancarkan tadi umpama lawan tidak mampus seketika juga pasti terluka parah, paling tidak isi perutnya remuk dan takkan mampu bertempur lagi, kenyataan Thay-siang masih kelihatan segar malah menantang.

Dia bergelak tertawa, serunya: "Tidak salah, pukulan tadi memang hud-ya yang melancarkan."

"Bagus sekali," desis Thay-siang murka. Mendadak ia melejit ke atas terus menerjang musuh.

Bahwa setelah terkena pukulannya, Thay-siang masih mampu melejit ke atas melancarkan serangan sehebat ini, keruan tidak kepalang kejut Lama kasa merah, lekas dia ayun tangan kanan serta menepuk sekuatnya.

Ilmu yang diyakinkan adalah ilmu Yoga, Lwekangnya sangat tangguh, tepukan yang dilandasi kekuatan besar ini terang berbeda dengan pukulan membokong tadi. Maka segulung tenaga dahsyat segera menerjang lapisan sinar pedang..

Agaknya dia tidak tahu bahwa Thay-siang sudah kalap, jurus yang dilancarkan ini adalah "Naga bertempur di tegalan", jurus kedua dari Hwi-liong-kiam-hoat. merupakan jurus paling kuat dari paling hebat perbawanya.

Cahaya pedang berlapis kemilau itu tiba2 berubah bintik2 dingin laksana kunang2 beterbangan menghambur ke empat penjuru. Setelah melancarkan dua kali pukulan, Lama kasa merah sudah menyurut mundur cukup jauh, tapi dua muridnya berdiri di kanan-kirinya tadi justeru terlambat bergerak, dimana sinar pedang berhamburan, seketika terdengar dua kali jeritan ngeri dibarengi darah muncrat ke-mana2, kedua orang ini tertabas menjadi ber-keping2 oleh samberan sinar pedang.

Waktu Thay-siang menarik pedangnya, dilihatnya Lama kasa merah sudah mundur setombak jauhnya, maka dia menghardik pula: "Kemana kau akan lari?" Kembali dia menubruk maju.

Sungguh mimpipun Lama kasa merah tak pernah menduga bahwa Thay-siang begini lihay, dengan mata sendiri dia saksikan kedua muridnya hancur lebur, ia menjadi murka juga, teriaknya kalap: "Hud-ya takkan memberi ampun padamu!" -Belum habis bersuara, kedua tangan sudah memukul tiga kali secara beruntun.

Tiga pukulan ini dilancarkan dengan hati berang, maka kekuatan pukulannya betul2 dahsyat sehingga badan Thay-siang yang menerjang dengan terapung di udara juga sedikit tertahan.

Waktu Thay-siang menubruk kedua kalinya, kembali Lama kasa merah melontarkan pukulannya pula, badan Thay-siang tertolak berhenti.

Beruntun tiga kali Thay-siang berlompatan, dikala melancarkan serangan ketiga kalinya, jaraknya dengan Lama kasa merah tinggal beberapa kaki lagi, tiba2 ia meloncat lurus ke atas, mendadak ia berteriak nyaring menambah perbawa serangannya, dengan kepala di bawah dan kaki di atas dia menukik dengan tubrukan yang lihay, Ih-thian-kiam ditangannya menaburkan cahaya perak yang membendung jalan mundur Lama kasa merah.

Kaget dan gusar pula Lama kasa merah, beruntun dia mundur tiga langkah, kedua tangan memukul ke atas susul menyusul, karena bertangan kosong, telapak tangannya yang lebar dan besar itu menyerupai kampak yang membelah sehingga menimbulkan letupan hawa yang dahsyat, letupan hawa ini semakin tebal menghimpun hawa dingin yang membungkus sekujur badannya. Maka tubrukan sinar pedang Thay-siang dari atas itu dapat ditolaknya kembali.

Kalau yang satu menggempur sekuat tenaga dan bertahan dengan kukuh, sementara yang lain menyerang dengan cara menubruk seperti elang menyamber ayam, sinar pedang berpusar kencang, kedua pihak bertahan kira2 setanakan nasi lamanya dan masih tetap setanding.

Kepala gundul Lama kasa merah sudah ditaburi butiran keringat, badanpun basah kuyup seperti kehujanan, pada hal Thay-siang harus melancarkan serangan dengan badan terapung. sudah tentu dia jauh lebih banyak menguras tenaga, lama2 sinar pedangnya menjadi guram dan tidak selihay semula.

Melihat kesempatan baik ini, mendadak Lama kasa merah menghardik sekali, sekuatnya dia kerahkan tenaga dan menggempur dengan merangkap kedua telapak tangan mendorong ke atas.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now