Jilid 98

1.9K 52 0
                                    

Setelah melompat turun Tu Hong-sing bergegas maju menarik sebuah kursi dan dipindahnya keluar terus menduduki kursi itu.

"Tu-heng, apa yang kau lakukan?" tanya Yong King-tiong, Diam2 dia sudah kerahkan tenaga pada telapak tangan kiri, bila Tu Hong-sing menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan, segera dia akan memukulnya mampus.

Tu Hong-sing tertawa getir, katanya: "Jiwaku sudah tergenggam di tangan nona Un, sementara Cayhe sendiri belum ingin mati, meja batu ini setelah turun ke bawah, jika kursi ini tidak segera dipindah, dia akan bergerak naik sendiri pula, bila begitu kecuali di atas ada enam orang sekaligus mendorongnya pula dan menunggu lagi meja ini turun, kalau tidak kita selamanya tidak akan bisa naik ke atas."

"O, begitu," ucap Yong King-tiong. Lalu dia pun menarik sebuah kursi serta diduduki, tanyanya:

"Kamar batu ini tiada pintu, cara bagaimana bisa terbuka?"

"Disini ada tiga lapis pintu, Yong-congkoan sudah empat puluh tahun berada di Hek-liong-hwe, berbagai pintu batu yang terpasang di-lorong2 itu pasti sudah apal sekali, demikian juga untuk membuka ketiga lapis pintu di sini, setiap orang Hek-liong-hwe cukup angkat tangan saja untuk membukanya . . . ."

"Lalu untuk apa ketiga keping mata uang emas ini?" tanya Yong King-tiong.

Tu Hong-sing tertawa, katanya: "Ini untuk menjaga bila di dalam Hek-liong-hwe ada pengkhianat atau mata2 musuh, atau para tawanan penting Hek-liong-hwe yang berani menyelundup kemari untuk menolong orang, tentu dia pikir akan bisa membuka pintu disini, tapi diluar tahunya dengan caranya itu sekaligus akan menyentuh alat rahasia yang merupakan perangkap keji, hujan anak panah atau senjata rahasia lainnya akan terjadi, meski orang yang membuka pintu memiliki kepandaian setinggi langit juga jangan harap bisa lolos dari mara bahaya."

"Keji benar perangkapnya," dengus Yong King-tiong, "apa pula gunanya ketiga keping mata uang mas ini?"

"Untuk menjaga supaya alat perangkap itu bekerja, sebelum kita menekan tombol membuka pintu, kita harus masukkan dulu sekeping uang mas ini, alat rahasia itu dibikin bungkam barulah dengan leluasa pintu terbuka dan kita bisa masuk dengan selamat." '

"Di depan Lohu, kuharap Tu-heng tidak bertingkah melakukan sesuatu yang membahayakan jiwamu sendiri," demikian ancam Yong King-tiong.

"Untuk ini Yong-congkoan tak usah kuatir, tadi sudah kubilang, aku belum ingin mati," demikian Tu Hong-sing memberikan janjinya.

"Syukurlah kalau kau tahu diri," ucap Yong King-tiong.

Lalu kepingan uang emas terus diangsurkan kepada Tu Hong-sing, katanya: "Baiklah tolong Tu-heng melakukannya, bukalah ketiga lapis pintu itu satu persatu."

Tu Hong-sing terima ketiga keping uang mas itu dengan tertawa, katanya: "Yong-congkoan terlalu banyak curiga."

"Itulah yang dinamakan lebih baik ber-hati2 menjaga segala kemungkinan, watakmu Lohu cukup tahu."

Tu Hong-sing angkat pundak, katanya: "Yong-congkoan tidak percaya padaku, ya, apa boleh buat." -Sekali tarik dia putuskan tali emas yang merenteng uang emas itu lalu dia menghampiri dinding di sebelah depan.

Yong King-tiong segera berdiri, tangan terangkat siap siaga, tenaga sudah dia pusatkan pada kedua telapak tangan, setiap waktu siap melontarkan pukulan.

Tanpa ayal Ling Kun-gi juga ikut maju mendekat.

Tiba di kaki dinding, Tu Hong-sing berkata: "Kamar batu disini untuk mengurung orang2 yang lebih penting dan berkedudukan tinggi, semuanya ada dua kamar, tempatnya juga lebih nyaman, disini pesakitan tidak perlu diborgol, karena berada di kamar ini meski punya kepandaian juga jangan harap bisa lolos keluar."

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang