Jilid 16

2.3K 57 0
                                    

Pui Ji-Ping yang ketinggalan setengah li dibelakang pamannya, waktu Cu Bun-hoa mencari keterangan laki2 baju abu2 dan menemukan bangkai anjing dan kedua anak buahnya di selat sempit tadi, iapun menyusul tiba, sudah tentu iapun melihat semua kejadian yang dialami pamannya.

Cuma dia selalu ingat pesan pamannya agar dirinya mengambil jarak tertentu, dilarang bicara lagi, maka kini dia hanya berdiri di tempat kejauhan saja. Setelah Cu Bun-hoa naik kuda dan berangkat pula baru diapun membedal kudanya kedepan.

Tak tahunya baru saja dia tiba di mulut lembah, segera ia mendengar suara beradanya senjata tajam. Lekas dia melompat turun dari kudanya, pelan2 dia merunduk maju terus lompat ke atas sebuah batu besar dan menyembunyikan diri serta mengintip ke bawah.

Dilihatnya empat orang berjubah hitam tengah mengerubut pamannya. Melihat orang2 berjubah hitam itu, tergerak pula hatinya, pikirnya: "Hou Thi-jiu juga menggunakan lengan besi di angan kirinya, demikian juga keempat orang ini, terang mereka adalah sekomplotan dengan Hou Thi-jiu."

Tak lama kemudian lantas didengarnya seorang membentak keras: "Kalian berhenti!"

Kuping Ji-ping mendengung pekak oleh bentakan keras bagai bunyi genta itu, keruan kagetnya bukan main, lekas dia berpaling kesana, dilihatnya kira2 setengah li di kejauhan sana ada dua titik sinar seperti api setan tengah terbang turun naik menyusuri kaki bukit berlari ke arah sini. Bertambah besar rasa kejutnya, batinnya: "Masih setengah li jauhnya, tapi suara orang ini dapat membuat pekak kuping, kalau dia menghardik berhadapan mungkin aku bisa jatuh semaput."

Mendengar bentakan keras ini, keempat orang jubah hitam tadi segera melompat mundur berpencar pada posisi masing2. Dengan pedang melintang di depan dada Cu Bun-hoa berpaling ke arah datangnya suara, tertampak dari pegunungan sana beriring mendatangi enam orang berjubah hitam pula. Keenam orang ini bukan saja berpakaian sama, wajah dan sikap merekapun sama. kaku dingin tidak berperasaan. Masing2 dua orang berjajar beriring datang, gerak langkah mereka kaku mirip mayat hidup dan seperti tonggak berjalan.

Diam2 kaget jugwa Cu Bun-hoa melihat orang2 ini, dia insaf untuk menghadapi keempat lawan ini sudak cukup berat, kini ketambahan enam orang lagi. agaknya nasib dirinya malam ini lebih banyak celaka dari pada selamat, semoga Ji-ping jangan lekas2 menyusul kemari. Demikian batinnya.

Lekas sekali keenam orang ini sudah tiba di tanah berumput sebelah kiri, mendadak tampak pula sesosok bayangan orang tinggi besar berlenggang mendatangi, jangan kira gerak kakinya kelihatan seperti berlengang, mirip badut di atas panggung, tapi setiap langkah kakinya mencapai jarak dua tiga tombak jauhnya, kedua kakinya seperti tidak menyentuh tanah.

Sekali pandang Cu Bun-hoa lantas tahu bahwa kepandaian si gede ini jauh lebih tinggi dari kawanan jubah hitam ini, maka dia tumplek perhatiannya terhadap si gede ini.

Badan orang ini tingginya delapan kaki, dada lebar lengan besar, wajahnya mengkilap mirip tembaga, alisnya pendek, matanya sipit, hidung besar mulut lebar, jubah sempit warna tembaga yang dipakainya hanya sebatas dilutut, kaki telanjang memakai teklek tembaga.

Sebagai Cengcu dari Liong-bin-san-ceng, meski jarang berkelana di Kang-ouw, tapi tokoh-tokoh Kang-ouw kenamaan pada jaman ini tidak sedikit yang dikenalnya, paling tidak pernah mendengar nama atau keahlian dan keistimewaannya. Kini melihat dandanan si gede yang aneh ini, mendadak diingatnya seseorang, keruan hatinya kaget bukan main, batinnya: "Mungkinkah dia ini Lam-kiang-it-ki Thong-pi-thian-ong?"

Jabatan atau kedudukan si gede serba tembaga ini terang jauh lebih tinggi dari pada kawanan jubah hitam, ini jelas kelihatan dari sikap keenam orang jubah hitam yang baru datang serta cara mereka berdiri, kelihatan memberi peluang untuk si gede ini nanti, tapi toh masih ada tempat kosong lagi disebelah mereka, hal ini membuat Cu Bun-hoa men-duga2 pula bahwa kecuali si gede agaknya pihak lawan masih ada tokoh lain pula yang berkedudukan lebih tinggi yang belum tiba. Siapakah orang yang belum tiba ini?

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now