Jilid 8

5.5K 78 4
                                    

"Aku tidak tahu apakah itu larangan atau kebiasaan, dua kemungkinan kau hadapi sekarang, setelah itu baru kau boleh pergi."

Bersinar mata Ling Kun-gi, tanyanya: "Dua kemungkinan apa?"

"Kau mengalahkan pedangku ini atau buang pedangmu serta menyerah kalah."

Semakin terang sinar mata Ling Kun-gi, katanya kalem: "Kuharap kau tahu diri, jangan menyudutkan orang sedemikian rupa."

Berkedip orang itu, katanya tertawa dingin: "Kucari kau untuk bertanding pedang, jangan bilang main paksa segala."

"Cayhe tadi sudah bilang tidak akan sembarang menggunakan pedang."

"Kalau kau tidak mau bertanding, boleh kau lempar dan tanggalkan pedangmu di sini, kalau tidak mau menyerah, nah layani diriku, kita tentukan siapa lebih unggul siapa asor. Kukira murid Hoan-jiuji-lay tentu bukan kantong nasi belaka."

Memancar terang sinar mata Ling Kun-gi, mendadak sikapnya berubah kereng, katanya tertawa lantang: "Saudara menantang tanpa alasan, demi mempertahankan nama baik perguruan, terpaksa kulayani tantanganmu." dengan tangan kanan segera dia lolos pedangnya.

"Kau sudah siap?" tanya orang itu dengan tertawa senang.

"Tunggu sebentar," seru Kun-gi.

Kun-gi, pikirnya: " ilmu pedang apakah ini? Begini licin dan ganas, agaknya aku terlalu pandang enteng padanya."

Sedikit menarik napas, gaya pedangnya tiba2 mengikuti gerak lawan, pedangnya ditekan menindih pedang lawan. Sebat sekali lawan kembali menarik pedangnya, tapi setelah pedang tertarik ke belakang, tiba2 cahaya gemerlapan, sekaligus ia menusuk pula lima kali. Kelima tusukan pedang ini boleh dikatakan dilancarkan dalam satu gerakan, cepatnya tak terukur sehingga tampaknya hanya sekali tusuk saja,

Kun-gi bergerak mengikuti gaya pedang musuh, beruntun iapUn balas menyerang lima kali, malah kelima jurus serangan balasan ini serba ragam arahnya, enteng dan cekatan, kedua pedang saling samber dan menempel, tapi tidak sampai menerbitkan suara.

Agaknya si baju hitam tidak menduga dibawah serangan gencar lima kali tusukannya tadi Ling Kun-gi masih mampu melancarkan serangan balasan malah, keruan dia tertegun, serta merta dia terdesak mundur dua langkah.

Dengan dongkol dia menggerung tertahan, tiba2 ia menubruk maju pula, beruntun secara berantai dia lancarkan delapan kali serangan. Begitu hebat serangan ini sehingga mata orang serasa silau. Naga2 nya dia sudah keluarkan seluruh kemampuan ilmu pedangnya.

Sayang hari ini dia kebentur Ling Kun-gi. Anak muda itu tertawa, katanya kalem: "Hati2lah kau." Mendadak pedang dia pindah ke tangan kiri, tubuh bergerak laksana angin berkisar ke kiri terus mendesak maju, mendadak sinar pedangnya berkembang, lalu menerjang miring laksana sinar perak. "creng" benturan keras memekak telinga, kedelapan jurus serangan si baju hitam seketika sirna tanpa bekas. Karena tekanan tenaga benturan yang keras itu, pedang di tangannya itu tak kuasa dipegang lagi dan terlepas terbang ke belakang, menyusul terdengar jeritan kaget melengking tajam.

Sejak tadi si baju hitam bicara dengan suara rendah dingin sehingga sukar dibedakan dia laki2 atau perempuan, kali ini dia menjerit melengking tanpa terduga2 dan keluar dengan suara aslinya, suara nyaring merdu ini terang keluar dari kerong-kongan seorang gadis.
Begitu mendengar teriakan nyaring ini, lekas Kun-gi tarik pedang dan melompat mundur, dengan tajam ia mengawasi orang.

Topi yang dipakai orang itu tadi sudah ditabasnya jatuh, maka tertampaklah rambutnya yang panjang hitam legam terurai dipundak. Lekas dia jemput pedangnya, dengan mendelik gusar dia tatap Ling Kun-gi sekejap terus tinggal lari pergi.

Kun gi tidak kira bahwa lawannya perempuan, sesaat dia berdiri melongo. Pada saat dia berdiri menjublek inilah, tiba2 dilihatnya tiga titik sinar ungu melesat tiba dengan cepat menerjang ke dadanya. Waktu ketiga titik ungu itu hampir mengenai dada, gaya luncur yang semula lurus itu mendadak berpencar, satu menyerang teng gorokan, dua yang lain menerjang ke dua sisi pundak.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang