Jilid 20

2.9K 63 0
                                    

Berpegang pada pagar kayu, mereka memandang kepermukaan air, perasaan seperti tertindih barang berat. Kecuali mereka bisa menemukan jalan keluar dari Coat sin-san-ceng ini, kalau tidak, bukan saja sulit menolong teman, untuk menyeberang sungai inipun tak mungkin.

Diam2 Kun-gi me-nimang2 cara bagaimana dirinya harus menyelidiki siapa2 yang terkurung di dalam paseban itu? Menyelidiki dimana letak mulut jalan rahasia di bawah Coat-sin-san-ceng ini? Sembari berpikir, tanpa sadar dia menjemput sebuah krikil, dimana tangan kiri terayun, batu krikil itu dia sambitkan ketengah permukaan sungai, gerakannya ini boleh dikata acuh tak acuh atau iseng belaka.

Betapapun usia Kun-gi baru likuran, watak kekanakan masih belum hilang seluruhnya, bagi Tong Thian-jong yang sudah berusia lebih setengah abad, tak mungkin dia main lempar batu segala. Bahwa Kun-gi berkebiasaan menggunakan tangan kiri atau kidal, memang sudah sejak kecil berkat didikan gurunya, karena gurunya adalah Hoan-jiu-ji-lay (si Buddha kidal) yang tersohor menggunakan tangan kiri, oleh karena itu, kekuatan tangan kirinya tentu jauh lebih besar daripada tangan kanan.

Walau hanya iseng dan seenaknya saja dia sambitkan batu krikil itu, tapi batu krikil itu meluncur tak kalah cepatnya daripada anak panah yang terlepas dari busurnya, malah mengeluarkan deru angin kencang lagi. Tong Thian-jong sampai melongo, tak dikiranya semuda ini usia Ling Kun-gi sudah memiliki kekuatan begini hebat.

Pada saat itulah tiba2 terjadi suatu keanehan. Batu kerikil itu meluncur kira2 lima-enam tombak, jadi semestinya kerikil itu masih meluncur di atas permukaan air sungai yang lebarnya lebih sepuluh tombak, tak terduga tiba2 terdangar suara. "traak" yang keras. Ternyata batu krikil itu telah menyentuh "permukaan air" yang tenang bening itu serta mengeluarkan suara aneh, suara benda pecah ber-keping2.

Suara "trak" yang agak keras itu sudah tentu menimbulkan perhatian Ling Kun gi dan Tong Thian-jong. serentak mereka memandang ke tempat kejadian..

Waktu itu memang sudah magrib, matahari sudah hampir terbenam, alam semesta mulai ditabiri keremangan, tapi jarak lima-enam tombak tidak terlalu jauh, keadaan masih bisa terlihat jelas.

Begitu mereka tumplek perhatian memandang kesana, permukaan air yang kelihatan tenang itu setelah tersentuh krikil tadi ternyata meninggalkan bekas2 warna hitam retak sebesar buah apel. Batu krikil timpukan Kun-gi membuat retak permukaan air, dan permukaan air ternyata membuat batu ke-rikil itu pecah ber-keping2. Bukankah hal ini merupakan kejadian aneh yang tidak masuk akal?

Semula Ling Kun-gi dan Tong Thian-jong sama melongo, akhirnya saling pandang sambil tertawa penuh arti. Karena kejadian ini membuktikan bahwa permukaan air dalam jarak lima-enam tombak itu, hakikatnya bukan permukaan air. Kalau permukaan air bukan permukaan air, lalu apa?

Kedua orang ini sudah tahu sekarang, permukaan air dalam jarak enam tombak dari daratan itu, sebetulnya adalah sebuah dinding tembok yang tinggi. Cuma pada dinding itu dilukis sedemikian rupa sehingga menyerupai permukaan air yang tulen, demikian pula pohon2 Yang-liu yang menjuntai menyentuh permukaan air diseberang, setelah ditambah alam pegunungan menghijau di luar tembok, selintas pandang lantas kelihatannya mirip betul air sungai yang mengalir dengan tenang.

Apalagi diluar pagar kayu, di atas tanggul sungai sebelah luar ditanami pohon2 asli yang rimbun dan ber-goyang2 tertiup angin lalu, sehingga menjadi aling2 pandangan orang disebelah sini, se-olah2 seorang melihat sekuntum bunga di tengah kabut, maka sulit baginya untuk membedakan bahwa permukaan air disebelah luar itu hanyalah lukisan di atas dinding belaka.

Pembuat dekorasi ini memang lihay dan ahli betul2. Kalau Kun-gi tidak main lempar batu tanpa sengaja, sungguh mimpipun mereka tidak akan menduga tadinya lukisan yang mengelabui pandangan mata ini.

Tapi hal ini tidak menjadikan persoalan lebih mudah diselesaikan, meski rahasia lukisan ini sudah diketahui, permukaan air yang semula lebar puluhan tombak kini kenyataan hanya lima-enam tombak, bagi seorang ahli Ginkang, untuk melompat sejauh lima-enam tombak memang bukan pekerjaan sukar.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now