Sudah tentu bukan maksudnya ingin membela Ling Kun-gi, soalnya dia juga iri dan tidak terima kalau jabatan Cong-su-cia jatuh ke tangan Leng Tio-cong. Dari pada Leng Tio-cong memungut keuntungan, biarlah tetap dijabat oleh Ling Kun-gi saja. Maklumlah kedua orang ini memang sering perang dingin dan tarik urat.
Baru pertama kali ini Kun-gi naik ke tingkat ketiga yang jauh lebih sempit daripada tingkat kedua.
Thay-siang menempati ruang tengah, sebelah depannya ada sebuah ruang kumpul, dimana terdapat kursi berjajar, ditengahnya ada sebuah meja dan kursi. Kamar tidur Thay-siang di sebelah dalam. Di sebelah kiri masih terdapat dua kamar lagi, tertutup oleh kain gordyn yang tersulam indah, itulah tempat tinggal Pangcu dan Hu-pangcu.
Dari letak beberapa kamar ini, dapatlah disimpulkan jendela kamar Thay-siang tentu berada di sebelah kanan, jadi berlawanan dengan jendela kamar Pangcu dan Hu-pangcu.
Begitu Kun-gi melangkah masuk ruang pertemuan, Pek-hoa-pangcu lantas angkat tangannya, katanya: "Silakan duduk Cong-su cia."
Kun-gi menjura, sahutnya: "Hamba sebagai tertuduh yang patut dicurigai, biarlah berdiri disini saja."
Tengah bicara, dua pelayan menyingkap kerai, tertampak Thay-siang melangkah datang dari kamarnya. Pek-hoa-pangcu, Hu-pangcu, Ling Kun-gi dan Giok-lan sama berdiri serta membungkuk menyambut kedatangannya.
Menyapu pandang wajah para hadirin, Thay-siang mengangguk serta berkata: "Kalian sudah menemukan pembunuhnya?"
"Lapor Thay-siang," seru Pek-hoa-pangcu, "Som-lo-ling dan jubah hijau sudah ditemukan, cuma . ...."
Thay-siang menuju ke kursi besar berlapis bulu binatang dan duduk, dia lantas menukas: "Baik, sekali kalau sudah ditemukan."
So-yok menyela dengan gugup: "Thay-siang, walau kedua barang ini ditemukan di kamar Cong-su-cia, tapi Tecu berpendapat pasti musuh sengaja hendak memfitnah dia."
Pek-hoa-pangcu menambahkan: "Tecu juga berpendapat musuh sengaja hendak mengkambing hitamkan dia, harap Thay-siang suka periksa."
"Bagaimana duduk persoalannya?" tanya Thay-siang.
Maka So-yok lantas ceritakan usul Ling Kun-gi serta cara pemeriksaan seorang demi seorang, lalu menggeledah kamar.
Setelah mendengar laporan So-yok, Thay-siang berkata: "Hay-siang, bawa kemari barang2 bukti itu."
Hay-siang mengiakan, tersipu-sipu dia persembahkan kotak perak dan jubah hijau itu dengan kedua tangannya.
Memegang kotak perak Som-lo-ling itu Thay-siang mengamati sekian lama dengan teliti, katanya kemudian: "Benda ini amat ganas sekali, memang barang tiruan yang mereka buat dari seorang ahli, tak ubahnya dengan barang aslinya." Dia letakkan kotak itu, diatas meja lalu bertanya: "Hay-siang, kau bilang pernah menyambit penyantron dengan panah, apakah timpukanmu mengenai sasaran?"
Hay-siang membungkuk, sahutnya: "Lapor Thay-siang, lengan kanan jubah hijau itu ada lubang kecil, itulah bekas kena timpukan panah Tecu."
"Kau pernah melihat bayangan punggung pembunuh itu, apakah mirip Ling Kun-gi?"
Hay-siang ragu2 sebentar, sahutnya: "Gerak tubuh orang itu teramat cepat, Tecu tidak melihat jelas wajahnya, jadi tak berani sembarang bicara, tapi kalau dilihat bentuk perawakannya memang rada2 mirip Cong-su-cia."
"Nah, itulah," ujar Thay-siang.
Berdegup jantung Pek-hoa-pangcu, Hu-pangcu dan Giok-lan serentak mereka berteriak: "Thay-siang!"
Sedikit menggerak tangan, Thay-siang cegah mereka bicara, matanya tertuju ke arah Kun-gi, katanya: "Ling Kun-gi, apa pula yang hendak kau katakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong Giok
General FictionLenyapnya Tong Thian Jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racunnya serta Un It Hong, tertua keluarga Un di Ling Lam yang terkenal dengan obat bius dan wewangian yang memabukkan, yang terkait dengan "CIN...