Pedang Kun-gi pelan2 didorongnya ke depan, mulutnya membentak: "Orang she Han, ibu berpesan untuk membekukmu hidup2, kalau tidak dalam beberapa jurus saja pasti kubereskan jiwa anjingmu ini."

"Anak bagus," teriak Han Jan-to ter-gelak2, "agaknya kau lebih congkak daripada bapakmu ....."

Mendengar orang menyinggung ayahnya, semakin berkobar dendam Kun-gi, sekali menghardik, pedang dia pindah ketangan kiri, dengan sengit ia mencecar dengan serangan maut. Dengan pedang di tangan kiri, dia coba mengembangkan ilmu pedang Tat-mo-kiam-hoat secara kidal, pedangnya memancarkan cahaya dingin, rangsakannya sengit dan ketat. Tat-mo-kiam-hoat ajaran Siau-lim-si memang terkenal ketat, kini dimainkan secara kidal oleh Ling Kun-gi, permainan yang serba berlawanan dengan aslinya ini kelihatan lebih aneh dan banyak ragamnya, orang sukar berjaga dan meraba arahnya.

Mengingat pesan ibunya tadi agar membekuk lawan ini hidup2, maka dia kombinasikan juga permainan telapak tangan kanan dengan Cap-ji-kim-liong-jiu yang lihay, jari2 tangan kadang2 menutuk mencengkeram, memegang, menarik, menyodok dan macam2 gerakan lain yang diincar adalah Hiat-to Han Jan-to. Perubahannya serba aneh dan lihay.

Han Jan-to terhitung ahli pedang juga, kapan dia pernah menyaksikan atau berhadapan dengan lawan yang main pedang secara kidal? Yang dimainkan justeru berlawanan dari ilmu pedang aslinya?.

Karena belum menempatkan diri pada posisi yang meyakinkan, dia terdesak mundur, batinnya: "Apa yang dimainkan bocah ini pasti ilmu pedang ciptaan Hoan-jiu-ji-lay, sungguh aneh dan lihay," Hati berpikir sementara pedangnya bergerak me-lingkar2, disamping bertahan iapun berusaha balas menyerang, rangsakan Ling Kun-gi yang aneh2 ternyata dapat ditandingi dengan sengit pula.

Puluhan gebrak kemudian Han Jan-to menjadi hilang sabar, sambil mengeluarkan suara aneh, mendadak ia meloncat ke udara sambil pedang terayun, pedang berubah sejalur bayangan hitam menjulang tinggi ke udara. Diam2 Kun-gi tertawa dingin, ia pun tidak mau ketinggalan, sekali pedang menggaris iapun enjot tubuh melejit ke atas.

Padahal Han Jan-to sudah tiga tombak di udara, melihat Ling Kun-gi juga meniru perbuatannya, diam2 ia bergirang dan menyeringai. Karena kali ini dia melambung lebih dulu, Kun-gi mengejar selangkah agak terlambat.

Dikala Han Jan-to mencapai ketinggian tiga tombak, Kun-gi baru mencapai dua tombak, sudah jelas posisinya lebih menguntungkan. Pada keadaan yang menguntungkan inilah mendadak dia putar haluan, dengan menukik dengan kepala di bawah dan kaki di atas, pedang hitam di tangannya me-lingkar2 membawa bayangan hitam bagai jala menyebar ke empat penjuru, kepala Ling Kun-gi menjadi sasaran langsung.

Thi-hujin yang menyaksikan di sebelah sana menjadi kaget, teriaknya gugup: "Awas anak Gi."

Maklum, di tengah udara orang sukar bergerak leluasa seperti di atas tanah, sekali kesempatan di dahului lawan, maka awak sendiri akan menjadi bulan2an.

Bagai percikan lelatu api singgkatnya, dikala Kun-gi menjulang ke atas mencapai ketinggian dua tombak, badannya yang masih terus menerobos naik itu mendadak meliuk minggir terus menerjang dari samping, secara tepat dan indah dia berhasil menghindarkan jaring pedang Han Jan-to yang lihay.

Seperti diketahui Han Jan-to buru2 menukik turun ketika dia mencapai ketinggian tiga tombak maka terjangan Ling Kun-gi dari samping ini bukan saja berhasil meluputkan diri dari serangan pedang lawan, malah sekaligus mengungguli lawan dan berada di sebelah atas Han Jan-to.

Hal ini dengan jelas disaksikan oleh Han Jan-to waktu dia kembangkan serangannya, gaya Ling Kun-gi ternyata amat aneh dan luar biasa seperti naga sakti yang hidup, tahu2 bayangannya sudah menerobos lewat lebih tinggi di sebelah atasnya, seketika dia insaf keadaan berbalik tidak menguntungkannya. Untunglah selama puluhan tahun meyakinkan Hwi-liong-sam-kiam, ketiga jurus ilmu pedang ini boleh dikatakan sudah mendarah-daging dengan jiwa raganya, sudah tentu permainannya dapat terkendali sesuai jalan pikirannya.

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokWhere stories live. Discover now