Diam2 Kun-gi mengangguk, pikirnya: "Kiranya dua barisan yang lain telah dibekali gambar peta oleh Thay-siang, hanya rombonganku tidak dibekali apa2, agaknya dia sengaja hendak membinasakan kami dengan meminjam tangan musuh,"

Keruan Thay-siang naik pitam, serunya: "Sebetulnya aku tidak peduli segala urusan Ji-giok, kalau demikian biar aku membunuh kau lebih dulu."

"Thi Ji-hoa," seru Han Jan-to, "kau bukan tandinganku." - Lalu dia berpaling kepada si jubah hijau, katanya: "Tang cong-houhoat, tugasmulah untuk membekuk dia."

"Hamba terima tugas," sahut laki2 jubah hijau sambil menjura. "Sreng", pedang panjang di punggung dia cabut, lalu melangkah maju, katanya: "Sudah lama Losiu dengar nama Thay-siang dari Pek-hoa-pang yang termashur, hari ini kebetulan danat belajar kenal."

"Han Jan-to," jengek Thay-siang menghina, "apa kau tak berani melawanku, jangan suruh orang lain menjual jiwa."

Laki2 jubah hijau menarik muka, dengusnya: "Memangnya Thay-siang juga tidak pandang dengan sebelah mata padaku? Apakah Losiu betul2 mengantar kematian belaka, setelah turun tangan baru akan tahu."

"Baiklah," ucap Thay-siang, "Han Jan-to, kau sendiri yang melibatkan aku ke dalam persoalan ini." -Sampai disini ujung pedang terangkat, bentaknya dingin: "Nah hati2lah kau!" .

Segera pedangnya membelah lebih dulu ke arah laki2 jubah hijau. Jurus pertama ini menimbulkan kesiur angin yang menderu, sinar perak kemilau bagai untaian rantai menggulung tiba, betapa hebat serangannya, sungguh tidak malu kalau disebut sehagai ahli pedang yang lihay, perbawanya memang lain.

Menyaksikan betapa hebat serangan pedang Thay-siang, laki2 jubah hijau tak berani memandang enteng, serentak berteriak: "Bagus!" seringan asap iapun berkelit pergi, pedang segera bergaya seindah orang menari, sinar pedang kemilau terpancar bertaburan ke tubuh Thay-siang

Thay-siang mengejek dingin: "Tak nyana Ban-hoa kiam-kek (tokoh pedang berlaksa bunga) yang dijuluki raja pedang dari lima propinsi utara juga terima menjadi antek musuh."

Karuan merah selebar muka laki2 berjubah hijau, teriaknya gusar: "Losiu bertugas dalam pemerintahan untuk membekuk kau pemberontak ini, memangnya salah perbuatanku?"

Mulut bicara kedua orang sudah sama2 saling serang dengan gencar, masing2 mengembangkan kemahiran ilmu pedang sendiri dan berusaha merobohkan lawan lebih dulu. Dalam sekejap serangan pedang kedua pihak bertambah kencang dan sengit, bayangan kedua orangpun terlibat di dalam lingkaran cahaya kemilau sehingga sukar dibedakan satu dengan yang lain.

Thi-hujin amat getol menuntut balas kematian sang suami, menghadapi Han Jan-to si durjana, bola matanya menjadi merah membara, ia melihat adiknya Ji-hoa sudah saling labrak dengan laki2 jubah hijau, mana dia kuat menahan sabar lagi, serunya sambii menggreget: "Bangsat keparat she Han, hari ini kau atau aku yang harus gugur. Nah keluarkan senjatamu?"

Han Jan-to berdiri tidak bergerak, katanya kalem : "Thi Ji-giok, apa betul kau ingin bergebrak denganku?"

"Sebelum mencacah lebur badanmu itu, sungguh tidak terlampias dendam kesumatku, sudah tentu kau harus hadapi tantanganku."

"Thi Ji-giok." ujar Han Jan-to dingin, "jelek2 kita tumbuh dewasa bersama sejak kecil, tak peduli betapa besar dendammu padaku, aku tidak ingin melukai atau membunuh kau dengan tanganku . . . ."

tiba2 dia berpaling, katanya: "Yong-congkoan, kau saja yang membekuk dia."

Sambil menenteng pedang pelan2 Yong King-tiong beranjak maju meninggalkan barisannya, tapi setelah satu tombak jauhnya mendadak dia membalik badan, ujung pedang menuding Han Jan-to, jubah dibadannya seketika melembung, bola matanya mendelik ber-api2, bentaknya lantang: "Han Jan-to, kau kunyuk busuk yang menjual bangsa dan negara, keparat yang khianat, selama dua puluh tahun ini Lohu menahan sabar terima hidup dihina, hari ini tiba saatnya berkesempatan memenggal kepalamu dihadapan umum, menuntut balas bagi para ksatria Hek-liong-hwe yang telah gugur, apalagi Ling-hujin dan Ling-kongcu telah tiba, sumpah Ling-hujin barusan sudah kau dengar pula, nah terimalah kematianmu!"

Pendekar Kidal (Cin Cu Ling) - Tong Hong GiokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang